Raihan mengetuk pintu kamar Sahara, dia menunggu sesaat sebelum pintu dibuka.
" ada apa, Raihan ?"
" aku ingin bicara denganmu."
" bicara. Bicara apa ?"
" lebih baik kamu keluar dulu, kita bicara di depan." ajak Raihan.
Sahara mengikuti ajakan Raihan, dia menutup pintu dan mengikuti Raihan dari belakang menuju teras depan rumah, lalu mereka duduk bersebelahan.
" apa ini penting ?" tanya Sahara datar.
Raihan tidak menanggapi pertanyaan itu. " apa kamu ingin pergi dari rumah ini ? Meninggalkan mamamu sendirian ?"
Sahara menatap Raihan tajam, " kenapa kamu berkata seperti itu. Dia tidak sendirian, ada kalian disini." sangkal Sahara.
" kamu benar - benar akan pergi ?" Raihan menaikkan nada suaranya.
Sahara hanya diam tidak bisa mengatakan apapun. Dia sudah punya keputusannya sendiri.
" tapi kamu akan tetap tinggal disini, kan ?" tanya Raihan ingin tahu.
Sahara ragu, " ..... "
" jangan begini, katakan yang benar, kamu akan pergi atau tidak ! Kamu tahu, kelambatanmu ini akan melukai semua orang." gerutu Raihan kesal.
Mendengar itu, Sahara terdiam. " apa yang kamu katakan sepertinya memang benar." gumam Sahara.
Raihan tidak tenang, " Sahara, tetaplah tinggal disini. Aku .." ucapan Raihan mengambang.
Sahara menatap Raihan, menunggu lanjutan perkataannya. Tapi, Raihan tidak melanjutkannya, dia malah berdiri dan pergi begitu saja.
***
Sahara datang ke rumah ibunya, Fadli yang membukakan pintu.
" akhirnya kakak datang juga." komentar Fadli.
Sahara pun duduk di kursi yang ada di ruang tengah. Menunggu Fadli, memanggil ibu yang berada di dalam.
Tak lama, Ibu dan Fadli datang membawa tiga gelas jus jeruk. Mereka pun akhirnya duduk bersama.
" kamu sudah memutuskan ? Apa keputusanmu ?" tanya Fadli ingin tahu.
" tidak usah buru - buru, minum saja dulu. Kamu bisa mengatakannya nanti." ujar ibu santai.
Fadli hanya melirik ibunya sesaat, lalu menunduk mengerti. Sahara yang melihat itu, jadi merasa sungkan.
" jika aku tinggal bersama ibu, apa ibu akan memperbolehkan aku menemui mama lagi ?" tanya Sahara.
" tentu saja boleh, kenapa tidak boleh ? Seharusnya kamu sering - sering mengunjunginya, dia telah merawatmu sejak kecil. Tidak pantas jika aku melarangmu menemuinya." ujar ibu Fadli, masih sambil menyunggingkan senyumnya.
" aku senang jika ibu mengizinkanku." Sahara pun menarik napas panjang, " aku ingin tinggal bersama ibu. Aku sudah memikirkannya, aku akan ikut ibu dan Fadli." ujarnya yakin.
Fadli sangat kaget, tanpa sadar dia tersenyum senang. " kakak yakin !"
" aku yakin. Aku ingin tinggal bersama kamu dan ibu." jawab Sahara meyakinkan.
" kalau begitu, kita akan pergi dua hari lagi." ujar Fadli penuh semangat. Sikapnya berubah 360 derajat.
" kamu sudah memikirkannya dengan matang ? Ibu takut kamu menyesal nanti, kamu boleh memikirkannya lagi jika kamu mau." ujar Ibu Fadli bijak.
Sahara menggeleng, dia sudah yakin dengan keputusannya.
" apa kamu sudah mengatakan ini pada mamamu ?" tanya ibu Fadli ingin tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Sahara
RomanceSahara mendapati mamanya menikah dengan seorang duda beranak satu. Dia sadar, akan kebencian yang pemuda itu taburkan. Hingga kemudian, berbagai fakta mengejutkan merubah jalan hidupnya yang seperti gurun sahara.