Sahara pun pulang menjelang sore, diantarkan oleh Fadli tentunya. Di depan rumah bahkan mereka sempat bercanda dan tertawa bersama sebentar. Raihan yang juga baru pulang melihat itu, wajahnya berubah kesal. Tanpa sadar, dia menghampiri Sahara yang masih bicara dengan Fadli.
" kemana saja kamu ?" tanya Raihan, wajah Raihan jelas menunjukkan kalau dia sangat khawatir.
" aku baru saja menyelesaikan sedikit masalah. Tenang saja, aku tidak akan melakukan hal yang sama untuk yang kedua kali." cerita Sahara santai.
" tentu saja, mungkin nanti harus gunakan cara lain." ujar Fadli menambahkan.
Sahara tersenyum, " ya, harus gunakan cara lain. Cara yang kulakukan sangat memalukan, tapi berhasil membuatku akhirnya sadar, kan."
Raihan makin kesal melihat keakraban yang ditunjukan Sahara dan Fadli dihadapannya.
" lebih baik cepat masuk ! Mamamu pasti sangat khawatir," Raihan mengatakan itu sambil menatap ke arah Fadli.
Fadli mengerti, " kalau gitu, aku pulang dulu. Nanti aku akan ceritakan pengalamanku yang lain." Fadli sempat menepuk pundak Sahara sebelum pergi, membuat Raihan makin kesal.
Raihan menarik tangan Sahara untuk segera masuk ke dalam rumah.
" Aku tidak perlu ditarik - tarik. Aku bisa jalan sendiri !" seru Sahara setelah melepaskan tangannya paksa.
Raihan tidak bisa memberi alasan, dia baru sadar kalau dia jadi agak aneh. Dia bahkan masih diam walaupun Sahara telah masuk ke dalam rumah.
" kenapa aku bisa bersikap seperti ini ? Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya ." gumam Raihan, sambil menatap tangannya yang tadi menarik tangan Sahara.
***
Beni menelpon Sheila, meminta bertemu di tempat dulu mereka sering bermain saat masih kecil. Dia ingin mengatakan sesuatu, itu yang Beni katakan dan tidak hal lain lagi selain itu.
Karena masih penasaran dengan ucapan Beni tadi pagi, Sheila tentu menyetujui pertemuan itu. Dia sekaligus ingin bertanya tujuan Beni mengajaknya bertemu di tempat dulu mereka sering bermain bersama.
Sheila tiba, Beni sudah menunggu di sebuah bangku panjang yang sejak dulu ada di taman itu.
" kamu sudah lama disini ?" tanya Sheila, setelah duduk disamping Beni.
" ya, aku sengaja datang lebih awal. Tapi, aku tidak merasa kesal. Ini menyenangkan." ujar Beni santai sambil melihat langit.
" aku merasa semenjak kita masuk SMA, hubungan pertemanan kita jadi sedikit kaku. Mungkin karena aku yang terlalu sibuk mengurusi cinta bertepuk sebelah tanganku." curhat Sheila.
Beni menoleh, menatap Sheila. Di matanya Sheila masih sama, Sheila yang ceria sekaligus cinta pertamanya.
" eh iya, sebenarnya apa yang mau kamu katakan padaku. Sepertinya ini penting ?" tanya Sheila tiba - tiba.
Beni sedikit terkejut, dia hampir melupakan tujuan awalnya melakukan pertemuan itu.
Beni menarik napas, mencoba menenangkan kegugupannya. " aku akan mengatakannya, tapi aku harap kamu tidak marah." ujar Beni mengawali.
" memangnya apa yang mau kamu katakan ? Aku jadi penasaran!" seru Sheila bersemangat.
" sebenarnya, ya..mungkin kamu tidak akan percaya, tapi...baiklah, aku menyukaimu. Aku menyukaimu sejak lama." Beni awalnya sangat gugup dan bingung, tapi kalimat itu akhirnya dengan lancar dia ucapkan.
Ucapan Beni membuat Sheila kaget sekaligus bingung. Dengan jelas sekali, Beni mengatakan itu di depannya. Tapi, dia setengah tidak percaya mendengar kalimat yang di dengarnya.
" aku hanya berharap, kamu tidak menjauhiku karena kata - kataku. Anggap saja, itu tidak pernah aku katakan." ujar Beni melanjutkan.
Sheila menoleh, " aku ingin pulang. Antar aku pulang !" ujarnya.
Beni sangat kecewa mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Sheila. Sepertinya Sheila tidak menyukai pernyataannya itu, pikir Beni.
Beni pun mengantarkan Sheila pulang. Dia berjalan masuk tanpa mengatakan apapun apalagi mengucapkan terima kasih atau maaf. Beni merasa menyesal dengan apa yang telah dia lakukan. Sangat menyesal. Tapi, bebannya sekarang lebih ringan setelah mengatakan semuanya.
***
Sahara makan malam bersama seperti biasanya. Tidak ada satu orang pun yang bicara, mama Sahara hanya memandangi Sahara sesekali. Dilihatnya, sikap Sahara kembali seperti biasa.
Raihan pun melakukan hal yang sama, dia masih bingung dengan apa yang telah dia lakukan akhir - akhir ini karena Sahara. Hampir memukul Fadli, menarik tangannya dan hal lainnya yang terasa aneh. Apa itu yang orang bilang sebagai perasaan cemburu. Tapi, Raihan masih tidak bisa meyakini semua itu.
Acara makan malam pun berakhir. Sebelum itu, Sahara sempat meminta bicara dengan mamanya setelah mereka makan malam.
Akhirnya Sahara dan mamanya telah duduk di ruang tengah, hanya berdua.
" apa yang ingin kamu katakan ?" tanya mama Sahara datar.
" aku sudah .... aku sudah bertemu dengan ibu kandungku, ma." ujar Sahara to the point.
Mama Sahara sangat kaget mendengar semua itu. ' Kenapa bisa secepat ini !' pikirnya dalam hati.
" awalnya aku bingung dan tidak percaya. Tapi, aku langsung mengerti saat mendengar hal itu. Sekalipun awalnya aku ingin menyangkal, kalau aku bukanlah anak kandung mama. Aku pikir, mama sengaja menutupi semua ini demi kebaikanku. Dan aku mengerti." ujar Sahara kemudian.
" aku tahu, selama ini aku telah banyak merepotkan mama. Menjadi beban yang tidak seharusnya mama tanggung. Aku mungkin lebih baik keluar dari rumah ini. Supaya mama bisa lebih nyaman, aku juga tidak akan membebani mama lagi." ujar Sahara panjang lebar.
' tidak Sahara, kamu tidak membebani mama. Mama tidak ingin kamu pergi, mama sangat menyayangimu tapi kadang karena sedikit emosi mama jadi kehilangan kendali dan mengatakan hal - hal tidak seharusnya dikatakan.' batin mama Sahara.
Mama Sahara tidak bisa mengatakan apapun, dia bingung. Dia tidak punya hak untuk menahan Sahara, tapi dia juga sangat ingin Sahara tetap tinggal bersamanya.
" ma, awalnya Sahara ingin menyangkal semua kenyataan yang ada. Tapi Sahara sadar, sangkalan yang Sahara lakukan justru tidak seharusnya dipertahankan. Karena kenyataannya tidak akan berubah, meskipun sekuat apapun usaha Sahara. Jadi, apa mama setuju jika aku pergi ?" tanya Sahara.
Mama Sahara bingung, itu kesempatan terakhirnya untuk bisa menahan Sahara. Tapi, suaranya seakan - akan menghilang.
" mama, ..mama perlu istirahat. Nanti saja membahasnya." ujar mama Sahara lalu berjalan pergi menuju kamarnya.
Sahara hanya menatap nanar kepergian mamanya, dia sebenarnya ingin tetap tinggal. Jika saja mamanya melarangnya untuk pergi atau hanya dengan mengatakan ' tidak ' itu sudah cukup bagi Sahara mempertahankan statusnya yang sekarang. Sekalipun bukan sebagai anak kandung, tapi itu sudah cukup.
Dia tidak akan melupakan ibu kandung yang telah melahirkannya, tapi dia hanya ingin tetap tinggal bersama wanita yang selama ini merawatnya. Itu saja.
ayo semangat !! (menyemangati diri sendiri) (˘-˘)ง
![](https://img.wattpad.com/cover/3913955-288-k477729.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Sahara
RomansSahara mendapati mamanya menikah dengan seorang duda beranak satu. Dia sadar, akan kebencian yang pemuda itu taburkan. Hingga kemudian, berbagai fakta mengejutkan merubah jalan hidupnya yang seperti gurun sahara.