Ingatan

1.1K 28 0
                                    

Pagi itu Sahara kesiangan karena semalaman sibuk dengan tugas malamnya yang menumpuk. Masalahnya dia pasti terlambat jika naik angkot, jadi dia terpaksa meminta supir mengantarnya ke sekolah.

Raihan tersenyum sinis saat melihat Sahara diantar oleh supir yang biasa mengantar ayahnya.

" Han, itu kan supir ayahmu, kenapa dia mengantar seorang gadis kemari?" tanya Ken.

Ken yang berada di samping Raihan benar - benar ingin tahu.

" dia adik tiriku, orang yang tinggal bersamaku sejak ibunya tinggal dan menjadi ibu tiriku." jawab Raihan dingin.

Ken baru mengerti akan hal itu, karena Raihan baru mengatakannya.

" aku kenal gadis itu, dia anak baru yang beberapa hari lalu diceritakan Beni." gumam Ken.

Tak jauh dari tempat Raihan dan Ken bicara, Sheila mendengarkan semua yang dibicarakan keduanya.

' sekarang aku mengerti kenapa Raihan memandangi gadis itu, dia membencinya bukan sebaliknya.' pikir Sheila.

Mendengar itu semua tentu membuat Sheila lega. Setidaknya kesempatannya mendapatkan hati Raihan masih ada.

Sejak mereka berkenalan hingga mereka dikatakan sebagai sepasang kekasih, Sheila belum bisa memiliki hati Raihan. Entah apa alasan Raihan mau menjadi kekasihnya karena bagi Sheila, hati bisa di dapat seiring berjalannya waktu, disaat keberhasilan belum di dapat saat ini, mungkin dilain waktu akan ada kesempatan untuk mendapatkannya.

***

Sahara terduduk di kursinya dengan napas yang tak beraturan. Bisa dipastikan dia mengalami olahraga jantung pagi itu karena harus berlari dan menaiki tangga dan itu membuat tenaganya pagi itu terkuras habis.

Dewi duduk disampingnya, " hei, baru dikejar anjing gila ya?" tanyanya.

Sahara melirik Dewi, " mungkin." jawabnya singkat.

" aku tahu kamu kesiangan kan! tapi siapa yang mengantarmu. Mobilnya bagus banget, biasanya kan naik angkot?" tanya Dewi ingin tahu.

" itu mobil ayah..........tiriku." jawab Sahara datar, sambil sedikit berpikir.

" ayah tiri? Sejak kapan ? pasti dia kaya!" seru Dewi penuh semangat.

Membahas itu hanya membuatnya mengingat ucapan Raihan beberapa hari lalu..

" hei melamun!" seru Dewi.

Sahara tidak menunjukkan ekspresi apapun, dia hanya merasa menjadi benalu saat ini. Saat dia tidak ditekan oleh keadaan, dia bisa melakukan apapun. Memberontak, membuat onar, bahkan berkelahi hanya demi mendapat perhatian ibunya tapi sejak ibunya menikah dia kehilangan keberaniannya. Dia tidak ingin merusak kebahagiaan ibunya juga seseorang yang dia panggil ayah sekarang.

Sahara tahu dia tidak pernah melihat dan mengenal sosok ayah dalam hidupnya. Ayah adalah kata yang baru baginya. Ibunya tidak pernah bercerita mengenai sosok ayah dan seperti apa rupanya. Namun, sekalipun ada rasa ingin tahu di benaknya, dia tidak pernah menanyakannya lagi sejak pertama kali bertanya. Dia ingat sekali raut wajah ibunya yang terlihat penuh kekesalan saat mendengar pertanyaannya.

' ayahmu tidak ada !" ujar mama Sahara.

***

Beni duduk di lantai depan rumahnya, sambil memandangi pohon yang tumbuh di halaman. Beni tersenyum sambil memandangi pohon itu.

5 tahun yang lalu.

" kita harus selalu satu sekolah ya !" ujar Beni.

" iya, kamu kan orang spesial" ujar seorang gadis yang duduk disamping Beni.

Beni dan gadis itu duduk bersandar di pohon sambil memandangi langit sore.

Beni menatap gadis disampingnya penuh arti.

" nanti, kalau aku butuh bantuanmu. Kamu harus bantu aku kalau aku butuh bantuanmu." ujar gadis itu masih sambil memandang langit.

" tentu, aku pasti membantumu." jawab Beni yakin.

Gadis itu beralih memandang Beni, " apa pun?"

" apapun itu." jawab Beni

" janji?" tanya gadis itu lagi.

" ya, aku janji !"

Mereka mengikatkan kelingking mereka tanda janji itu akan berlaku. Setelah itu mereka tertawa bersama.

4 tahun kemudian, setelah janji kelingking mereka.

" Ben, kamu bisa bantu aku kan ?" tanya gadis itu.

Beni terdiam, " ya, aku akan membantumu." jawab Beni dipaksakan.

Gadis itu memeluk Beni karena senang dengan jawaban yang Beni lontarkan.

Kenangan itu tiba - tiba hilang berterbangan saat Ken mengagetkannya. Tepukan di pundak yang mengagetkan.

" melamun?" tanyanya.

Beni berbalik dan melihat Raihan tersenyum padanya dari balik punggung Ken.

Mereka pun duduk disamping Beni.

" sakit darimana, sehat begini!" seru Raihan.

" orang sakit pasti ngelamun yang aneh aneh." goda Ken.

" sembarangan !" sangkal Beni.

Raihan tersenyum mendengar jawaban Beni. Sesaat Raihan melihat ayunan yang berada dekat pohon yang sejak tadi dipandangi Beni.

Ken dan Beni tidak sadar saat Raihan menghampiri ayunan itu tapi mendengar suara seseorang yang jatuh barulah keduanya sadar dan tertawa.

" apa yang sedang kamu lakukan, Han?" seru Ken.

" hei, kenapa gak bilang kalo talinya rapuh, pantat ini rasanya remuk." Seru Raihan kesal, sambil memegangi pantatnya yang terasa sakit.

" lagian, kaya anak kecil aja naik ayunan." komentar Ken.

" dulu, masih kuat !" ujar Raihan.

" kalo anak - anak pada tau, pamor kamu pasti turun 180%. Monyet pasti mengejekmu dari hutan sana." ejek Ken.

" kurang ajar kau!" seru Raihan marah.

Ken dan Raihan saling kejaran. Sikap Raihan memang berbeda dan hanya kedua temannya yang tahu bagaimana sikap Raihan yang nyatanya tidaklah sedingin itu.

Beni tidak ikut berkomentar, dia hanya memandangi Raihan dan Ken datar.

Rahasia SaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang