Toko Buku Terkutuk

3 0 0
                                    

"Ra, hari ini kau pergi tidak?," selidik Deny.

"Entahlah. Aku lagi malas keluar rumah."

"Aku juga tidak bisa mengantarmu. Aku disuruh Papa mengantarnya ke bandara."

"Ya, kau antar saja Papamu. Salam buat Papamu dariku."

"Ok., Darl."

Deny meloncat kegirangan. Ia mengambil kunci mobilnya dan segera meluncur. Ia telah berjanji kepada seseorang temannya, Deny juga sudah merasa bosan dengan Maura yang selalu minta ditemani hanya ke satu tempat yang sama, yaitu Toko Buku.

Deny mengendarai mobilnya dengan kecepatan 120Km/jam. Ia membawa mobil yang sudah diwariskan oleh Ayahnya untuk kebaikan. Tapi, Deny menyalahgunakan kepercayaan Ayahnya. Ia kerap kali kebut-kebutan di jalan, bahkan taruhan dengan teman di komunitasnya untuk adu balap.

Hari ini Deny semringah memikirkan rencana hari ini. Dia telah menggunakan vest rajut berwarna krem dengan dalaman kemeja berwarna senada dan jeans biru bodyfit. Kali ini rambutnya diberi wax dengan disemproti parfum bulvgary andalannya dalam menaklukkan indera penciuman setiap wanita incarannya.

"Ra, kita ke toko buku, yuk?," Hilda mengirimkan pesan singkat.

"Lagi malas, Hil."

"Bawa motor sendiri saja , tidak usah minta antar Deny."

"Ya, sudah. Tapi dua jam lagi aku baru tiba di Toko Buku. Aku mau istirahat sebentar saja. Lagi kurang fit."

"Aku duluan saja. Nanti kau kirim SMS saja kalau sudah tiba disana."

"Ok. Say."

*

"Den, kau tampil ganteng sekali hari ini," seorang gadis berambut hitam lebat panjang dikuncir dua mengomentari penampilan Deny.

"Kau baru sadar, ya?. Selama ini aku memang paling tampan di sekolah."

"Itu menurutmu. Masih banyak yang tampan."

"Tapi buktinya kau sangat menginginkanku, bukan?."

"Ayo antarkan aku ke Toko Buku."

"Let's go honey."

***

"Hai, Hil apa kabar?. Bagaimana tes di universitas impianmu, lancar?."

"Ya. Tapi aku tidak terlalu yakin karena pesaingnya ribuan orang."

"Wow, fantastis."

"Kalau kau bagaimana?. Sudah ketemu Iyan?."

"Kau ini, ditanyakan kabarku dulu."

"Iya. Apa kabar?."

"I'm very well thanks."

"Yuk kita ke lantai atas. Aku ingin cari komik."

"Ya. Aku juga."

"Sejak kapan kau suka komik?."

"Bukan komik, novel maksudku. Teenlit."

Meski Maura dan Hilda sering bersama namun mereka mempunyai selera berbeda dalam memilih buku bacaan. Maura lebih senang novel atau sejenisnya. Sementara Hilda lebih menggandrungi komik.

"Kau kesini tidak diantar oleh yayangmu, kan?."

"Aku bawa motor. Bukannya tadi kau yang memberiku ide seperti itu?."

"Nanti Deny marah atau tidak?."

"Tidak. Aku saja tidak pernah melarangnya pergi kemanapun ia suka meski....."

"Meski apa?."

"Aku selalu khawatir kalau dia bilang akan party."

"Sepertinya sudah tidak lagi."

"Tapi waktu aku di Bandung dia pernah tidak mengangkat telepon dariku beberapa kali. Mungkin seharian penuh selama dua sampai empat hari."

"Mungkin dia sibuk," Hilda mengamati komik-komik seri terbaru favoritnya.

"Sibuk apa?. Kalau dia ada kegiatan baru pasti akan cerita padaku. Akhir-akhir ini dia tidak pernah menghubungiku lagi. Baru pagi tadi terakhir sejak kepergianku ke Bandung."

"Atau jangan-jangan....."

"Jangan -jangan apa?."

"Dia sudah punya pacar baru."

"Aku tidak mau negative thinking dulu. Bisa saja dia sedang sibuk membantu Papanya mengerjakan sesuatu yang sangat penting dan mendesak."

"Misalnya?, tapi sorry nih, setahuku Papanya jarang di rumah."

"Tahu darimana, Hil?."

"Apa kau lupa, dia kan tetanggaku. Rumahnya tepat di belakang rumahku. Ayahku sering bercerita kalau ada dosen yang sedang seminar atau ada jadwal mengajar di luar kota."

"Entahlah."

Maura mengambil sebuah novel, ia membalik sampulnya dan membaca sinopsisnya. Dan novel itu berjudul "Orang Ketiga"."

Entah mengapa jantungnya berpacu dengan waktu. Ia segera ingin menghubungi Deny.

"Ada apa, Ra?, tampaknya kau sedang gelisah seperti itu."

"Entahlah. Perasaanku tidak enak. Jantungku berdetak lima kali lipat sekarang. Biasanya kalau aku sudah seperti ini, hanya setiap ada kehadiran Deny."

"Coba kau tanya saja apa Deny sedang ada disini juga atau tidak. Jadi aku bisa pulang minta antar dengannya."

"Ya. Sebentar."

Hai Red Devil apa Papamu sudah take off?.

Skrg kw sdg dmn?blh g aq ttip notebook di toko buku t4 biasa?. Nanti q gnt uangmu. Kebetulan bukuku sdg hbs lembarannya. Thx

****

My Complicated Love Story Where stories live. Discover now