*IYANPOV*
"Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan Maura. Ada rasa yang menyelinap di dada saat aku bertemu dengannya. Hilda benar kalau Maura benar-benar mencintaiku."
Tadi di kantin kampus aku duduk semeja dengannya, mengobrol, lalu pulangnya aku berhasil mengajaknya santap sore. Aku tahu ia gadis yang sederhana, aku mengalah makan di tempat itu walaupun aku sebenarnya tidak terlalu suka makan makanan manis.
Sampai kapan aku akan bermain-main dengan perasaannya?. Bukannya aku tega, tapi aku juga tidak mau jadi pelarian Maura dari Deny.
Dasar cowok bedebah!. Awas saja kalau aku berjumpa dan sampai mengenalnya, akan kuberikan kenangan yang tidak akan mudah terlupakan olehnya.
Aku tahu betapa Maura mencintaiku dan menungguku.
*IYANPOV END*
*MAURAPOV*
Dear you
Aku seperti habis memenangkan undian milyaran rupiah. Aku bahagiaaaaaa sekali. Aku bertemu dengan cinta pertamaku.
Tapi,
Aku ragu dengan sikap baiknya terhadapku.
Aku takut ia hanya baik saja padaku.
God, aku harap ini nyata. Jangan akhiri kisahku ini kalau aku harus bersama dirinya.
Maura
*MAURAPOV END*
Maura memilih menyendiri, ia masih melalui masa transisi dari putusnya hubungan dengan Deny.
Maura sedih meski kini ia telah berbaikan dengan Iyan, sekampus dan Iyan sering menghampirinya.
Ia membayangkan bagaimana kalau ia bertemu dengan Deny yang sangat ia benci. Mungkin ia akan memaki-maki mantan pacarnya tersebut.
"Hai, Maura?. Apa kau ada kelas hari ini?."
"Sebenarnya tidak ada. Tapi aku ingin meminjam buku dengan temanku. Kami janjian di kampus."
"Setelah itu kau akan pulang atau mampir ke toko buku?."
"Mampir dulu. Ada peralatan lukis yang ingin ku beli. Apa kau juga ingin mampir ke toko buku?."
"Ya. Aku ingin membeli komik."
"Hey, masih baca komik?."
"Apa salahnya?. Komik itu bisa menghiburku kalau aku sedang sedih atau suntuk."
"Ok."
"Kita pergi bareng saja, gimana?."
Maura menimbang-nimbang ajakan Iyan yang belum tentu dua kali akan datang lagi. Tapi aku ingin bertemu dengan dosen.
"Untuk apa?. Kau kan tidak ada mata kuliah , dan rasanya kau belum menyusun skripsi."
"Aku masih ada mata kuliah yang kurang jelas. Aku ingin bertanya sedikit saja."
"Tapi kau bisa bertanya di lain waktu."
"Tapi aku sudah janjian bertemu di ruang dosen."
"Ya, sudah. Aku tunggu saja. Gimana?."
Maura tersenyum manis padanya.
"We'll see."
"Jam berapa kau selesai?."
"Jam tiga sore."
"Ku tunggu kau di parkiran dekat lapangan basket, ya?."
Maura hanya tersenyum dan berlalu.