Bangkitnya Red Devil

8 0 0
                                    

Maura pergi ke toko buku. Bukannya bersembunyi, Maura tetap beraktivitas seperti biasanya, seperti tidak ada masalah. Sementara Hilda sudah kembali ke Yogya. Maura sudah kembali ke rumah orang tuanya meski harus disemprot habis-habisan oleh Ayahnya. Maura tidak ingin menjadi pecundang dengan terus bersembunyi dari Ayahnya. Ia rela harus ditempeleng oleh Ayahnya. Ia tidak ingin Ibunya yang menjadi sasaran.

"Kau ini, kau pikir biaya kuliahmu selama ini murah?. Apa uang itu dibuat dari daun yang bisa kapan saja kau petik. Dasar anak tidak berguna!. Sekalian kau pergi jauh-jauh dari rumah ini dan tidak usah kembali."

Maura meringis kesakitan sambil mengusap-usap wajahnya yang perih.

"Apa kata orang?. Nanti disangka aku ayah yang tidak becus mendidik anak sampai kau harus melarikan diri dari kampus dan membuat pamanmu malu karena ulahmu."

Maura memilih diam. Kalau dia menjawab, urusannya bisa makin runyam.

Maura pergi meninggalkan kedua orang tuanya ke toko buku. Sesampainya di toko buku, bukannya ia melepaskan stress dari rentetan masalah hidupnya, justru ia bertemu dengan seseorang yang lebih kejam daripada pembunuh bayaran.

"Hai, Maura," suara itu menghampiri dan sanggup membuatnya terduduk di sudut rak buku di toko tersebut.

Maura berteriak histeris, "pergi kau. Pergi dari pandanganku. Aku jijik dan muak melihatmu."

"Aku ini red devil, tidak ada kata tidak mungkin bagiku. Ayo kita makan siang dulu. I miss you."

"Kau gila?. Aku tidak akan pernah menerimamu kembali ke dalam hidupku. Lebih baik kau cari wanita yang bisa kau selingkui. Pantang bagiku untuk kembali dengan seseorang yang sudah menjadi masa laluku."

"Tapi aku masih mengharapkanmu," Deny memelankan suaranya, berharap Maura akan berubah pikiran.

"Kalau aku bilang tidak, ya TIDAAAAKKK." Maura membentak Deny.

"Kau tidak malu apa banyak orang memperhatikanmu. Sebentar lagi kau akan diamankan security."

"Biar saja. Daripada kau terus mengikutiku."

Belum selesai adegan tragis menurut Maura, seseorang menarik tangannya dan segera keluar dari toko buku dan memaksanya masuk ke dalam mobil sport berwarna merah metalik.

"Siapa kau?."

Pria bertopi dan berjaket seperti detektif tersebut membuka topinya.

"Dokter," Maura menatap Kusuma dengan penuh tanda tanya. Bagaimana bisa pria misterius ini bisa menemukannya.

"Hai, apa kabar Maura?."

"Ba, ba-ik."

Tanpa mengatakan Kusuma akan membawanya kemana, Kusuma mengemudikan mobilnya melesat cepat.

"Ini, minum dulu."

"Terima ka-sih, Dok."

"Panggil saja aku Suma."

"Kita mau pergi kemana?."

"Aku akan mengajakmu makan siang lalu aku mengantarkanmu pulang."

"Tapi kau tidak mengenalku, Dok."

"Aku jauh lebih mengenalmu dibandingkan pria Asshole tadi."

"Red devil maksudmu?."

"Ya. Aku banyak mengetahui tentangmu darinya dan Hilda."

"Hilda???????????."

Kusuma menghentikan mobilnya di depan sebuah pondok makan sederhana tak jauh dari toko buku. Kusuma mengajaknya makan siang untuk memakan makanan kesukaan Maura, nasi samin dan sop daging terenak menurutnya.

My Complicated Love Story Where stories live. Discover now