Sudah lebih empat bulan Maura melalui waktu tanpa kehadiran Deny. Maura sangat membenci pengkhianatan. Selain bermulut manis, Deny hanya lelaki yang pandai menoreh luka, baginya Deny adalah lelaki yang tidak bisa dijadikan pasangan hidupnya, kecuali takdir merenggut jiwa kelamnya.
Maura sangat merindukan masa-masa dimana ia bertengkar dengan Deny dan menghabiskan waktu bersama di toko buku selama seharian.
Aku tidak akan mencari lelaki yang gampang bosan dengan semua kebiasaan yang kulakukan.
Maura diterima di Universitas impiannya. Ia tidak percaya dengan hasil pengumuman ujian yang menyatakan bahwa ia lolos dalam ujian saringan masuk universitas ternama di Indonesia.
Maura sangat menutup diri. Ia tidak menggubris sama sekali senior-senior yang mencari perhatiannya. Ia melalui OSPEK tanpa cerita cinta yang membungkusnya dengan akhir yang indah. Ia sangat tidak peduli dengan makhluk bernama cowok, lelaki, pria atau apapun itu.
Ia melupakan Deny sekuat yang ia mampu. Maura membakar semua foto-foto kenangan dan menghibahkan kado-kado pemberian Deny. Tidak ada gunanya mengingat mantan, justru akan mengoyak luka lama.
Maura menjadi cewek aneh dan sedikit gila. Meski penampilannya tidak terlalu berubah drastis. Ia hanya mengenakan pakaian serta pernak-pernik yang semuanya berwarna pink. Sebenarnya Ia lebih mencintai ungu, tapi sejak ia meninggalkan Deny, ia sangat membenci ungu. Sama persis dengan rasa bencinya terhadap Deny. Apapun yang berkaitan dengan Deny pasti akan dimusnahkan dari hidupnya.
Maura menjadi lebih tomboy dan kasar, siapapun lelaki yang mencoba mendekatinya pasti ia akan marah-marah dan mengusirnya. Baginya, cowok sama saja. Hanya memikirkan dirinya saja.
Maura sakit hati, ia tidak terima dengan perlakuan Deny yang hanya memberikan harapan palsu kepadanya. Maura sudah tidak sanggup bila harus berbagi hati dengan perempuan lain. Ia harus menunggu lebih dari dua jam hanya untuk minta ditemani Deny yang sudah berjanji akan menemaninya latihan panjat tebing di kampus cadangan di kotanya. Deny sangat mengenal Maura. Ia ingin memberikan kenangan manis untuk yang terakhir. Tapi, Deny sering melupakan janjinya menemani Maura. Ia sudah terlena dengan sifat aslinya yang menjalani hubungan dengan banyak perempuan. Maura memergoki Deny mengendarai mobil dengan perempuan lain yang berbeda dalam satu hari, yang kebetulan tinggal di komplek yang sama dengan dirinya.
Keputusannya sudah bulat, ia ingin memusnahkan semua ingatan tentang Deny.
*
"Hai, boleh aku duduk disini?."
"No!, cari saja tempat lain."
"Tapi mejanya sudah penuh semua."
"Apa peduliku?."
Seorang lelaki seusia dengan Maura menatapnya lekat-lekat. Ia seperti mengenal Maura.
Mungkin saja orang lain. Maura tidak kasar seperti itu.
Maura tetap fokus membuat sketsa wajah seorang lelaki berponi, alis tebal, hidung mancung, bermata hitam pekat dan berbibir tebal.
Maura sangat membenci lelaki bermata coklat dan berkulit putih. Itu mengingatkan dirinya dengan Deny, lelaki tidak tahu malu dan tidak tahu diuntung.
"Lukisanmu bagus, apa itu aku?."
Maura menatap wajah lelaki di hadapannya. Ia terpana, seakan mimpi ia ingin berteriak ,"Iyan?."
"Ya. Ternyata aku tidak salah. Apa kabar wanita terjelek di dunia."
"Dasar kau, apa aku masih terlihat jelek?."
Maura bukanlah gadis yang suka berdandan berlebihan, tetapi sejak ia dikhianati, ia berjanji akan menjadi wanita yang banyak dikagumi bahkan digilai lelaki tanpa memberi hatinya kepada mereka.