5

3.8K 494 5
                                    

"Lo ikut gue,"

"Ha?"

Gue melotot. Ngapain gue pake acara ikut ke rumah Sehun segala? Sehun mau ngenalin gue ke nyokapnya, gitu?

"Udah gausah banyak omong. Lo mau nanti nyokap gue kenapa-napa karena lo kebanyakan mikir?"

Bener juga. Gue langsung ngangguk dan kita pun langsung ngibrit kerumah Sehun.
Sehun naik motor ngebut banget, gue yang tadinya santai-santai aja sekarang bingung mau pegangan dimana. Kalo gue ga pegangan gue bisa aja terbang.

"Pegangan gue aja"

Gue ngedeket ke arah Sehun. "Apa?"

"Pegangan sama gue,"

"Suara lo ga kedengeran," gue teriak ke Sehun dan tiba-tiba Sehun narik tangan kiri gue ke pinggangnya, dan dilanjutin dengan tangan kanan gue. Kini kedua tangan gue ada di sisi kanan dan kiri pinggang Sehun.

"Gue bilang pegangan. Nanti lo terbang," teriak Sehun.

Gue ga bales omongannya Sehun. Gue cuma diem, berusaha ngontrol nada jantung gue yang dagdigdug jeder karena sikapnya Sehun.

"Gue mau tambah kecepatan lagi nih. Pegangan yang kenceng!"

"Apa?" Tanya gue lagi kaya orang budeg.

Tiba-tiba Sehun ngegas makin kenceng. Gue kaget, yang tadinya gue cuma megang jaketnya Sehun di bagian pinggang, sekarang gue bener-bener full meluk Sehun.

Matilah. Detak jantung gue pasti dirasain sama Sehun. Gue ga bisa mikir apa-apa lagi, cuma merem dan nempelin pipi gue di bahunya Sehun.

******

Ga sampe lima belas menit, kita sampe di sebuah rumah yang sederhana dengan banyak tanaman hias disekitar halamannya. Pasti nyokapnya Sehun suka sama tanaman hias.

"_____, Udah sampe,"

Suara Sehun membangunkan gue dari pikiran gue. Dan gue baru sadar kalo gue masih meluk  Sehun, pipi gue juga masih nempel di bahunya dia.

Gue langsung ngelepas pelukannya dan turun dari motor. Dan bodohnya gue kesandung sama kaki gue sendiri.

Untungnya Sehun langsung narik tangan gue dan alhasil gue ga jatoh. Kita tatap-tatapan selama tiga detik.

"Hati-hati dong," kata Sehun. Gue ga bisa ngebayangin betapa merahnya muka gue saat itu.

Gue cuma kedipin kedua mata gue selama tiga kali sambil ngeliatin Sehun. Makin kesini perasaan gue makin aneh ke Sehun.

Sehun ngelepas tangannya dari gue membuka helmnya dan turun dari motor. Dia berdiri sejajar sama gue. "Ayo masuk,"

Gue cuma ngangguk dan ngikutin Sehun dari belakang. Kita masuk kerumahnya dan langsung ke kamar nyokapnya.

Sehun buka pintu kamar nyokapnya dengan kasar, dan disambut oleh Mamanya yang lagi diri dideket jendela kamarnya.

Mamanya Sehun nengok. "Sehun?"

Sehun langsung lari dan megang kedua bahu mamanya. Dia natap mamanya khawatir.

"Mama sakit? Kepala mama kambuh lagi? Iya?"

Mamanya menggeleng sambil senyum tipis. "Mama gapapa,"

"Tapi tadi ditelepon...?"

"Itu mama cuma pusing sedikit. Ternyata mama lupa kalo mama belom minum obat. Setelah mama minum obat, sakitnya ilang kok." Mamanya bilang dan tiba-tiba pandangannya beralih ke gue yang masih diri di ambang pintu kamarnya.

Blind Date [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang