Gue berjalan lemas meninggalkan rumah Sehun yang sedang ramai itu. Air mata gue berhenti seketika. Gue juga ga tau kenapa, tapi dada gue rasanya masih sakit. Gue juga masih sedikit sesegukan gegara nangis tadi.
Mungkin gue emang harus ikhlasin Sehun. Bagaimanapun, masa iya gue menghancurkan kebahagiaan orang lain?
Gue berhenti di taman dekat situ dan duduk dibangkunya. Gue tarik napas dalem-dalem lalu menghembuskannya dengan berat. Air mata gue mulai menetes lagi satu per satu. Gue ga bisa ngelupain perkataan Sehun tadi.
Gue udah tunangan. Jangan gangguin gue lagi.
Tujuh kata itu mengiang-ngiang terus di kuping gue dan sukses bikin hati gue tambah ancur. Gue gatau apa salah gue, sampe segitunya Sehun ga cerita ke gue tentang pertunangannya.
Seketika hujan turun sangat deras dan air mata gue tersamarkan sama air hujan yang mengguyur tubuh gue. Gue ga beranjak dari kursi taman itu, hanya menikmati hujan yang 'semoga' bisa mendinginkan hati gue yang sedang panas.
Gue memejamkan mata menikmati dinginnya air hujan tapi tiba-tiba hujan pun berhenti. Gue melek, melihat dihadapan gue bahwa hujan masih turun dengan deras. Tapi gue ga kebasahan lagi.
Gue mengangkat kepala gue dan melihat sebuah payung transparan melindungi gue dari hujan itu. Seseorang memegang payung itu untuk melindungi tubuh gue dari derasnya hujan.
Gue menengok kebelakang dan mendapati seorang pria berwajah manis yang kini kebasahan karena payungnya ia sodorkan untuk melindungi gue.
Pria itu tersenyum. "Kenapa wanita malam-malam begini sendirian ditengah taman? Kehujanan pula,"
Gue berdiri dan hujan mengguyur tubuh gue lagi. Pria itu langsung berputar dan berdiri mensejajarkan dengan tempat gue berdiri, dan payungnya pun melindungi gue lagi dari hujan.
"Kenapa malah lebih suka hujan-hujanan?"
Gue menatapnya lurus lalu tersenyum miris. "Tidak apa-apa, saya hanya udah lama ga main ujan-ujanan," gue menggeser tangannya yang memegang payung agar melindungi dirinya sendiri dari hujan. "Saya ga butuh payung. Makasih, gara-gara saya, anda jadi basah kehujanan,"
Pria itu diam, lalu menutup payungnya. "Kalau begitu saya juga mau ikutan ujan-ujanan," dia senyum.
Alis gue mengerut. Kenapa sih nih orang? Jangan-jangan... dia orang jahat?!
Gue menggigit bibir bawah gue. Kalo dia beneran orang jahat... gue harus kabur dong? Tapi... masa iya orang jahat seganteng dan semanis dia... pake bajunya formal lagi!
Pria itu duduk dikursi taman dan menepuk-nepuk tempat disebelahnya. "Sini, duduk lagi."
Gue mengangkat alis, menatap dia heran tapi akhirnya gue duduk juga disampingnya.
"Ehm," pria itu berdehem. "Kayanya enakan ngomong informal aja ya..?" Dia melirik gue sekilas. "Lo pasti lagi galau"
Gue nengok. "Sok tau,"
Tiba-tiba ujannya berhenti. Gue sama dia kayak orang abis kecemplung di empang, basah-basahan begini.
Pria itu ketawa, lalu ngeliat ke langit. "Eh, ujannya berhenti.."
Dia menghela napas. "Kalo lagi galau.. sama lah kaya gue. Udaaah jujur aja, kita lagi sama-sama galaw ini,"
Ngomong apa sih ini orang?
"Terserah lo deh ya," gue mengalihkan pandangan, lalu memeluk tubuh gue. Dingin banget. Kena angin abis ujan-ujanan gini... brrrrr.
"Tunggu disini sebentar," gue nengok dan tiba-tiba dia udah ga ada ditempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date [ COMPLETED ]
FanfictionKamu adalah seorang wanita yang membuka jasa Blind Date. Pekerjaanmu adalah mencarikan pasangan untuk seseorang dengan kriteria yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Anehnya, kamu sendiri belum punya pasangan, padahal kamu sudah melakukan pek...