6

4K 474 11
                                    

Sejak kejadian di rumah Sehun waktu itu, dia udah resmi dihapus dari daftar klien gue. Gue langsung ngabarin Yoon Ah di hari berikutnya dan ketemuan sama dia.

Yoon Ah keliatan kecewa banget, bahkan gue bisa liat matanya sempet berkaca-kaca. Mungkin dia udah berharap banget sama Sehun. Tapi dia bisa ngertiin kok setelah gue cerita apa yang terjadi sebenarnya.

Dan bunga itu... mawar merah dan mawar putih... Sesuai sama permintaan Sehun, gue ga kasih bunga itu ke Yoon Ah. Gue simpen dua-duanya. Gue taro di vas dan gue pajang di meja kerja gue.

Selalu, setiap gue ngeliat vas itu, kaya ada rasa aneh dan mengingatkan gue dengan Sehun lagi. Gue sendiri juga bingung, ini suka sebagai teman atau... atau.....?

Udah hampir dua minggu dan dua minggu itu juga gue ga kontak-kontakan sama Sehun. Biasanya gue selalu line-an sama dia setiap hari (sewaktu dia masih jadi klien gue). Sekarang, boro-boro line-an. Tau kabarnya aja enggak.

"_______! Bengong lagi bengong lagi,"

Gue ngangkat kepala gue dan ngeliat ke Nana. "Apa?"

"Hobi lo tuh bengong ya sekarang? Kenapa? Mikirin Sehun?"

"Iya-Eh engga,"

Nana natap gue curiga. "Jujur,"

Gue menghela napas dan mengangguk pelan.

"Kenapa lo ga coba hubungin dia? Ajak ketemuan kek, sebagai teman aja..."

Gue gigit bibir bawah gue. "Ga enak ah,"

Nana duduk disebelah gue. "Lo suka dia?"

Gue menggeleng.

"Jangan bohong!"

"Gue menggeleng bukan artinya gue ga suka dia, gue sendiri juga ga tau apa yang gue rasain,"

Nana nepuk-nepuk bahu gue. "Kalo lo ngerasain ada yang aneh sama hati lo pas deket dia, itu tandanya ada sesuatu. Coba aja lo tatap matanya, kalo misalnya lo deg-degan itu juga berarti lo suka sama dia,"

"Tapi, gimana caranya bedain suka sebagai temen sama suka sebagai lawan jenis?

"Gimana ya? Hmmm," Nana ngetuk-ngetuk dagunya. "Makanya, lo coba aja ajak dia pergi. Basa basi aja, bilang aja lo ga punya temen buat jalan,"

"Ih, masa gue yang ngajak jalan?" Kata gue nunjuk diri gue sendiri.

"Gapapa lah, emang kenapa? Sekarang tuh jamannya cewe nembak cowo duluan kaliiii"

"Enak aja, emangnya gue kaya lo :p"

******

Sorenya, gue ajak Nana ke taman deket sungai Han. Cari angin aja, sekalian olahraga sore. Jongdae katanya sih ada urusan keluarga mendadak, jadi ga ikut kita.

Saat lagi asik-asiknya jogging, tiba-tiba Nana berhenti dan narik tangan gue. Otomatis gue ikut berhenti juga.

"Apaan sih? Main tarik aja,"

Nana ngeliat gue dengan ekspresi kaget. "Lo tau apa yang gue liat barusan?"

Alis gue mengerut. "Liat apa? Hantu?"

Nana menggeleng. "Chanyeol."

Mata gue seketika melotot. "Serius? Bukan kali, lo mungkin salah liat,"

Nana geleng lagi. "Ini beneran. Itu, dia disana,"

Nana nunjuk ke arah kanan dan mata gue ikut ngeliat ke arah yang ditunjuknya.

Deg. Itu beneran Chanyeol. Chanyeol yang itu.

Chanyeol, dia adalah kakak kelas gue sewaktu SMA. Umur kita beda dua tahun. Dulu dia naksir gue. Dia selalu nyapa gue dan ngikutin gue kemanapun gue pergi. Dia selalu ngasih bekel ke gue, kalo engga ngajak gue makan bareng di kantin. Dia tuh terang-terangan banget suka sama gue.

Blind Date [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang