30

4K 370 108
                                    

"Enak ya pelukan?"

Gue menoleh dan melihat Sehun bangkit dari kursi dan berjalan kearah gue. Kayanya dia ngeliat barusan Kyungsoo meluk gue.

Jangan bilang dia bakal salah paham.

"Udah lama ya nunggu aku?" Tanya gue pelan.

Sehun ketawa lalu mendengus. "Lama lah. Dua jam. Nungguin pacar. Diline ga dibales. Ditelepon malah ga nyambung. Bikin khawatir. Tau-tau sampe sini sama cowok. Pelukan segala lagi. Ngerasa sia-sia gue nunggu disini,"

Gue menggigit bibir. Apa harus gue ceritain ya kejadian tadi? Tapi gue gamau masalah itu berlanjut, gue takut Sehun bakal mukul Chanyeol sampe bonyok.

"Darimana? Katanya kerja,"

Gue menatap dia takut-takut. Takut banget dia bakal marah dan ninggalin gue.

"Kenapa liatin doang?"

Bibir gue bener-bener udah gemeteran. Gue mau ngomong tapi takut. Ngebayangin soal tadi aja.... Ngeri deh pokoknya.

Sehun menghela napas. "Gapapa. Bilang aja. Gue gak akan marah. Gue bakal terima semuanya. Kalo lo emang maunya sama Kyungsoo, ya gue bisa apa,"

Mata gue langsung membesar. "Nggak Hun. Bukan itu. Bukan soal itu,"

"Terus apa?"

Penglihatan gue mulai blur lagi karena air mata yang menggenang. Gue bener-bener takut mau cerita sama Sehun.

"Kalo lo gamau cerita ya gapapa kok, gue ngertiin. Jadi, kita sampe sini aja ya,"

Air mata gue jatuh menggelinding dipipi. "Hun...."

Tiba-tiba telepon Sehun berbunyi. Dia langsung mengangkat telepon itu.

"Halo? ..... Iya? ..... Apa? Saya kesana sekarang," katanya langsung menutup telepon dan berjalan keluar kantor tanpa sedikitpun melirik gue. Dia langsung masuk ke mobilnya dan menjalankan mobilnya.

Gue menghapus air mata dipipi dan langsung keluar, memanggil taksi kosong yang kebetulan lewat dan mengikuti arah mobil Sehun.

Gue penasaran siapa orang yang telepon tadi. Kayanya Sehun kaget banget dan mungkin itu sesuatu yang penting.

Tapi... Segitu pentingnya kah masalah itu dibandingkan hubungan kita?

******

Rumah sakit?

"Stop disini aja pak, ini uangnya. Makasih ya," gue memberi ongkos taksi dan turun dari mobil, bersembunyi dibalik sebuah tiang dan menunggu Sehun untuk kembali membuntutinya.

Gue harus bilang sama Sehun. Gue harus cerita tentang hal tadi. Sehun kan pacar gue. Dia berhak tau apa yang terjadi sama gue, karena dia yang bakal ada terus disamping gue.

Sehun masuk ke dalem rumah sakit dan dia keliatan buru-buru banget. Gue langsung membuntutinya sampai disebuah ruangan rawat.

Gue berhenti didepan ruangan itu karena gue ga bakal bisa masuk. Gue gamau kalo Sehun tau gue ngebuntutin dia. Tapi gue penasaran. Ini ruang rawat siapa?

"Suster," gue memanggil seorang suster yang kebetulan lewat.

"Iya?"

"Kalo boleh tau... ini ruang rawat siapa ya?"

Suster itu diam sejenak sambil menatap gue.

"A-ah, jadi begini. Saya ingin menjenguk saudara saya, tapi saya lupa nomor kamarnya. Kemarin sih disekitar sini, makanya saya ingin tanya apa benar ini ruang rawatnya atau bukan,"

Blind Date [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang