No matter how much I run, like a running machine,
the scenery of this city won't change
No matter how serious I become,
as I become serious,
The gear rewinds and rushes.
"Hoseok a, kenapa kamu berangkat sekolah sekarang? Sarapan dahulu." Seorang wanita paruh baya muncul dari dalam rumah. Ia memegang semangkuk nasi yang harus dia suapkan kepada seorang gadis kecil yang mengekorinya.
Seorang pemuda berambut cepak dan mengenakan blazer hitam yang sedikit lusuh duduk di atas lantai untuk mengenakan sneakernya sesegera mungkin. Dia terlihat tergesa-gesa. Sambil mengetukkan ujung sepatu ke lantai, dia mengecek apakah dia telah membawa seluruh perlengkapan yang dia perlukan.
"Aku tidak bisa, Halmoni. Sudah terlambat. Aku akan beli sesuatu di kantin sekolah untuk sarapan." dia mendekat untuk mengecup pipi neneknya. "Aku berangkat sekarang."
"Kau punya uang untuk membeli sesuatu?" Halmoni berseru kepadanya ketika pemuda tersebut telah berlari keluar dari rumah. Tidak ada yang menjawab wanita tua itu.
Wanita paruh baya itu hanya mendesah dan menatap gadis kecil yang berdiri di sampingnya sambil mengunyah nasi yang ia suapkan kepadanya. "Anak itu harus mengurangi kerja paruh waktunya. Oppa-mu terlalu bekerja keras. Dia seharusnya menikmati masa SMA-nya, ya kan Hani?"
Gadis kecil itu hanya menatap sang nenek dan membuka mulutnya untuk disuapi lagi. "Halmoni, aaa ..."
Sekali lagi wanita tua itu mendesah dan menyendok sesuap nasi ke dalam mulut gadis kecil tersebut. "Ya, kau hanya peduli pada sarapan pagimu. Sangat bagus."
Wanita itu tahu ia tidak mungkin dapat menyalahkan gadis kecil yang baru berusia dua tahun ini untuk suatu hal. Dunia gadis ini masih terlalu mungil untuk dapat mengerti apa yang sedang terjadi dalam rumah tangga ini. Dia hanya memahami bahwa ketika dia merasa lapar dia harus makan dan ketika dia kenyang dia akan pergi bermain bersama teman-temannya di luar. Sesimpel itu saja.
"Hara, Howon, kalian berdua masih saja di rumah? Kakak kalian bilang dia sudah hampir terlambat dan kalian tidak segera berangkat juga?!"
Ketika dia kembali ke ruang makan, dia melihat dua siswa berseragam SMP masih duduk di dalam sana menikmati sarapan mereka dengan tenang. Keduanya seumuran. Mereka adalah kembar fraternal, laki-laki dan perempuan.
"Kami tahu, Halmoni. Sekolah hanya sepuluh menit dari sini. Apa gunanya terburu-buru. Halmoni baru saja mengatakan Hyung harus menikmati hidupnya dan sekarang Halmoni menyuruh kami memburu-buru hidup kami." Anak laki-laki itu mewakili dirinya dan kembarannya yang sedang terburu-buru menyelesaikan sarapannya sebelum berlari ke dalam kamar untuk mengambil tas miliknya.
Sang nenek sekali lagi mendesah khawatir. Hoseok dan kedua saudaranya merupakan pribadi yang sangat bertolak belakang. Yang satu terlalu memedulikan banyak hal yang tidak seharusnya anak seusianya pikirkan. Sedangkan dua yang lainnya terlalu tidak peduli terhadap sekeliling mereka, bahkan mengenai hal yang seharusnya mereka khawatirkan. Sesekali hal tersebut membuat sang nenek mengkhawatirkan nilai pelajaran Hoseok. Pemuda tersebut melakukan terlalu banyak kerja paruh waktu untuk membantu finansial keluarga ini.
"Segeralah berangkat kalau tidak mau terlambat."
"Ya, Halmoni." Anak laki-laki itu segera menelan makanannya dan memanggil saudara perempuannya. "Hara, sudah selesai belum? Ayo berangkat! Cepatan kalau tidak kutinggal kau!"
☆☆☆☆☆☆☆
Aku baik-baik saja. Aku terlihat normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth Of Lily
FanfictionTW: Cerita ini mengandung banyak isu sensitif yang dapat memicu. Harap bijak dalam membacanya. Orang-orang berkata bahwa masa muda adalah momen terindah dalam kehidupan. Kita tertawa. Kita menangis. Kita bertengkar dan jatuh cinta tanpa ada alasan...