Insecure again, dangerous again
so bad (why?) us, yeah
Enduring more, holding out
so hard (hard), we can't
Para anggota kru tiba di pemberhentian bus di depan gedung sekolah Jungkook. Tidak ada yang berbicara. Mereka bahkan tidak saling melihat kepada satu sama lain. Setiap anggota tenggelam dalam pemikiran mereka masing-masing dalam perjalanan dari Ulsan menuju distrik Ssangmun, dari perjalanan menggunakan KTX hingga mengenakan bus. Sekali mereka tiba, mereka hanya mengucapkan selamat tinggal yang canggung kepada satu sama lain. Jimin tidak turun dari bus. Dia lanjut menuju pemberhentian bus di dekat rumahnya. Jungkook dan Hoseok pergi bersama. Sementara Yoongi dan Jin juga berjalan bersama karena rumah mereka searah, namun suasana yang beredar di antara mereka terasa lebih janggal.
Yang tertinggal hanyalah Taehyung dan Namjoon. Mereka masih berdiri di pemberhentian bus.
"Ayo pulang," Namjoon yang pertama kali mengatakan sesuatu. Situasi ini terasa membingungkan untuknya. Dia pun tidak tahu apa yang akan terjadi pada seluruh anggota kru setelah acara jalan-jalan yang singkat ini. Setiap orang merasa lelah karena deretan kejadian yang terjadi, dari kejadian Jimin hingga perang dingin Jin dan Yoongi yang tidak diketahui sebabnya.
"Apa aku boleh pergi bersamamu?"
"Apa?"
Namjoon kembali berbalik setelah beberapa langkah. Taehyung masih berdiri di tempatnya. Dia terlihat memiliki kesulitan hingga membuat Namjoon tidak tega padanya. Setelah apa yang dia lihat di subuh hari, Namjoon tidak dapat mengabaikan perasaan khawatirnya mengenai sikap aneh Taehyung yang sudah semakin jelas.
Tidak ada yang melihat apa yang Taehyung lakukan sejelas Namjoon. Dari ketakutan untuk berada sendirian yang membuatnya berinteraksi dengan begitu banyak orang, keengganan untuk pulang, sesekali tidak masuk sekolah, hingga mimpi buruk yang dia tidak ingin bagikan. Namjoon tidak dapat mengira-ngira apa yang Taehyung sembunyikan di balik topengnya. Namun Namjoon pun tidak ingin mengetahuinya. Dia takut bahwa jika dia mengetahuinya dia akan tertarik masuk ke dalam kekacauan tersebut. Sudah cukup dengan kekacauan dari Jimin. Namjoon tidak memiliki keberanian untuk mencari tahu lebih, namun meskipun begitu dia tidak dapat mengabaikan pemuda ini.
Namjoon menghela napas sebelum mengendikan kepala ke samping. "Baiklah, ayo jalan. Kurasa aku butuh tidur sebelum pergi ke kerja sambilanku. Kau boleh tinggal untuk sesaat."
Taehyung berjalan ke sisi Namjoon. Mereka berjalan berdampingan hingga tempat Namjoon.
"Apa kau pernah menyaksikan seseorang mati di hadapanmu?" Taehyung tiba-tiba saja memulai percakapan setelah beberapa menit berjalan dalam diam.
Namjoon menoleh untuk melirik sekilas ke arah pemuda tersebut.
"Aku pernah menyaksikan satu."
Taehyung menahan sebuah batu kecil di bawah kakinya yang dia gunakan untuk memainkan tendangan-tendangan kecil selagi dia berjalan. Dia sepintas terkekeh selagi mengingat kenangan tersebut. Pemandangan tersebut terlihat memilukan. Senyuman yang terpapar di wajahnya dapat meretakkan hati seseorang yang melihatnya.
Namjoon dapat merasakan organ di dalam tubuhnya mulai melilit erat. Dia tidak menyukai arah percakapan ini.
"Kakak laki-lakiku mati di hadapanku (Kita hentikan saja percakapan ini)." Taehyung dan Namjoon berkata di saat yang bersamaan.
Taehyung terhenti dan menatap Namjoon yang terlihat tidak nyaman sekaligus terkejut di saat yang bersamaan.
Kakak laki-lakinya? Namjoon mengingat informasi yang baru saja dia interupsi. Taehyung tidak pernah cerita kalau dia memiliki seorang kakak laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth Of Lily
FanfictionTW: Cerita ini mengandung banyak isu sensitif yang dapat memicu. Harap bijak dalam membacanya. Orang-orang berkata bahwa masa muda adalah momen terindah dalam kehidupan. Kita tertawa. Kita menangis. Kita bertengkar dan jatuh cinta tanpa ada alasan...