Breathe or dream
Row the oars along with your heartbeat
if you are trapped in the other's thin judgments
then the sun will set on your life like a courtWhat am I doin' with my lifethis moment won't ever come again
I'm asking myself again, am I happy right now?
"Oh good-bye days
Imakawarukigasuru
Kinou made ni so long
Kakkoyokunaiyasashisaga soba niarukara
~With you."
Sebuah musik terdengar samar dari earphone. Bersamaan dengan itu, pendengar dari musik tersebut ikut bersenandung pelan bersamanya. Tidak ada seorang pun di sana saat itu, di tangga yang dapat membawamu ke atap gedung. Itulah mengapa dia dapat merasa sedikit tenang untuk sesaat. Tidak akan ada yang menatapnya. Tidak ada pula yang menghakiminya. Dia aman berada sendirian.
Sesungguhnya itu adalah sebuah ironi. Dia menggumamkan lagu yang menceritakan padanya mengenai sesuatu yang berubah tapi pada kenyataannya dia tidak pernah berubah. Tidak ada yang berubah di dalam sana. Jimin mendengar lagu tersebut berulang kali dengan harapan bahwa lagu tersebut dapat membantunya merasakan hal yang sama. Dia berharap bahwa lagu tersebut dapat menguatkannya. Persis seperti lirik selanjutnya dari lagu tersebut. Kesedihan dan ketakutan akan datang bagaimanapun caranya bahkan meski dia tidak menginginkannya. Dia tidak dapat melakukan apa pun dengan itu.
Jika saja dia dapat mengucapkan "halo" dan tersenyum pada pemikiran-pemikiran tersebut. Namun yang dia lakukan adalah kabur darinya. Dia mengurung dirinya setiap kali mereka datang.
"Aku tidak mengira itu adalah kau."
Sebuah nada ceria dari suara yang sedikit serak mengejutkan Jimin ketika dia mendengarnya. Dia melihat teman sekelasnya dari hari ketika dia memiliki momen ketakutan di dalam toilet.
Sekejap dalam benaknya, Jimin hendak kabur dari sana namun pemuda itu menahannya terlebih dahulu. Dia memintanya untuk tinggal.
"Untuk informasi saja, aku tidak punya penyakit menular apa pun. Kenapa kau terus-terusan kabur dariku? Aku bukan orang jahat. Ah, di toilet, aku minta maaf jika sudah mengatakan hal kasar padamu yang tidak kumaksud seperti itu. Aku hanya bercanda. Kau bereaksi berlebihan terhadapnya. Aku Kim Taehyung. Kau tahu aku berasal dari kelas yang sama denganmu, kan?"
Jimin melihat senyuman berbentuk kotak yang dia kenali setiap kali pemuda itu tertawa ketika berbicara dengan temannya di kelas. Kim Taehyung, tentu saja Jimin tahu nama teman sekelasnya.
"Kau punya suara yang enak didengar. Kau suka mendengarkan musik? Aku membuat kru dengan temanku dan beberapa kakak kelas. Kalau saja kau ingin bergabung." Ada jejak keraguan pada kalimat terakhir yang diucapkan Taehyung. Dia tidak tahu apakah pemuda yang satu ini akan setuju tapi dia sangat ingin untuk berteman dengannya.
"A-aku minta maaf. Aku tidak tertarik untuk bergabung dalam sebuah kru."
Jimin sesungguhnya tidak mengerti maksud dari kru tersebut. Apa yang dimaksud pemuda itu? Tapi saat itu dia hanya berpikir bahwa dia harus pergi dari tempat ini. Orang-orang akan mulai memperhatikannya. Itu akan menjadi buruk.
"Kenapa? Mereka orang-orang yang menyenangkan. Baiklah, Suga Hyung memang sedikit kasar dan menakutkan tapi dia baik. Dia punya selera musik yang bagus. Jin Hyung tidak banyak bicara tapi dia akan mendengar dan menjawabmu. Namjoon, kau tahu Namjoon, kan?" Jimin mengangguk gugup. Taehyung memulainya lagi. Berbicara tanpa henti. "Dia itu siswa terpandai di kelas, uhm terpandai seangkatan maksudku. Dia terlihat akan tidak mengacuhkanmu pertama kali tapi sesungguhnya dia merespons pada ucapanmu. Mereka semua teman-temanku. Kau juga bisa menjadi temanku juga. Semakin banyak semakin menyenangkan. Jangan jadi anti sosial. Ini kan SMA. Kau harus menikmatinya selagi kau bisa lakukan itu. Momen ini tidak akan datang untuk kedua kalinya dalam kehidupanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth Of Lily
FanfictionTW: Cerita ini mengandung banyak isu sensitif yang dapat memicu. Harap bijak dalam membacanya. Orang-orang berkata bahwa masa muda adalah momen terindah dalam kehidupan. Kita tertawa. Kita menangis. Kita bertengkar dan jatuh cinta tanpa ada alasan...