You are my only sun, one and only in the world
I bloomed for you, but I'm still getting thirsty
It's too late too late I can't live without you
Though my branch runs dry, I reach for you with all my strength.
"Sudah selesai."
Namjoon menarik keluar pelatuk dari tangki gas sebuah mobil berwarna hitam. Selagi memindahkan permen Loli di dalam mulutnya dia berjalan ke jendela di sisi pengemudi. Si pengemudi menyerahkan sebuah kartu pada Namjoon untuk membayar. Dia mengambilnya dan menggesekkan kartu pada mesin. Setelah dia menyerahkan kembali kepada pemiliknya, orang tersebut tidak mengatakan apa pun untuk berterima kasih pada Namjoon ataupun memberi tips. Sebaliknya dia menaikkan jendela kemudian beranjak pergi dari pom bensin dengan tergesa-gesa. Namjoon tidak terkejut untuk sesaat pun. Dia telah terbiasa dengan pelanggan semacam itu. Kenyataannya yang itu tadi terhitung yang cukup baik. Setidaknya dia tidak melemparkan uang tips seperti pelanggan yang sebelumnya Namjoon dapat.
Ya, Namjoon, si pelajar yang rajin belajar ini sedang bekerja di sebuah pom bensin bukannya menghadiri suatu tempat les privat untuk membuat nilainya lebih baik lagi. Satu, Namjoon tidak membutuhkan hal itu. Dia belajar dengan cukup baik sendiri. Dua, dia adalah seorang yatim piatu. Bagaimana bisa dia mampu membayar uang les? Di sanalah dia berdiri, di sebuah pom bensin di tengah malam sementara para pelajar lainnya sedang belajar di dalam kelas atau makan malam dengan keluarga mereka. Dia tidak menginginkannya tapi dia tidak punya pilihan lain. Dia harus membiayai dirinya sendiri.
Malam itu, pom bensin tidak memiliki banyak pelanggan. Ketika Namjoon melirik pada jam digital di layar ponselnya, waktu telah menunjukkan pukul 23.30. Dua jam lagi, dia sudah bisa pulang. Namjoon memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan mendengarkan beat yang diberikan Yoongi sebelumnya. Dia harus menuliskan beberapa lirik untuk beat tersebut, dengan begitu mereka dapat menciptakan sebuah lagu yang utuh untuk dipertunjukkan di Hongdae pada hari Sabtu.
Ini terdengar konyol. Namjoon tahu itu. Bagaimana sebuah kru yang begitu kacau seperti ini mempertontonkan sesuatu? Mereka bahkan tidak punya cukup lagu atau kemampuan untuk ditunjukkan. Rap Taehyung berada pada level di bawah level menyedihkan. Jin melakukan rap seperti orang tua. Sementara Jimin, dia hanya terlihat seperti anak hilang di department store. Ketakutan dan tersesat. Bagaimana seorang anggota seperti itu dapat melakukan pertunjukkan? Mereka akan menjadi bahan lelucon di jalanan dan semua itu adalah kesalahan Taehyung. Itu adalah ide gilanya.
☆☆☆☆☆☆☆
"Hyung, tidak kau merasa GRCFGA harus melakukan pertunjukan di suatu tempat? Kita harus melakukan sesuatu bersama. Dengan begitu ini akan lebih menyenangkan."
Suatu hari, Taehyung tiba-tiba saja mencetuskan idenya dari kebosanan di ruang musik. Tempat tersebut telah resmi menjadi tempat berkumpul mereka di sekolah. Namjoon tidak tahu bagaimana Yoongi melakukannya, tapi pemuda itu mampu untuk mendapatkan kunci ruangan dari guru.
"Apa itu GRCFGA?" Jin bertanya.
"Great rappers have come, you fake rappers go away. Itu adalah nama kru kita." Taehyung berseru.
Jin melongo. Jimin dengan jelas menunjukkan bahwa dia juga merasa jijik dengan nama tersebut meskipun yang dia lakukan hanyalah duduk dengan tenang di sudut ruangan. Sementara Yoongi, dia mengamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth Of Lily
FanfictionTW: Cerita ini mengandung banyak isu sensitif yang dapat memicu. Harap bijak dalam membacanya. Orang-orang berkata bahwa masa muda adalah momen terindah dalam kehidupan. Kita tertawa. Kita menangis. Kita bertengkar dan jatuh cinta tanpa ada alasan...