Sick of the same day, the repeating days
Grown-ups and my parents
keep installing confined dreams to me
Number one future career is a government worker?
"Akan kupastikan kau menyesali perkataanmu padaku! Ingat itu!" Itu adalah sebuah seruan yang sangat keras terdengar ketika Namjoon baru saja hendak menuruni tangga menuju sebuah klub hip hop bawah tanah. Tempat tersebut dipenuhi oleh coretan grafiti di dinding. Itu tidak membuat tempat tersebut terlihat kumuh atau berantakan melainkan menambah sisi artistik dari interior bangunan tersebut.
"Jangan berlebihan, Suga. Kau pikir yang kau ciptakan itu musik? Itu bukan apa-apa. Musikmu menyedihkan."
"Musikmu yang menyedihkan. Setidaknya milikku bukan sampah seperti milikmu. Aku tahu apa yang kubicarakan."
Suara-suara itu masih terdengar. Seseorang tampaknya sedang berdebat dengan seseorang bernama 'Suga'. Namjoon tidak merasa terganggu oleh hal tersebut. Dia sudah terbiasa menyaksikan situasi ini. Tempat seperti ini memang selalu dipenuhi oleh orang-orang yang sangat blak-blakan. Tidak jarang dia mendengar seseorang berdebat dengan seseorang lainnya mengenai musik dan idealisme mereka. Tidak jarang juga berbagi pendapat itu berujung menjadi konfrontasi dan menyebabkan orang-orang tersebut saling merilis mix tape untuk mencecar yang lain. Bahkan terkadang mereka merilis mix tape tersebut terlebih dahulu barulah berdebat dengan satu sama lain.
"Persetan dengan kau dan semua orang di sini."
Namjoon baru saja hendak membuka pintu namun pintu tersebut sudah terbuka dengan sendirinya. Tidak, seseorang membukanya terlebih dahulu sebelum dia melakukannya. Sebuah mimpi buruk dalam wujud seseorang berambut merah muncul di hadapannya. Ternyata salah satu dari orang yang sedang berdebat itu adalah Min Yoongi, siswa yang dia lihat di atap sekolah.
"Maaf, aku tidak tahu ada orang berdiri di belakang pintu. Oh, Namjoon."
Sudah terlambat untuk Namjoon melarikan diri sebelum pemuda itu mengenalinya. Jika saja dia tahu bahwa pertemuan tersebut mampu membawanya ke dalam masalah yang lebih dalam mungkin sejak awal Namjoon akan mengganti jadwal pertemuannya dengan Hyung yang dia kenal.
☆☆☆☆☆☆☆
"Jadi Hyung berambut merah ini dipanggil Suga di klub bawah tanah? Aku tidak tahu kau punya ketertarikan terhadap dunia seperti itu." Taehyung menyerukan keheranannya setelah mendengar cerita Namjoon –yang dia paksakan ingin ketahui– mengenai pertemuannya dengan Yoongi. "Ngomong-ngomong, tempat seperti apa itu klub bawah tanah?"
Namjoon mengerang dalam benak. "Mengapa kau terus mengikutiku? Aku sudah ceritakan semua."
"Tidakkah kau akan bertemu dengan Suga Hyung? Aku mau ikut." Pemuda itu sudah mengubah caranya menyebut siswa berambut merah itu dari Hyung berambut merah menjadi Suga Hyung.
"Kenapa kau harus ikutan? Ini bukan urusanmu dan aku tidak akan pergi ke sana. Aku akan pulang ke rumah." Namjoon mempercepat langkah kakinya menuruni tangga sesegera mungkin sebelum objek dari topik bahasan mereka muncul.
"Hei!" Taehyung berlari mengejarnya. "Biarkan aku ikut. Aku tidak punya hal yang harus dilakukan setelah sekolah. Atau izinkan aku main ke rumahmu."
"Kalau kau tidak punya kerjaan setelah sekolah ya pulang ke rumah! Aku tidak punya waktu bermain denganmu seusai sekolah."
"Tapi aku tidak ingin pulang ke rumah secepat ini." Tiba-tiba saja terjadi perubahan dalam suasana hati Taehyung. Rasanya seperti dia sangat membenci rumahnya hingga jika dia bisa lakukan, dia tidak ingin pulang sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth Of Lily
FanfictionTW: Cerita ini mengandung banyak isu sensitif yang dapat memicu. Harap bijak dalam membacanya. Orang-orang berkata bahwa masa muda adalah momen terindah dalam kehidupan. Kita tertawa. Kita menangis. Kita bertengkar dan jatuh cinta tanpa ada alasan...