That light, that light, please illuminate my sins
Where I can't turn back the red blood is flowing down
Deeper, I feel like dying every day
Please let me be punished
Please forgive me for my sins
Please
"Namjoon a, apa yang harus kulakukan? Aku sungguh muak dengan semua hal ini? Kenapa semuanya berubah menjadi seperti ini?"
"Taehyung, apa yang terjadi? Di mana kau? Taehyung. Kim Taehyung ...." Namjoon bangkit dengan cepat dari tempat tidurnya ketika dia mendengar suara yang datang dari teleponnya. Dia mencoba mencari ke sekeliling ruangan untuk pemuda yang seharusnya ada di sana. Ke mana dia pergi? Apakah dia pulang tanpa memberi tahu kepada Namjoon?
Saat itu sudah larut malam. Semua orang seharusnya sudah tidur, begitu pula Namjoon. Dia sangat memerlukannya. Namun waktu istirahatnya terganggu oleh sebuah panggilan telepon.
Suara Taehyung terdengar sangat serak dan bergetar. Dia menangis dan terus menangis tanpa menjawab pertanyaan Namjoon.
"Aku sangat ingin semua hal kembali seperti semula."
☆☆☆☆☆☆☆
Dia berlari tanpa henti. Berlari dan terus berlari. Tidak ada tujuan yang ingin dicapai. Dia hanya terus mengikuti lingkaran yang sama. Terus bertemu dengan jalan buntu yang sama. Dia tidak dapat keluar dari labirin ini. Sekelilingnya begitu gelap. Dia tidak pantas mendapatkan cahaya di dalam kehidupannya. Dia adalah seorang pendosa. Dan tidak peduli seberapa keras dia menangis dan berteriak meminta seseorang untuk mengeluarkannya dari sana, tidak ada seorang pun yang mendengarnya. Satu-satunya hal yang mengawasinya hanyalah sosok kecil yang memegang mainan sambil memperhatikan gerak-gerik Taehyung dari setiap sudut. Sosok itu adalah kesalahannya. Penghakimannya. Dia telah menantinya untuk melakukan kesalahan yang sama untuk kembali menghakiminya sekali lagi. Dan dia telah kalah dalam pertarungan ini. Sekali lagi dia melakukan kesalahan yang sama. Dia membiarkan Jimin mati seperti kakak laki-lakinya mati.
☆☆☆☆☆☆☆
"Taehyung a, ikuti aku. Aku akan menunjukkan cara untuk menggambarnya."
Terdapat Taehyung yang memegang krayon merah di atas kertas putih. Taehyung kecil memperhatikan pemuda yang sedang menggambar garis dan dia mencoba menirukannya dengan krayon lain. Sesekali dia menarik garisnya melewati garis milik kakaknya. Taehyung mencoba mengusik kakaknya namun pemuda tersebut tidak merasa terganggu. Malahan dia membalas dendam kepada lengan Taehyung. Tawa canda terdengar ke seluruh penjuru. Mereka tersenyum pada satu sama lain seakan tidak ada hal lain untuk dikhawatirkan.
☆☆☆☆☆☆☆
"Hyung ... Hyung ... aku dapat penghargaan dari sekolah. Lihat lukisanku."
Taehyung kecil berlari ke arah kakak laki-lakinya yang terlihat sedang berdiri di dalam sebuah gang kecil di dekat rumah mereka bersama salah satu temannya. Mereka sedang berbicara dengan serius sebelumnya namun Taehyung tidak menyadarinya. Dia hanya ingin membanggakan prestasinya pada kakaknya.
"Whoa Taehyungie, kau luar biasa." Bukannya kakaknya malahan pemuda yang satu lagi yang memuji Taehyung. Kakaknya tidak mengatakan apa pun.
"Siapa orang ini, Hyung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth Of Lily
FanfictionTW: Cerita ini mengandung banyak isu sensitif yang dapat memicu. Harap bijak dalam membacanya. Orang-orang berkata bahwa masa muda adalah momen terindah dalam kehidupan. Kita tertawa. Kita menangis. Kita bertengkar dan jatuh cinta tanpa ada alasan...