Deeper, deeper, the wound just gets deeper
Like pieces of broken glass that I can't reverse
Deeper, it's just the heart that hurts every day
(You) who was punished in my stead,
You who were only delicate and fragile
Apa kau pernah merasakan hal yang terjadi itu terlalu mengerikan untuk menjadi sebuah kenyataan? Kau terjebak dalam neraka, dihukum untuk dosa yang telah kau lakukan. Begitu buruk hingga kau hanya dapat berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi, seseorang tolong muncul dan bangunkan kau dari mimpi tersebut.
Tubuh Jimin bergetar hebat ketika dia melihat pesan yang dikirimkan kepada ponselnya. Itu bukan kali pertama dia menerima pesan tersebut semenjak acara jalan-jalan singkat tersebut. Mimpi buruknya telah kembali. Bahkan bersembunyi di tempat ini pun tidak akan membantu. Dia tidak akan pernah bisa kabur dari mereka. Mereka akan selalu menemukannya.
"Jimin a!" sebuah suara yang amat keras terdengar dari belakang. Itu mengejutkan Jimin. Tubuhnya gemetar selagi dia berbalik.
"Park Jimin, aku sudah panggil kau beberapa kali. Apa kau tidak dengar itu?"
Itu adalah Taehyung. Itu adalah Kim Taehyung. Jimin tahu itu namun dia tidak dapat menghentikan dirinya terjebak di dalam ketakutan. Pikirannya berkabut. Dia tidak dapat memikirkan apa pun selain untuk mencari tempat untuk kembali bersembunyi. Dia tidak aman berada di mana pun. Tidak ada tempat untuk bersembunyi.
Taehyung lagi-lagi terkejut melihat tindakan pemuda tersebut. Dia penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada Jimin. Ternyata beberapa hari tidaklah cukup untuknya kembali menjadi dirinya sebelumnya. Bukannya kembali normal, Jimin malah semakin menjauh dari seluruh anggota kru. Dia telah kembali pada gua kelamnya. Dia tidak pernah muncul di tempat Namjoon. Bahkan meskipun Jimin sebelumnya tidak pernah melakukan banyak hal di sana, dia akan selalu hadir. Untuk duduk dalam diamnya atau mengamati para anggota kru melakukan aktivitas mereka. Namun kini dia tidak pernah lagi datang. Taehyung tidak menyukai perubahan ini namun dia tidak dapat melakukan apa pun mengenai itu. Perasaan bersalah menghentikannya untuk memaksa Jimin sekali lagi. Dia khawatir jika memaksakan pendapatnya kepada pemuda tersebut, dia akan semakin menyakitinya. Taehyung sudah muak menyakiti semua orang. Dia tidak ingin ada lagi yang terluka karenanya.
Yang dia dapat lakukan hanyalah menyaksikan semua satu persatu meninggalkannya.
Sekali lagi, itu adalah kesalahannya.
☆☆☆☆☆☆☆
Satu persatu dari mereka mulai tidak lagi muncul di pertemuan kelompok tersebut.
Rasanya seperti saat kita kecil, bermain di taman bermain di dekat lingkungan rumah. Begitu matahari terbenam, para ibu mulai memanggil anak-anak mereka untuk pulang. Satu persatu dari kita beranjak kembali ke rumah. Waktu bermain telah usai dan yang tertinggal hanyalah satu orang di dalam taman bermain yang begitu luas tersebut.
Semua orang begitu sibuk dengan hal masing-masing. Mulai dari Jimin, Jin, dan kemudian Hoseok. Bahkan kekeraskepalaan Taehyung kali ini pun tidak mampu melakukan apa pun untuk menyatukan mereka semua kembali. Situasi ini membuat Jungkook merasa muram.
Jungkook tidak mengkhawatirkan menghilangnya Jin atau Jimin. Mereka mungkin sibuk atau butuh waktu menyendiri. Namun dia mengkhawatirkan mengenai Hoseok. Suatu hari setelah acara jalan-jalan singkat itu, Hoseok berhenti mampir ke tempat Namjoon. Taehyung bertanya padanya ketika mereka bertemu di sekolah. Hoseok hanya berkata bahwa dia akhir-akhir ini sangat sibuk, tidak ada waktu untuk mampir. Itu adalah hal yang biasa untuknya, namun Taehyung mengatakan bahwa pemuda yang lebih tua itu terlihat sedikit kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth Of Lily
FanfictionTW: Cerita ini mengandung banyak isu sensitif yang dapat memicu. Harap bijak dalam membacanya. Orang-orang berkata bahwa masa muda adalah momen terindah dalam kehidupan. Kita tertawa. Kita menangis. Kita bertengkar dan jatuh cinta tanpa ada alasan...