Akhirnya muffin buatan mommy dan Karen pun sudah jadi. Karen meletakkan beberapa cup muffin di atas nampan dan membawanya ke ruang keluarga. Disana, Oliver sudah menunggu daritadi. Oliver pun mengambil satu cup muffin dan mencicipinya. Karen dengan cemas menunggu komentar dari Oliver perihal muffin buatannya.
"Gimana? Enak gak?" Tanya Karen hati-hati. Ia melihat wajah datar Oliver yang sedang mengunyah muffin buatannya.
"Hmmm.." Oliver hanya bergumam dan terus mengunyah muffinnya.
"Oliver, jawaab!" Pintanya tak sabaran.
"Hmm..." Oliver masih bergumam menanggapinya.
"Jangan hmm aja dong" ucapnya memelas meminta komentar Oliver tentang muffin buatannya.
Oliver sangat gemas sekali. Karen itu selain polos, ia juga mempunyai sifat bawel dan gak sabaran. Ia pun menjawab rasa penasaran Karen.
"Hmm... Enak banget!" Komentarnya yang membuat Karen tak percaya.
"Serius?"
"Dua rius. Aku suka banget" ucap Oliver mengacungkan dua jarinya lalu mengambil satu cup muffin lagi.
"Yeeeee!" Pekik Karen girang. Akhirnya ia bisa membuat muffin. Ia sangat berterima kasih pada almarhum neneknya yang sudah mengajarkannya resep membuat macam jenis kue, termasuk muffin.
"Kamu ternyata bisa masak juga ya.." Ucap Oliver mengelus rambut Karen dengan lembut. Ia tidak menyangka, gadis manja seperti Karen ternyata pandai memasak juga. Dari dulu, Oliver ingin mempunyai istri yang pandai memasak sekaligus menyayanginya dengan tulus. Ternyata sifat itu ada didalam diri Karen. Oliver pun semakin suka dengan Karen.
"Gak terlalu pintar juga sih. Hanya beberapa aja" sahut Karen menyandarkan kepalanya pada pundak Oliver. Ia sangat nyaman berada dalam posisi ini.
"Kamu sering-sering buatin aku muffin ya.." Ucap Oliver memeluk Karen dan membawa kepalanya semakin menyandarkan di bahunya. Ia sangat nyaman memeluk tubuh mungil Karen. Rasanya ia ingin selalu dalam posisi seperti ini.
**
Keesokannya ...
Oliver mengajak Karen untuk makan siang. Ia pun datang ke kantor Karen setelah meminta alamat pada papa Karen.
Oliver pun menaiki lift menuju ruangan Karen. Sedari tadi ia merasa menjadi pusat perhatian di sekelilingnya. Banyak pasang mata yang melihatnya dengan tatapan kagum. Apalagi oleh wanita-wanita di kantor ini. Oliver pun tidak memperdulikannya dan tetap pada tujuan awal, yaitu mengajak Karen makan siang bersama.
Setelah sampai, Oliver pun keluar dari lift. Di dalam lift ia merasa sangat risih ditatap oleh para wanita.
Oliver pun berjalan menuju ruangan dimana Karen sedang bergelut dengan berkas-berkas.
Melly baru saja keluar dari ruangan Karen. Ia melihat sosok tinggi tegap dan tampan berjalan ke arahnya.
"Wah.. Cakep bener tuh cowok ya!" Gumamnya tak lepas melihat pria itu menghampirinya.
"Permisi. Apa benar ini ruang manager?" Tanya Oliver pada Melly yang sedang menganga menatapnya.
Melly hanya mengangguk mengiyakan karena lidahnya tiba-tiba kelu untuk menjawab satu kata saja pertanyaan dari Oliver.
"Bisa saya bertemu dengan Karenina Gunawan?" Tanya Oliver lagi. Ia bingung, wanita dihadapannya ini hanya melongo melihatnya. Perasaannya, tidak ada yang aneh dari dirinya.
Melly tidak menanggapi Oliver. Ia terus menatap makhluk tampan satu ini.
"Omg bule darimana nih? ganteng banget! Mata biru, hidung mancung, tinggi, kulit putih dan satu lagi... Awww bibirnya sexy" ucap Melly dalam hati. Menatap Oliver pada setiap inchi tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love CEO
Romance"Kalau kamu belum punya pacar, papa akan kenalin kamu ke anak sahabat papa siapa tahu aja dia suka sama kamu..." Ucap papa. "Papa main sembarangan jodohin anaknya aja!" Ucap Karen tidak terima. "Habisnya memang ini satu satunya cara supaya kamu cepa...