6 Tahun Kemudian ...
"Daddy, kenapa kita buru-buru?" Tanya Franzel dengan wajah lucunya. Ia baru saja duduk di bangku sekolah dasar, dan sekarang ia dijemput oleh Oliver padahal belum bel pulang sekolah.
"Mommy kamu mau lahiran. Sekarang mommy sudah di rumah sakit" sahut Oliver memakai sabuk pengaman lalu menancap gas mobilnya meninggalkan halaman sekolah Franzel.
"Yeayyy! Dedek El akhirnya keluar juga dari perut mommy.." Franzel dengan senangnya melompat-lompat di bangkunya membuat Oliver tidak nyaman mengendarai mobilnya.
"Ansel, sayang. Jangan lompat-lompat, daddy jadi gak konsen bawa mobilnya!" Ucap Oliver dengan lembut pada Franzel yang masih lompat-lompat kegirangan.
"Yeayy aku mau punya adik!" Bukannya berhenti, Franzel malah tambah melompat hingga berpindah ke kursi belakang.
"Ansel, duduk diam!" Oliver sedikit mengeluarkan suara tegasnya.
Franzel malah semakin menjadi. Oliver sedikit melambatkan laju mobilnya. Putranya benar-benar membuatnya harus bersabar dalam situasi darurat seperti ini.
Hal yang tak terduga terjadi. Franzel dengan pecicilannya, membuka jendela belakang dan berteriak membuat Oliver memberhentikan mobilnya.
"YEAYY!! AKU MAU PUNYA ADIK"
Oliver dengan kesal, ia turun dari mobilnya dan membuka pintu belakang yang terdapat Franzel disana.
Oliver menggendong putranya keluar dan memindahkan ke kursi depan samping kemudi kemudian memasangkan sabuk pengaman agar Franzel tidak kemana-mana lagi.
"Duduk dan diam. Kalau kamu gak bisa diam, daddy turunkan kamu di jalan!" Ucap Oliver tegas.
"Huh, daddy gak seru!" Sahut Franzel menunduk lesu. Kalau daddynya sudah marah, ia tak bisa berkutik lagi.
Setelah memastikan Franzel yang sudah benar-benar diam, Oliver kembali masuk ke dalam mobil dan menjalankan kembali menuju rumah sakit.
Benar saja, kalau Oliver sudah tegas, Franzel tidak bisa berkutik lagi. Karena hanya itu satu-satunya Cara membuatnya diam dan tak pecicilan.
Oliver menghela nafasnya. Semakin hari, sifat putranya itu semakin mirip dengan sifat istrinya. Oliver sedikit pusing menenangkannya dan butuh ekstra kesabaran.
Dari segi fisik, Franzel memang seperti duplikat Oliver saat kecil. Namun dari segi sifat, Franzel lebih dominan mirip dengan sifat Karen yang cerewet, pecicilan, dan menurut kalau Oliver sudah berbicara tegas padanya.
Setelah beberapa menit lamanya, akhirnya sampai juga di rumah sakit. Oliver menggandeng Franzel dan sedikit mengajaknya berlari agar cepat sampai di ruangan Karen.
Para pengunjung maupun pegawai rumah sakit yang melihatnya sedikit terkagum dengan seorang ayah dan putranya yang tampan. Apalagi Oliver yang masih lengkap menggunakan setelan jasnya dan Franzel yang masih menggunakan seragam sekolahnya.
Setelah menemukan ruangan Karen, Oliver dan Franzel masuk ke dalam. Terlihat Karen yang terbaring lemah menahan sakit pada perut buncitnya.
Karen melihat suami dan putranya yang baru saja masuk ke ruangannya. Karen langsung saja memarahi Oliver karena suaminya itu lama sekali datangnya.
"Kamu kemana aja? Lama banget sih. Istrinya mau lahiran, kamu malah keluar!" Bentak Karen pada Oliver.
"Ya ampun, sayang. Aku habis menjemput Ansel" ucap Oliver dengan nafasnya terengah-rengah.
"Sekolah Ansel kan gak terlalu jauh dari rumah sakit, tapi kenapa kamu lama banget hah?" Ucap Karen dengan kesalnya.
Oliver menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Ia memang harus sabar menghadapi istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love CEO
Romance"Kalau kamu belum punya pacar, papa akan kenalin kamu ke anak sahabat papa siapa tahu aja dia suka sama kamu..." Ucap papa. "Papa main sembarangan jodohin anaknya aja!" Ucap Karen tidak terima. "Habisnya memang ini satu satunya cara supaya kamu cepa...