Oliver benar-benar gelisah sekarang. Karen menepati janjinya untuk marah padanya. Alhasil Karen mengabaikan Oliver. Seperti sekarang ini, Oliver disuruh untuk tidur sofa ruang tamu. Karen mengunci kamarnya agar Oliver tidak mengganggunya.
Berulang kali Oliver mencoba memejamkan matanya. Namun rasa kantuk tak kunjung datang juga. Ia malah tidak bisa tertidur karena tak bisa memeluk Karen seperti biasanya. Ditambah tidur sofa membuat seluruh badannya pegal-pegal.
"Shit! Ini benar-benar sangat menyiksa.." gumam Oliver. Ia pun menggerak-gerakan tubuhnya kesamping kanan maupun kiri, namun tetap saja matanya masih terjaga. Akhirnya Oliver memutuskan untuk bangun.
Ia pun berdiri di depan pintu kamar yang tertutup. Sepertinya Karen sudah tidur di dalamnya. Oliver mencoba membuka knop pintu, namun tetap saja pintu dikunci dari dalam oleh Karen. Lebih sialnya lagi Oliver tak memiliki kunci cadangannya.
"Sayang.." Oliver mengetuk pintu yang masih tertutup rapat itu.
"Sayang, buka dong pintunya. Aku gak bisa tidur di sofa.." ucapnya lagi dengan tangan masih mengetuk-ngetuk pintu tersebut.
"Sayang, kamu sudah tidur?" tanyanya pada pintu terutup. Tak ada jawaban dari dalam sana.
"Sayang, aku mohon buka pintunya. Aku gak bisa tidur kalau gak peluk kamu" lagi-lagi hanya hening yang Oliver dapat dari dalam. Sepertinya Karen sudah benar-benar tertidur.
"Aku minta maaf, sayang. Maafkan aku.." ucap Oliver.
"Aku janji bakal jelasin semuanya ke kamu. Asal kamu jangan abaikan aku seperti ini. Ini sangat menyiksa, sayang.." ucapnya lagi.
Sementara dari dalam kamar, Karen memang belum tertidur pulas. Ia masih terjaga. Karen dapat mendengar suara Oliver beserta gedoran pintu. Namun Karen tak berniat membukanya.
Tak dapat dipungkiri Karen, jika sekarang ia juga merasa tidak nyenyak tidurnya. Entah dorongan darimana, Karen rasanya ingin sekali Oliver memeluknya yang tertidur. Namun Karen tetap pada egonya untuk marah dan sedikit memberi pelajaran pada suaminya itu.
Karen mencoba memejamkan matanya berusaha tidak mendengar gedoran beserta teriakan Oliver dari luar kamar. Tetap saja matanya tidak bisa terpejam dan malah keinginannya untuk tidur dipeluk oleh Oliver pun makin menjadi.
"Sayang, maafkan aku.." terdengar suara Oliver dari luar sana.
Akhirnya Karen mengalah dengan rasa egonya. Ia pun menyingkirkan selimutnya lalu bangun hendak membukakan pintu.
"Sayang, maaf----"
"Masuk!" Oliver menganga tak percaya, jika dihadapannya Karen akan membukakan pintu kamarnya.
"Cepat masuk!" ucap Karen sedikit meninggi.
"Sayang, kamu--" lagi-lagi ucapan Oliver sudah dipotong terlebih dahulu.
"Cepat masuk atau aku akan berubah pikiran?" ucap Karen dengan nada seriusnya. Oliver pun tak mau menyia-nyiakan kesempatannya.
Ia langsung masuk ke dalam kamar dan berbaring di samping Karen. Oliver langsung memeluk Karen yang memunggunginya. Karen juga tak menolak dengan pelukan Oliver karena memang ia ingin.
"Sayang, maafkan aku" ucap lirih Oliver. Karen dapat merasakan nafas hangat Oliver dilehernya.
"Aku janji aku bakal jelasin ke kamu semuanya sayang. Tapi aku mohon jangan abaikan aku.." lanjutnya semakin mengeratkan pelukannya pada Karen. Oliver pun menenggelamkan kepalanya pada lekuk leher Karen sesekali mengecupnya.
Karen terdiam memejamkan matanya merasakan sensasi pada lehernya. Karen ingin sekali membalikkan tubuhnya dan memeluk Oliver. Namun ia tahan dan tetap membiarkan Oliver yang memeluknya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love CEO
Romance"Kalau kamu belum punya pacar, papa akan kenalin kamu ke anak sahabat papa siapa tahu aja dia suka sama kamu..." Ucap papa. "Papa main sembarangan jodohin anaknya aja!" Ucap Karen tidak terima. "Habisnya memang ini satu satunya cara supaya kamu cepa...