Oliver menabur bunga pada makam mungil anaknya. Air matanya terus mengalir. Tetapi ia harus mengikhlaskan kepergian anaknya.
Acara pemakaman hanya dihadiri keluarga dan sahabat dekat saja. Orang tua Oliver juga hadir di pemakaman. Mereka langsung terbang ke Indonesia setelah mendengar kabar duka mengenai cucu kembarnya.
Sejujurnya semua keluarga dan sahabatnya senang atas kelahiran anaknya, namun di waktu bersamaan juga merasakan duka yang amat mendalam.
Oliver terus mengelus batu nisan yang bertuliskan "Franklyn Joseph Rossler". Setidaknya, ia masih mempunyai satu orang putra lagi. Tapi alangkah senangnya ia jika kedua bayi kembarnya hidup.
"Mommy turut berduka cita atas kehilangan cucu mommy.." Mommy Oliver memeluk putranya. Ia turut bersedih, karena salah satu cucu kembarnya meninggal dunia padahal ia belum sempat melihat dunia.
"Kamu harus kuat, Ver. Masih ada anak kamu satu lagi" ucap daddy Oliver menepuk pelan bahu putra satu-satunya ini.
Kejadian ini mengingatkan Mommy dan Daddy Oliver pada dua puluh tujuh tahun yang lalu.
"Kamu jangan terus bersedih. Ayo kita kembali ke rumah sakit. Karen pasti membutuhkanmu" ucap Mommy menasihati Oliver. Oliver hanya mengangguk lemah. Mereka pun meninggalkan pemakaman.
Karen masih di rawat di rumah sakit pasca melahirkan, sebab itu ia tidak bisa ikut menghadiri upacara pemakaman bayinya. Ia harus istirahat karena kemarin habis menangis tiada henti.
**
Karen menatap kosong ruang inapnya. Ia masih bersedih jika mengingat anak keduanya yang pergi selama-lamanya.
"Ren, sudah. Anakmu pergi dalam damai. Ikhlaskan dan terimalah" ucap mama Karen duduk di samping putrinya yang masih dalam keadaan berkabung.
"A-aku gak bisa ma, hiks.." Karen langsung memeluk mamanya dan kembali menangis.
"Kamu pasti bisa. Kan masih ada anak kamu satu lagi. Sudah jangan menangis. Tuhan masih sayang sama kita semua" ucap mama Karen mengelus bahu bergetar putrinya yang menangis di pelukannya.
Tak lama kemudian, pintu ruangan Karen dibuka. Tampak Oliver dan mertuanya yang datang menghampirinya.
Karen melepaskan pelukannya pada mamanya. Mama Karen pun berpindah ke sofa dan duduk bersama besannya.
Oliver duduk dipinggir ranjang Karen. Dengan sigap, Karen langsung memeluk Oliver dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang suaminya. Ia kembali terisak.
"Sudah, sayang. Kita harus menerima kalau ia meninggalkan kita" Oliver mengelus lembut rambut istrinya.
Karen menggelengkan kepalanya di dada Oliver dan terdengar suaranya yang masih terisak.
"A-aku ng-ngga bisa, Ver" ucap Karen terbata.
"Kamu bisa. Kita semua merasa kehilangan, sayang. Kamu harus bisa menerimanya. Franklyn tidak tenang kalau mommynya masih menangis" Oliver menangkup kedua pipi istrinya dan mengusap lembut wajahnya yang berlinang air matanya.
"Kamu gak tahu apa yang aku rasakan, Ver.." Ucap Karen lirih dengan suara seraknya.
"Aku tahu. Aku juga merasakannya. Aku lebih sakit saat melihatmu menangis, sayang" ucap Oliver lembut.
"Rasa sedih kamu beda dengan aku. Aku ini seorang ibu, Ver. Aku mengandungnya selama sembilan bulan dan melahirkannya dengan susah payah. Aku lebih merasa sedih saat melahirkannya tetapi ia sudah tiada. Tidak ada suara tangis saat ia keluar dari rahimku.." Karen berucap dengan nafas memburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love CEO
Romance"Kalau kamu belum punya pacar, papa akan kenalin kamu ke anak sahabat papa siapa tahu aja dia suka sama kamu..." Ucap papa. "Papa main sembarangan jodohin anaknya aja!" Ucap Karen tidak terima. "Habisnya memang ini satu satunya cara supaya kamu cepa...