5 bulan kemudian.
Hari ke hari, serta bulan ke bulan. Perut Karen yang tadinya rata, sekarang sudah mulai terlihat membuncitnya. Dan juga Karen lebih sering lelah bekerja karena berbadan dua. Padahal Oliver sudah menyuruhnya istirahat dirumah, namun Karen bersikukuh untuk tetap bekerja menjadi sekretaris Oliver.
Oliver juga menepati janjinya. Bahkan ia sangat protektif pada Karen dan tentu membuat Karen bete. Oliver juga jadi lebih siang berangkat ke kantor. Bahkan, ruangan Karen dipindahkan ke ruangan Oliver agar Oliver dapat memantau istrinya bekerja.
"Sayang, sini.." Panggil Oliver. Karen menoleh dan sejenak meninggalkan berkas yang sedang dikerjakannya.
"Ada apa, Ver?" Tanya Karen heran. Oliver menariknya agar duduk di pangkuannya.
"Gak apa-apa. Aku cuma mau menyapa Little Oliver" ucap Oliver dengan senyumannya.
"Ver, aku ini berat. Jangan pangku-pangku" ucap Karen dalam pangkuan Oliver.
"It's okey, sayang. Bagi aku, kamu gak berat. Tetap sama rasanya" ucap Oliver mengelus perut Karen yang membuncit.
"Apa kabar Little Oliver?" Oliver memulai interaksinya pada calon anaknya di dalam perut Karen.
"Baik, daddy" sahut Karen.
"Daddy gak sabar deh kamu lahir. Daddy mau mengajak main bola sama kamu.." Ucap Oliver.
"Ver, kalau anak kita perempuan masa kamu mau ajak dia main bola sih?" Ucap Karen merespon Oliver yang sedang berbicara pada anaknya.
"Ya gak apa-apa dong, biar anak kita perempuan yang kuat" ucap Oliver seenaknya.
"Enak aja! Kamu mau anak kita jadi seperti laki-laki?" Ucap Karen tak terima. Ia maunya anaknya perempuan yang anggun dan feminim.
"Ya sudah kalau gitu, mendingan laki-laki aja" sahut Oliver dengan santainya. Karen memutar kedua bola matanya malas.
"Hmm sayang, semakin hari, tubuh kamu semakin berisi deh.." Oliver mencubit pipi Karen yang mulai terlihat chubby dengan gemas.
"Yaiyalah kan aku lagi berbadan dua" ucap Karen.
"Selain itu kamu juga makan terus, itu yang buat kamu jadi berisi" ucap Oliver.
"Itukan bukan keinginan aku. Tapi anak kamu yang minta" sahut Karen.
"Bagus deh. Dengan begitu, kamu jadi terlihat lebih menggoda di mata aku.." Ucap Oliver berbisik di telinga Karen membuat Karen meremang.
"Ver, kamu itu dari dulu sifat mesumnya gak hilang-hilang!" Ucap Karen sebal.
"Wajar dong, sayang. Aku ini pria normal. Kalau aku gak mesum, mana mungkin Little Oliver hadir.." Ucap Oliver dengan senyuman kebanggaannya lalu mengelus perut Karen.
"Tapi gak usah berlebihan sifat mesumnya" ucap Karen mengerucutkan bibirnya.
"Kamu juga senang kalau aku mesumin" celetuk Oliver membuat pipi Karen merona.
"Apa? Gak!" Sanggah Karen. Oliver tersenyum penuh arti padanya.
"Ah masa sayang? Buktinya aja kamu selalu pasrah. Ya walaupun setiap kita melakukannya, pasti kamu selalu gigit bahu aku. Aku gak menyangka kamu seliar ini.." Ucap Oliver dengan gamblangnya dan tanpa rasa malunya.
Wajah Karen semakin memerah. Itu membuat Oliver semakin gemas dengan wajah merona Karen dan juga pipinya yang chubby.
"Eh-enggak, Ver. Sok tahu kamu!" Ucap Karen.
"Oh kamu mau bukti? Ayo, kita lakukan. Lagipula sudah lama juga aku gak mengunjungi Little Oliver.." Sahut Oliver lagi dengan gamblangnya.
Karen langsung menjitak dahi suaminya dengan gemas. Enak saja main ngomong seenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love CEO
Romance"Kalau kamu belum punya pacar, papa akan kenalin kamu ke anak sahabat papa siapa tahu aja dia suka sama kamu..." Ucap papa. "Papa main sembarangan jodohin anaknya aja!" Ucap Karen tidak terima. "Habisnya memang ini satu satunya cara supaya kamu cepa...