"Maaf" Hanya kata itu yang keluar dari mulut Gina.
"Maaf untuk apa?" Balas Oliver sarkatis.
"Maaf karena kamu telah meninggalkan aku dan lebih memilih cowok brengsek itu, hah?" Lanjut Oliver yang sudah emosi.
Gina hanya menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap mata Oliver. Kini ia menyesal telah meninggalkan Oliver dan pergi bersama selingkuhannya.
"Kamu sadar gak sih, Gin. Apapun rela aku lakuin demi kamu karena aku mau kamu bahagia dan tetap berada disisiku. Tapi apa? Kamu malah meninggalkan aku di saat aku melamar kamu. Itu sangat menyakitkan, Gin" Ucap Oliver dengan penuh emosi. Gina hanya menunduk dan matanya terlinang air mata menandakan penyesalan yang amat mendalam.
"Sekarang, ucapan maaf kamu sudah terlambat. Aku sudah gak butuh kata maaf yang keluar dari bibir kamu!" Ucap Oliver tajam lalu pergi meninggalkan Gina begitu saja.
"Aku cuma ingin minta maaf dan memperbaiki semuanya. Apa ini salah?" ucap Gina setengah berteriak. Oliver menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Gina.
"Apa? Memperbaiki semuanya? ckck, tapi sudah terlambat!" balas Oliver dengan sinisnya.
"Mengapa sudah terlambat? Apa kamu sudah melupakanku dan menemukan penggantiku di hatimu?" Tanya Gina yang mulai meninggi. Mengingat itu hatinya terasa teriris karena ia bukan lagi pemilik hati itu.
"Aku sudah menikah dan gak mungkin kita bersama lagi" tekan Oliver di setiap katanya. Gina yang mendengarnya sudah emosi.
"Siapa perempuan yang beruntung itu? Apa dia lebih cantik dan hebat dariku sehingga kamu menyukainya?" Gina bersungut membuat Oliver muak akan kesombongan yang dimilikinya.
"Ya. Dia lebih hebat dibandingkan dirimu yang sudah menyakiti hatiku" balas Oliver berlalu meninggalkan Gina yang melongo dan langsung masuk ke dalam mobilnya.
"Oliver!!!" ucap Gina yang kesal karena Oliver telah meninggalkannya begitu saja.
"Arrgh!" Oliver meninju dashboard mobilnya dan mengemudi dengan tidak tenang.
Ia sudah tekad dalam hatinya untuk melupakan Gina. Namun egonya terus membantah. Yang ia inginkan sekarang adalah Karen, istrinya. Hanya bersama wanita cerewet dan polos itu yang membuat Oliver selalu nyaman. Ingin rasanya Oliver bercerita tentang keluh-kesahnya pada Karen.
**
Flashback. Empat tahun yang lalu.
"Ger, gimana semuanya? Sudah beres kan?" Tanya Oliver pada Gerald sahabatnya via telepon.
"As you wish, bro. Beres" sahut Gerald dari seberang teleponnya.
"Bagus. Gue berharap malam ini adalah malam yang gak akan gue lupakan" ucap Oliver yang sudah tak sabar akan niatnya yang ingin melamar kekasihnya.
"Semoga berhasil, bro. Gue sebagai sahabat akan mendukung lo" ucap Gerald. Ia bisa melihat raut bahagia sahabatnya.
"Thanks atas bantuan lo, Ger" ucap Oliver.
"Sama-sama, bro" Sambungan telepon pun terputus.
Oliver segera bangkit dan bersiap untuk melamar Gina nanti malam. Hatinya sudah berbunga-bunga dan senyum selalu mengembang di bibirnya. Ia sudah menantikan ini sejak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love CEO
Romance"Kalau kamu belum punya pacar, papa akan kenalin kamu ke anak sahabat papa siapa tahu aja dia suka sama kamu..." Ucap papa. "Papa main sembarangan jodohin anaknya aja!" Ucap Karen tidak terima. "Habisnya memang ini satu satunya cara supaya kamu cepa...