20. Trouble (1)

223K 7.6K 307
                                    

Karen merasa aneh dengan sifat suaminya belakangan ini. Ia merasa di acuhkan dan diabaikan oleh Oliver. Bahkan tadi pagi sebelum Oliver berangkat ke kantor, ia hanya mencium kening Karen tanpa berkata apa-apa. Oliver bahkan hanya berbicara jika ditanya oleh Karen itupun juga dijawab dengan datar.

Gerald memimpin rapat pagi ini. Dilihatnya Oliver yang duduk di seberangnya hanya menatap kosong ke arahnya. Gerald bahkan sudah menjelaskan panjang lebar pada client nya dan sahabatnya itu hanya bergeming di tempatnya dengan wajah datarnya.

"Saya rasa cukup sampai disini. Terima Kasih" ucap Gerald mengakhiri presentasinya. Semua yang berada di ruangan itu bertepuk tangan dan menjabat tangan.

"Semoga kerjasama kita akan sukses, Mr. Gerald" ucap client nya berjabat tangan pada Gerald, sang wakil CEO.

"Ya semoga lancar kedepannya" sahut Gerald dengan senyum yang mengembang.

"Dan selamat untuk kita atas kerjasama proyek ini, Mr. Rossler" ucap client tersebut pada Oliver yang memandang kosong kedepan. Tangan client tersebut menggantung di hadapan Oliver.

Gerald yang melihat sahabatnya yang sedang aneh akhir-akhir ini pun tak tinggal diam. Ia memanggil nama Oliver dengan bisikan.

"Ver.." bisiknya namun Oliver tak menggubrisnya.

"Ver.." Ucapnya kali ini menyenggol lengannya. Namun Oliver lagi-lagi masih melamun dengan tatapannya yang datar.

"OLIVER JAMES ROSSLER!!" Gerald sudah hilang kesabarannya hingga ia sedikit berteriak di depan wajah Oliver membuat pria itu terkejut.

"Ah iya?" sahut Oliver tersadar dari lamunannya.

"Lo daritadi kenapa sih? Itu client kita ingin berjabat tangan sama lo tapi lo malah ngelamun" tutur Gerald dengan nada jengkelnya.

Oliver pun langsung menatap tangan menggantung client nya yang ingin berjabat tangan padanya. Ia pun tersenyum simpul sambil membalas jabatan tangan itu. Client nya pun membalasnya sambil tersenyum ramah padanya.

"Semoga kerjasama kita berjalan lancar" ucap client tersebut. Oliver hanya mengangguk dan mempersilahkan clientnya keluar dari ruang rapat.

Gerald menghampiri Oliver yang masih setia di ruang rapat. Semua orang yang rapat sudah meninggalkan ruangan ini beberapa menit lalu. Yang tersisa hanya tinggal mereka berdua di ruangan ini.

"Ver, lo kenapa sih? Daritadi gue lihat lo diam aja" Tanya Gerald merebahkan bokongnya di kursi samping Oliver duduk.

"Ich bin gut" sahut Oliver dengan tatapannya yang lesu.

"Atau lo ada masalah sama Karen?" Tanya Gerald dengan nada serius. Ia tak yakin jika sahabatnya ini baik-baik saja.

"No" sahutnya singkat.

"Terus kenapa? Gak biasanya lo jadi diam dengan tampang sedatar-datarnya seperti ini" Ucap Gerald mengeluarkan apa yang ada di benaknya semenjak ia memperhatikan tingkah Oliver yang tiba-tiba menjadi pendiam dengan tatapan kosong.

"Dia datang lagi.." Sahut Oliver dengan wajah lesunya. Gerald mengernyitkan dahinya.

"Dia siapa yang lo maksud?"

"Gina" ucapnya seperti tidak ada semangatnya.

Terlihat Gerald yang terkejut setelah Oliver mengatakan itu. Ia sangat tahu persis bagaimana perasaan sahabatnya ini. Dan ia sendiri yang menyaksikan betapa mengenaskan kondisi sahabatnya satu itu empat tahun yang lalu hanya karena seorang wanita.

"A-apa? Serius?" Gerald membulatkan kedua bola matanya. Oliver hanya mengangguk menjawab pertanyaan sahabatnya.

"Gak. Ini gak akan gue biarkan" Gerald menatap tajam sahabatnya. Ia takkan membiarkan sahabatnya kembali ke wanita itu lagi. Gerald bersumpah bahwa ia sudah tahu kelakuan asli dari wanita bertopeng malaikat itu.

My Love CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang