Prolog

104K 8.1K 47
                                    

"Setiap hari Oma dan Opa menghabiskan waktu berdansa. Apa tidak bosan?"

"Kami melakukannya karena kami menyukainya."

"Tapi itu terlihat sangat norak, Oma ... "

"Tidak ada kata norak jika kita saling mencintai."

Zia langsung mengatupkan bibirnya, usianya baru menginjak tujuh belas tahun, dan setiap hari yang dipandangnya adalah Oma dan Opanya yang menyetel lagu lama sambil menari mengikuti irama.

"Lalu kenapa Oma bisa mencintai Opa."

"Oma berkencan dengan banyak pria ketika muda. Banyak yang Oma garis bawahi tentang sifat buruk pria, Oma menjadi demikian protektif. Suatu hari saat Oma sedang berlibur, Oma melihat seorang nenek tua yang tak sengaja ditabrak pengendara motor, jalanan ramai tapi Opa-mu yang maju duluan untuk menolong. Dia tampak sangat gagah saat itu dan membuat hati Oma berdebar kencang.

"Oma jatuh cinta pada pandangan pertama, Oma merasakan hati yang berbunga detik itu juga. Oma hanya begitu yakin jika Opa mu lah orangnya. Orang yang Oma cintai dan akan setia menemani hingga masa tua. Jika sudah saatnya nanti kamu pasti bisa merasakannya. Menemukan seseorang yang sejak awal sudah kamu yakini sebagai teman hidupmu."

"Tapi Mama tidak seperti itu," sela Zia.

"Jangan ikuti Mama-mu." sahut Oma cepat. "Carilah seseorang yang mampu menggetarkan hatimu. Yang mampu membuatmu salah tingkah dan tersipu malu meskipun kamu melihatnya setiap saat. Yang ketika di pagi hari kamu menatapnya kamu akan bergumam pelan aku mencintaimu."

***

Kini, usia Zia dua puluh empat tahun.

Dia merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Melayang dalam dunianya sendiri dengan senyuman terukir di wajahnya, menambah paras cantik yang telah terpahat sempurna menjadi kian menawan. Ada yang terlintas dalam benaknya melihat kejadian yang ada di hadapannya.

Oma benar dan sekarang aku menemukannya.

03/09/2016, Liarasati

SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang