Bab 14

48.3K 5.5K 77
                                    

Zia berlari sembari menenteng jaketnya. Tadi pagi Adam yang menyuruhnya membawa jaket, musim sedang tak menentu siapa tahu nanti sore hujan seperti kemarin, begitu katanya. Zia menuruti, tapi ternyata Adam mempunyai maksud lain, dan itu juga yang membuat Zia tersenyum sendiri sepanjang trotoar.

Saat sudah hampir dekat senyum semakin terkembang di wajah Zia. Tepat di depan halte Adam sudah menunggunya. Adam sengaja menyuruhnya kesana sambil membawa jaket, meskipun hari siang terik tetapi Zia tahu sekali alasannya, apalagi kalau tidak karena Adam yang menggunakan motor.

"Mas..." ucap Zia saat mendekat ke sisi Adam.

Adam langsung menyerahkan helm yang dipegangnya ke Zia. "Mau kemana?" tanya Zia lagi sementara Adam sudah menaiki motornya.

"Makan." Sahut Adam singkat. Zia hanya mendengus memakai jaketnya lalu naik ke boncengan.

Lima belas menit kemudian mereka sudah berada di Rumah Makan Padang yang sangat ramai di jam makan siang seperti ini.

"Mas besok liburkan? Kita jalan ya? Besok Zia juga libur," tanya Zia riang sambil memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya dengan tangan, Adam melarangnya mengunakan sendok. Kurang nikmat katanya.

Adam langsung menggeleng. "Kan Mas besok mau pulang kampung."

Zia melebarkan matanya, dan melihat tanggal yang ada di jam tangannya. "Kan kata Mas acaranya hari jum'at. Besok kan..."

"Kunyah dulu," seru Adam.

Wajah Zia mendadak berubah lesu. "Iyajuga, besok udah hari kamis," gumamnya sambil mengunyah pelan nasi dalam mulutnya.

Zia mengambil es teh manisnya dan meminumnya cepat. "Jadi besok Zia kemana dong?" ucap Zia dengan pipi mengembung.

"Tidur, nonton, makan. Kan banyak tuh yang bisa dilakuin," jawab Adam santai sambil menikmati makan siangnya.

"Ih... ya beda lah."

"Jadi maunya gimana? Kalau nggak, ikut Mas pulang ke kampung."

Zia berdecak. "Kalau bisa libur sih mau."

"Mas nggak lama-lama kan disana."

"Minggu balik."

Zia langsung meletakkan kembali gelas yang sejak tadi masih dipegangnya. "Kok lama banget. Terus Zia sama siapa disini?" rajuknya dengan nada manja.

"Kayak anak kecil aja," sahut Adam sementara Zia hanya mendengus. "Tapi kalau dipikir-pikir kamu emang kayak anak kecil," kata Adam sambil tertawa. Dan Zia semakin memberengut kesal.

"Biarin!!" seru Zia jutek sedangkan Adam semakin terkekeh.

***

Adam membuka lemarinya dan mencari beberapa pakaian yang akan dibawanya pulang ke kampung, sedangkan Zia terduduk di pinggir kasur juga membuka plastik laundry yang baru saja mereka ambil tadi.

"Mas kapan balik?" Zia mengulangi pertanyaannya.

"Kan tadi Mas udah jawab," sahut Adam lagi.

"Eng... maksudnya nggak bisa dipercepet gitu."

Adam menggeleng. "Kalau udah pulang kampung nggak bisa cuma sebentar, Zia..."

Zia memberengut. Adam mengambil tas ransel besarnya dan meletakkan di atas kasur. "Jangan gitu dong mukanya," ucap Adam sambil tersenyum jahil.

Zia malah semakin mengerucutkan bibirnya.

Saat Adam hendak mendekat ke Zia ponselnya berbunyi. Adam mengambilnya dari atas meja tempat ia meletakkan ponselnya tadi.

SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang