11. Cold

109 17 5
                                    

VOTE dulu baru baca!! Sorry for typo and enjoy it
-
-
- cekidot!!

------------------------

Shawna berangkat ke sekolah dengan mood yang bagus. Ia tak henti-hentinya tersenyum. Ia berjalan ke arah koridor yang sepi dan saat itu juga tepat di perpisahaan gedung antara IPA dan IPS, ia berpapasan dengan Bintang.

"Hai kak!!" sapa Shawna dengan menunjukkan senyum terbaiknya. Bintang tidak menjawab sapaan Shawna dan melenggang pergi dari hadapan Shawna, bahkan melirik saja tidak.

Hati Shawna mencelos meliat perlakuan Bintang. Mengapa dia bersikap seperti itu padanya? Seakan-akan tidak pernah mengenalnya. Air mata Shawna tidak dapat dibendung lagi, ia menangis dalam diam. Shawna memutuskan berlari ke arah toilet.

Ia menatap pantulan dirinya di cermin, matanya merah sehabis menangis. Shawna menghidupkan kran air dan membasuh mukanya agar air matanya dapat ia samarkan. Beruntung toilet saat itu masih sepi.

Setelah dirasa cukup, Shawna berjalan keluar dari toilet dengan tatapan kosong. Sesuai dengan hati dan pikirannya saat ini.

"Jangan nangis buat seseorang yang sama sekali gak pernah ngeliat keberadaan lo!!" Shawna terkejut mendapati Dion bersandar di depan pintu kamar mandi cewek.

'Tunggu.. Tunggu!! Jadi kak Dion tau kejadiannya tadi?' batin Shawna.

Seakan tau apa yang ada dipikiran Shawna, Dion pun menjelaskan.

"Iya, gue tau kalo lo nangis gara-gara Bintang, kan? Air mata lo terlalu berharga buat nangisin cowok brengsek kaya dia!!" Shawna tidak setuju akan ucapan Dion, ia tau bahwa Bintang telah membuatnya sakit hati . Tapi bukan berarti Bintang seperti cowok yang diucapkan Dion.

"Kakak jangan ngomong kaya gitu ke kak Bintang. Kak Bintang bukan tipe cowok yang kaya kakak bilang!! Mungkin dia lagi banyak pikiran dan mungkin guenya aja yang terlalu sensitif!" ya, mungkin begitu alasannya.

Dion tersenyum dengan paksa, ia mengeluarkan sebuah sapu tangan dari saku di celananya. "Nih, pake!! Buat ngapus air mata lo!" Dion menyodorkan sapu tangan abu-abu hadiah ulang tahun dari kakeknya sebelum beliau meninggal ke arah Shawna. Shawna pun dengan senang hati menerimannya.

"Dan kalo gak ada gue pas lo nangis, lo bisa gunain sapu tangan itu buat ngapus air mata lo!! Gue pergi dulu!" tambah Dion dan berlalu meninggalkan Shawna

Shawna mengangguk dan memandangi sapu tangan dari Dion. Di sapu tangan tersebut aja jahitan sebuah inisial 'DP'. Ya, Dion Pratama. Shawna memasukkan sapu tangan ke dalam tasnya agar tidak hilang dan menuju ke kelasnya karena bel masuk sudah berbunyi.

====

Shawna menatap papan tulis di depannya dengan tatapan kosong. Ia tidak fokus mendengarkan penjelasan dari pak Anton, otaknya masih berkeliaran memikirkan mengapa sikap Bintang begitu padanya? Segaf yang duduk di sebelahnya kontan menyenggol bahu Shawna.

"Hm.." jawab Shawna tanpa mengalihkan wajahnya dari papan tulis.

"Jangan ngelamun mulu, nyet. Ntar kesambet baru tau rasa lo!!" Shawna menolehkan kepalanya ke arah Segaf dengan senyum yang tipis. Bahkan sangat tipis. Segaf yang melihat tatapan sendu dari mata Shawna merasa heran. Mengapa pandangan Shawna begitu?

SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang