VOTE dulu baru baca. Sorry for typo and enjoy it. Maaf late update ;)
-
- cekidot!!-------------------------
Entah Shawna yang berangkat sekolah terlalu pagi atau apa. Keadaan sekolah ini masih sepi, hanya beberapa murid saja yang berkeliaran di sekolah. Padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Shawna melangkahkan kakinya ke arah rooftop. Ya, tempat itu sekarang menjadi favoritnya, menurutnya rooftop merupakan tempat yang bersejarah untuknya. Walaupun ada satu peristiwa yang membuat Shawna terpukul.
Shawna membuka kenop pintu rooftop, seperti biasa angin selalu menyambut Shawna dengan meriah. Ia duduk di pinggiran gedung, menatap nanar pemandangan yang berada di depannya. Membiarkan pikirannya melayang tempo hari yang lalu.
Tes!
Air mata Shawna jatuh seketika. Ia pun sampai tak sadar bahwa air matanya sudah jatuh. Shawna melirik jam berwarna cream dipergelangan tangan kirinya. "Sebentar lagi bel masuk bunyi."
Shawna memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Entah dorongan dari mana, Shawna melangkahkan kakinya ke arah tembok sebelah, tempat dimana Shawna menemukan Bintang sedang merokok. Ia tersenyum getir tatkala mengingatnya.
Satu yang membuatnya tertarik, ada bercak darah di tembok bercat putih itu. Shawna memegang darah itu dengan tangan gemetar. "Ah, ternyata udah kering. Tapi darah siapa? Kenapa darahnya ada ditembok?" gumam Shawna.
Shawna memutar kembali ingatannya. Mata Shawna membulat, nafasnya tidak beraturan. "Apa jangan-jangan ini darah kak Bintang? Secara kan, rooftop ini jarang diketahui oleh murid. Berarti tangan kak Bintang waktu itu bukan karena berantem, tapi gara-gara mukul tembok. Oh my god!! Kenapa dia bisa seceroboh ini sih?" ucap Shawna frustasi.
Shawna berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Ia berhenti secara mendadak. Bukankah Bintang sudah menyuruhnya untuk tidak mendekatinya? Mengingat itu Shawna terkulai lemas, seakan-akan tulang sudah tidak dapat menyangga badannya. Tidak berhakkah dirinya untuk khawatir?
====
Keisha turun dari mobilnya. Ia merogoh saku di bajunya untuk mengambil ponselnya, namun tidak ada. Di saku roknya pun juga tidak ada. Keisha terpaksa membuka tasnya sambil berjalan. Persetan dengan ia menabrak orang, yang terpenting ponselnya ada.
Disisi lain, Bintang dan sahabatnya, Aldo dan Revan kecuali Segaf berjalan keluar dari area parkiran. Bintang kembali menjadi pribadi yang dingin lagi seperti dulu. Dingin dan tak tersentuh. Aldo dan Revan hanya bisa menghela nafas melihat tingkah sahabatnya. Bintang berjalan di depan dengan Aldo dan Revan di belakangnya, matanya seperti elang karena sorotan matanya yang tajam.
Tak jarang cewek-cewek meliriknya secara diam-diam maupun terang-terangan. Hal itu sudah biasa bagi Bintang.
Bruk!!
"Ssh, aduh sakit banget pantat gue!" keluh Keisha. Ia mendongak untuk melihat siapa yang ia tabrak tadi. Matanya membulat, badannya menegang, jantungnya terus melompat ingin keluar saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR
Teen FictionIt's all about senior and the truth be told that "I'm yours." SENIOR || Copyright©2016 - elisxrh • Don't copy my story • Cover by Natafira