24. Unforeseen

101 9 8
                                    

VOTE ... VOTE
VOTE

Sorry for typo and enjoy this part

--------------------------

"Gak mungkin" Shawna memasuki kamarnya seraya mengucek kedua matanya. Bagaimana Shawna tak kaget, melihat keadaan kamarnya yang disulap sedemikian rupa.

 Bagaimana Shawna tak kaget, melihat keadaan kamarnya yang disulap sedemikian rupa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(anggep aja gaada orang di tempat tidurnya ya)

Balon berada disetiap sudut kamarnya dan pada ujung tali balon, terpasang beberapa foto-foto dirinya dengan Bintang. "Ini pasti cuman khayalan gue aja!" ia terus mengucek dan menepuk pipinya berkali-kali.

"Ini bukan khayalan sayang, ini nyata." Shawna berbalik untuk melihat sang empu suara.

Alangkah terkejutnya hati Shawna, melihat Bintang berada dihadapannya. Membawa kue ulang tahun berangka 16 dengan memakai kostum stitch. Ia menutup mulutnya, tak ia sangka bahwa kejutan ulang tahunnya seperti ini.

"Happy birthday, sweetheart." Kata Bintang pelan. Shawna menitihkan air matanya. Bintang yang melihat Shawna menangis langsung menaruh kue ulang tahunnya di ranjang dan memeluknya erat.

"Hei, kenapa kamu nangis? Harusnya kan seneng." Shawna menggeleng dan membalas pelukan Bintang.

"Aku..aku cuman ga nyangka kak." kata Shawna masih terisak. Bintang melepaskan pelukannya, ia beralih menghapus air mata Shawna.

"Ini hari bahagia kamu, Sha. Jangan nangis, ya? Percaya deh, lihat kamu nangis dihadapanku itu rasanya sakit." Shawna menganggukkan kepalanya seraya tersenyum tipis.

"Boleh aku peluk kakak?" izin Shawna dengan raut malu-malu. Bintang terkekeh.

"Sha.. aku ini siapa kamu?" tanya Bintang.

"Pacar akulah." kata Shawna tegas.

"So? Kenapa masih minta izin kalo mau peluk aku? I'm yours." pipi Shawna merona, ia segera memeluk Bintang dan menyembunyikan pipinya di dada Bintang.

"Ekhem!!" Shawna dan Bintang melepaskan pelukan singkatnya tadi dengan kikuk.

"Sasha" kata papanya dingin. Shawna takut, ia tak rela jika harus meninggalkan Bintang.

Tangannya bergetar, air mata sudah berada di pelupuk matanya. Shawna yang tadinya berada di samping Bintang, sekarang berada di depan Bintang seakan menjadi tameng untuk Bintang.

"Sasha ga mau, pa. Sasha ga bakal ninggalin kak Bintang. Plis, pah. Ngertiin perasaan Sasha, kali ini aja pa." Shawna menundukkan kepalanya lesu.

Ia bingung dengan keputusannya barusan. Haruskah ia meninggalkan papanya yang membesarkannya sampai saat ini demi Bintang? Rasanya tidak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang