Anarkis

265 54 3
                                    

Aku langsung bergegas menuju kelas, sesaat kemudian memperlambat langkah kaki dan melirikkan mata pada jendela kelas, mencoba melihat siapa saja yang sudah datang.

Kriing...! Kring...!

"Fyyuhh...Untung aja gak telat." Batinku saat masuk kelas.

Tetapi saat itu suasana tiba-tiba gaduh ketika tersiar kabar pelajaran pertama kosong karena gurunya tidak hadir. Di dalam kelas yang seharusnya tenang menjadi riuh dan berisik. Suasana demikian membuat aku ikut larut bermain dengan teman-teman.

Kami bernyanyi sambil memukuli meja, bercanda, tertawa terbahak-bahak, juga saling menjahili. Suara kami memenuhi setiap sudut ruang kelas, ada juga rombongan teman-teman yang duduk-duduk tenang sambil asyik bergosip, ada juga yang bertengkar tak tahu sebab. Bisa dibayangkan bagaimana kacaunya ruang kelas saat itu.

"Woii kita main perintah raja dan ratu kuy!" Tanya Gilang yang dibalas oleh kami bertiga dengan anggukan kepala.

"Perintah Raajaa...

"BANGKE! Gue kena." Jawab Gilang. Berarti dialah yang harus menuruti perintah kami bertiga.

"Sekarang lo harus pura-pura nembak Neni pake bunga melati ini." Tantang Sarah sambil memberikan setangkai bunga melati pada Gilang.

"Tapi lo tau kan kalo si Neni itu phobia bunga melati, bisa-bisa ntar gue dikepret sama itu cewek." Bantah Gilang tapi ia harus tetap melakukannya.

Kami hanya bisa tertawa ketika Gilang berlari terbirit-birit dikejar oleh Neni sampai keluar kelas sebab memberikannya bunga melati yang merupakan phobianya, Gilang habis babak belur dihabisi oleh cewek garang itu.

"Gue tantang lo untuk bilang ke si Wina kalo lo pengen main bola dijidatnya." Tantang Ivan pada Gilang supaya bilang itu ke Wina yang dikenal dengan jidatnya yang luas itu.

"Parah lo, awas nanti kalo lo yang kena gue udah nyiapin perintah khusus buat lo." Ucap Gilang sinis sambil menjalankan perintah Ivan itu.

"Neni..." Panggil Gilang lembut. Dari kejauhan Gilang mulai menjalankan tugasnya.

"Gue pengen deh main bola dijidat lo."

Dhugg....!

Tiba-tiba saja mata kami terbelakak kaget saat melihat Wina yang langsung menendang organ virtalnya Gilang sesudah Gilang mengucapkan kata-kata itu. Aku tak kuat menahan tawa, sampai aku tak bisa menahannya lagi kami bertiga tertawa terbahak-bahak sampai-sampai perutku mulai sakit.

"Duh gue nyerah deh. Kalian lagi malah ketawa, seneng banget si ngeliat temennya menderita!" Ucap Gilang sambil berjongkok karna masih merasa nyeri.

"Hahaha... Gokil anjir... Hahaha...!!"

Itu pasti sakit...

"Sabar dulu, lo belum ngelakuin perintah gue." Ucapku.

"Gue kasih yang gampang deh, lo cuman harus nyium si Ivan." Perintahku pada Gilang.

Tadinya sih mau ngasih perintah yang lebih berat dari itu, tapi setelah melihat keadaan Gilang sepertinya aku merasa kasihan padanya

Gilang langsung berdiri dan berjalan kearah Ivan, lalu Gilang langsung mencium pipi Ivan begitu saja. Sedangkan Ivan terdian beku saat Gilang benar-benar melakukannya.

"Happy now?" Ucap Gilang, juga tak lupa mengedipkan sebelah matanya kepada Ivan. dan Ivan kelihatannya seperti ingin muntah. Dan kami kembali tartawa puas.

"Ish geli..." Ucap Ivan jijik.

Dor....Dor....Dor....!!

Tiba-tiba saja terdengar suara yang memukul dinding, ternyata setelah dicari tau suara itu berasal dari kls sebelah yang merupakan kls yang dipakai oleh SMA Bhina Utama belajar.

Kebetulan sekali kls kami bersebelahan dengan kelas Bhina Utama. Kami masih bisa mendengar teriakkan orang dari kelas sebelah yang sedang mengoceh tak jelas. Kami beradu mulut dengan kls sebelah dari balik tembok yang memisahkan kami antara kelas Bhina Utama dengan kelas Bhina Dharma. Pasti seru nih...

"BERISIK OY!!" Teriak kelas sebelah.

"Woii emang yang disitu gak berisik apa?" Teriak kami.

"Berisikan yang disitulah!" Jawab mereka.

"Situ!"

"Situ!"

"Situ!"

"Buktiin..." Tantang kelas sebelah.

Kami sekelas langsung membuat keributan, kami bernyanyi dengan nada tinggi sambil memukuli meja sekeras-kerasnya tak peduli meja itu akan rusak atau penyok. Pokoknya kelas saat itu berisik seklai karna beradu suara dengan kelas sebelah.

Kelas sebelah pun sama, mereka membuat suara yang tak kalah berisiknya. Kami juga tak mau kalah, kami menaikkan volume suara kami bernyanyi entah lagu apa itu yang penting membuat suara sekeras-kerasnya.

Seperti orang yang sedang mempromosikan barang jualannya saja.

BERHENTI....!!!

Tetapi keramain dan keriuhan kami tiba-tiba saja berhenti mendadak, seorang guru masuk ke kelas kami dan memarahi kami habis-habisan. Suasana di kelas yang semula riuh berubah menjadi diam dan sunyi senyap bak kelas tak berpenghuni, hanya terdengar suara menggelegar dari guru yang memarahi kami.

Maklumlah beliau adalah guru yang paling galak di sekolah ini, jangankan kami berbuat salah seperti ini, kami tidak melakukan kesalahan apapun terkadang terkena marah tanpa sebab dari beliau. Tidak ada sepatah kata pun yang kelua dari mulut kami, semua duduk sambil menundukkan kepala dipenuhi ketakutan.

Kalo sudah dimarahi seperti ini, ujung-ujungnya pasti kena hukum juga. Benar saja kami sekls disuruh berdiri menghadap tiang bendera sampai bel pulang berbunyi. Bayangkan saja ini baru pelajaran pertama dan kami haru seperti itu sampe waktu pulang, tanpa istirahat sekalipun.

Yang benar saja?

 Tapi sepertinya bukan kls kami saja yang terkena hukuman  kls sebelah juga mendapat hukuman yang sama seperti kami. Yaiyalah orang mereka yang pertama kali mulai.

*

Di lapangan semua murid sudah berbaris sambil tangan menghormat pada bendera. Ditambah panas terik matahari yang begitu menusuk kulit. Bisa-bisa mateng sekelas inimah. 

Keringat terus bercucuran, kehausan yang menimpa, kelaparan yang melanda. Bisa-bisa kami mati muda disini.

Kulihat wajah seseorang yang tak asing lagi bagiku. Alex. Iya cowok itu terkena hukuman ini juga yang bahwasannya dia klelas yang bersebelahan denganku.

"Alah anak-anak muda jaman sekarang segini juga udah KO, apalagi nanti dikasih kelubang buaya." Ucap guru yang menghukum kami.

Sadis tuh guru.

Kami juga disuruh mengangkat kaki kami sebelah yang membuat kami tidak bisa berdiri seimbang. Kami berjinjit mencoba agat tidak jatuh. Saat aku tidak bisa menyeimbangkan tubuhku, aku langsung memegangi pundak salah satu temanku dan temanku memegangi pundak teman yang lain, sampai seterusnya.

"Kalo ada yang jatuh, kalian akan memakai baju karung ini." Ucap guru sambil menunjukan baju yang terbuat dari karung. Baju itu tampak sobek-sobek dan kusut, bila kita memakainya maka satu sekolah akan memanggil kita dengan sebutan orang gila.

Skip

Kriing...! Kriing...!

Bruuk.....

Tepat saat bel pulang berbunyi, kami yang saling memegangi pundak teman-teman kami saling beruntui sampai orang terakhir tidak bisa menahan keseimbangannya, semua orang pun terjatuh dengan beruntui-runtui seperti runtaian kartu yang saling jatuh menumpaki kartu lain.

Kami semua tepar ditengah lapangan.



**************

Maaf typo berhamburan, dikarenakan malas ngedit.

Dont Forget Vote and coment!

Lanjuut...........!

Fly High [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang