Epilog

221 23 3
                                    

Gadis dengan kemeja putih dan rok berwarna abu-abu itu kini tengah berdiri sambil bersandar pada tiang halte sambil menatap langit yang tak henti hentinya menurunkan hujan.

Sesekali gadis itu melirik kearah yang biasanya menjadi jalur datangnya bus. Gadis itu terus menerus melihat arloji yang berada ditangannya itu.

jam ditangannya itu sudah menunjukan pukul 06.45 yang berarti ia hanya memiliki waktu 15 menit untuk sampai kesekolahnya.

Langitpun tak segan-segan mengeluarkan kilatnya yang membuat gadis itu semakin resah dan panik, sedangkan bus yang ia tunggu itu kini tak kunjung datang.

Dirinya tidak lagi menaiki mobil mewah seperti biasanya, dirinya tidak lagi diantarkan sopir seperti sebelumnya. Tapi tetap saja sekolah akan menjadi nomor satu untuknya.

Tidak lama kemudian, datanglah sebuah mobil yang berhenti tepat didepan gadis itu membuatnya menaikkan sebelah alisnya. Orang yang berada didalam mobil itu membuka kaca mobilnya yang gelap dan menampilkan seorang lelaki yang sudah ia kenali.

"Yuk!" Ucapan itu terdengar seperti perintah dibandingkan mengajak. Sedangkan gadis itu hanya memiringkan kepalanya. Laki-laki itu lantas keluar dari mobil dan memutar kebagian pintu sebelah dan bermaksud untuk membukakannya untuk wanita itu.

Tak ada pilihan lain, gadis itu harus masuk kedalam mobilnya. Gadis itu tidak akan sendiri lagi, tidak harus menunggu lama-lama bus datang yang membuatnya kesiangan setiap hari dan lelaki itupun tidak akan membiarkan gadis itu kecewa hari ini dan seterusnya.

Mungkin dirinya adalah orang paling munafik didunia ini setelah mengingat kata-kata yang selama ini ia selalu ucapkan pada lelaki itu. Tapi apa ini? Kata-kata itu seakan menjadi bumerang untuk mereka berdua.

*

"Siap-siap ya, nanti bakalan ada kejutan." Ucap Alex sambil mengeluarlan sedikit kepalanya keluar kaca agar bisa menatap Yasmin yang sudah berada diluar.

"Maksudnya?" Yasmin mengerutkan keningnya bingung.

"Sambut aja nanti."

Tanpa berucap lagi, Alex langsung melajukan mobilnya tanpa mempedulikan Yasmin yang masih mematung dipenuhi rasa pertanyaan.

*

"Toilet bentar." Yasmin bangkit dari tempat duduknya yang berada di kantin setelah menghabiskan makanannya lalu meminta izin untuk pergi ketoilet beberapa menit untuk mencuci tangan.

Yasmin berjalan lurus dikoridor yang tidak terlalu banyak siswa-siswi disana. Biasanya pada jam istirahat seperti ini sebagian murid pasti sedang berada dikantin sekolah.

Yasmin yang sedang berjalan menuju toilet dengan langkah santainya, terlonjat kaget saat tangannya dengan sengaja ditarik oleh seseorang dari arah kanan bagian kelas.

"Ish! Apa-apaan sih! LO? AAaa-Mmpht..."

Ketika Yasmin hendak melihat wajah orang yang telah menarik tangannya, dirinya langsung refleks menjerit tapi mulutnya sudah terlebih dahulu dibekam oleh orang itu.

Sang penarik tangan itu lalu melepaskan bekapan mulutnya, lalu dengan tampang watadosnya dia malah cengengesan didepan Yasmin.

"ALEX? Sumpah demi apa lo disini?" Tanya Yasmin dengan tampang tidak percaya dan nada yang sedikit direndahkan.

Bayangkan saja, dirinya sudah tidak satu sekolahan lagi dengan Alex. Bagaimana Alex bisa kemari dan menemui dirinya.

"Jadi ini sambutannya?" Balas orang itu---Alex masih dengan tampang watadosnya.

"Pingin banget disambut sama gue. Sumpah Lex ini gak lucu, lo gak pernah bilang kalo bakalan dateng kesekolah ini." Tanya Yasmin masih dengan nada rendah agar tidak terdengar dengan anak lain.

"Biar kejutan."

"Jadi kejutan yang lo bilang kegue itu ini? Inimah bukan kejutan Lex, ini keluhan."Ucap Yasmin dalam keadaan sama-sama berjongkok dibawah kaca jendela.

"Ini pasti kejutan terbesar yang pernah lo dapet ya kan? Karna sebenernya bikin kejutan ini gak gampang. Gue harus merelakan uang seratus ribu gue dan gue harus menyamar sebagai anak Bhina Darma."

"Jangan bilang kalo lo diem-diem masuk sekolah ini tanpa izin?" Tanya Yasmin yang langsung dibalas cengiran oleh Alex.

"Yaoloh...Kenapa gue bisa pacaran sama cowok kek beginian." Gumam Yasmin lalu tak sengaja melihat kesebelah kakinya Alex "Ini kaki kenapa?"

"Hehe... Abis manjat pagar." Ucap Alex sambil memperlihatkan sikunya yang memar karna jatuh dari pagar sekolah.

Inget, dia itu sekarang pacar lo. Kalo bukan, udah gue gusur ke kepala sekolah. Batin Yasmin.

"Dateng kesinih mau ngapain?"

"Mau ketemu lo, kangen..."

"Nah sekarang udah kan ketemuan sama gue, pulang gih sekarang. Ketauan baru tau rasa!" Usir Yasmin sambil merubah posisi jongkoknya menjadi berdiri.

"Baru dateng juga."

"Hush...hush..."

"Iya tau gue ganteng."

"Alex!!!"

"Iya gue juga sayang lo."

Alex akhirnya menuruti kata Yasmin, dia akan pergi dan kembali kesekolahnya sendiri tanpa ada yang mengetahui seperti tidak terjadi apa-apa.

Tapi ternyata dugaan itu salah. Alex yang tanpa diduga berjalan ketengah-tengah kerumunan siswa lalu membuka jaketnya dengan sengaja yang memperlihatkan baju batik desain sekolah Bhina Dharma.

"Ada murid Bhina Utama nyasar! Buruan kejar oyy!"

Dengan spontas siswa-siswi mengejar Alex yang sudah berlari kearah pagar lalu memanjatnya dengan cepat.

Yasmin yang melihat kejadian itu hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala dan menghela nafas besar.

"Untung sayang..."

***********************************

Akhirnya berhasil juga bikin epilognya, walaupun gak bagus-bagus amat yang penting udah bikin lah ya. Seriusan sebenernya saya juga gatau apa itu epilog, sampe tujuh hari tujuh malem saya mikirinnya.

Cerita Fly High ini juga nanti bakalan saya revisi dari mulai prolog sampai akhir, soalnya waktu saya baca ulang banyak banget tanda baca yang salah, tapi makasih ya yang udah baca ceritaku sampe tamat.

See you!

Fly High [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang