Alex

208 46 6
                                    

"Sar lo mau mesen apa?" Tanya Ivan pada Sarah.

"Gue mesen nasgor satu ya!" Seruku.

"Gue nanyanya sama Sarah bukan sama lo!" Balas Ivan.

"Ckelah sekalian..." Ucapku sambil mengerucutkan bibir.

"Iya iya." Balasnya dengan wajah yang terpaksa.

"Gu mie ayam satu ya!" Ucap sarah.

"Siap boss! Lo Lang?" Tanya Ivan pada Gilang.

"Gue air putih aja." Ucapnya dengan wajah yang kusut sambil menopang dagu dengan tangannya.

"Kenapa lo?" Tanya Ivan.

"Berisik lo gue lagi sakit nyaho!" Balas Gilang sambil memegangi pipinya.

"Emang lo abis makan apaan sih? Tanya Ivan lagi.

"Udadeh, lo kalo mau mesen cepetan pergi." Bantah gilang yang sepertinya mulai kesal dengan teman seatmatenya itu.

Setelah beberapa lama kemudian, Ivan pun datang membawakan makanan pesanan kami. Aku langsung memakan makanan itu dengan lahap, setelah sekian lama aku bekerja ralat disuruh-suruh akhirnya aku bisa makan juga.

Aku merasa kasihan melihat Gilang yang terus menerus mengeluh kesakitan terhadap giginya itu yang membuat selera makanku hilang. Sebab aku juga pernah merasakan sakit gigi dan itu rasanya sakit sekali.

Tapi orang bilang sakit hati lebih sakit dari pada sakit apapun. Entahlah aku belum pernah merasakan yang namanya sakit hati. Biasalah cewek alim belum pernah pacaran.

"Lo kasian banget sih, udah dikasih obat belum?" Tanyaku pada Gilang.

"Belum. Rasanya tuh nyut-nyuttan tau gak bagaikan melihat doi keambil duluan sama orang lain." Ucapnya Gilang dengan nada yang dilebih-lebihkan.

"Lebay lo." Ucap sarah.

"Makannya elus-elusin dong pipi gue supaya cepet sembuh." Ringisnya dengan muka yang lebay.

"Oh lo mau dielus-elusin, sini gue elus pipi lo." Ucapku pada Gilang.

"Beneran?" Tanyanya antusias.

"Beneran." Balasku sambil mendekatkan tanganku pada pipi Gilang.

PLAKK!!

"Duhh... kok gue dikeprett sih?" Tanya Gilang sambil mengelus pipinya yang merah sebab ditampar olehku.

"Rasain tuh! Emang enak ditampar." Ejek Ivan sambil tertawa.

"Berisik lo toke, ini sakit bung!" Ringisnya yang membuatku ingin tertawa melihat ekspresinya.

"Bodo amat." balasku cuek.

"Yasmin yang lo lakuin ke gue itu JAHAT!" Ucapnya lebay.

"I Don't care." Balasku dengan sedikit tertawa. Aku, Ivan dan Sarah asyik menertawakan kejadian tadi sedangkan Gilang nampak kesakitan sekarang.

Temen yang jahat ya kita?

"Yasmin!...." Teriak seseorang padaku yang membuat acara tertawaku hilang seketika. Siapa orang yang telah mengusik kesenanganku? Dan setelah kulihat kesumber suara, ternyata itu adalah "Alex" si songong itu mau apalagi dia. Dia memberikanku kode agar aku menghampirinya. Ya tuhan....

Aku berjalan menuju mejanya dengan malas "Apaan?" Tanyaku dengan wajah yang super datar.

"Pesenin gue bakso cepetan gue udah kelaperan!" Perintahnya "lagi" yang membuat aku mengepalkan kedua tanganku dan mengela nafas dengan kasar.

Tanpa basa-basi lagi aku langsung pergi dengan malas ketempat pesanan makanan. Aku langsung memesanan apa yang ia bilang, lalu tiba-tiba saja ada pesawat jet melintas dikepalaku dan pesawat itu membawakanku secercah ide jahil yang membuatku menaikkan ujung bibirku dan langsung mengerjakan misiku itu.

"Tada....pesanan sudah datang!" Ucapku pada Alex yang membuat ia kebingungan karna aku membawakan bakso dan air teh dengan nada yang gembira.

"Kayaknya lo udah mulai terbiasa deh jadi anak buah gue."Balasnya dengan PDnya. Aku hanya tersenyum tak jelas padanya yang membuat Alex benar-benar kebingungan, tapi ia tidak mempedulikan itu ia langsung menggambil garpu dan langsung memakan bakso yang kupesan.

Aku mulai tak sabar menunggu saat-saat itu tiba. Alex mengunyah baksonya dengan lahap setelah beberapa lama kemudian wajahnya mulai memerah dan keluar asap dari hidung dan telinganya, matanya melotot hampir mau keluar. Sementara aku mulai menghitung dengan jariku.

1.....

2....

........

"HUA...! PEDES ANYING! AIR...GUE BUTUH AIR...!" Teriaknya kepedesan. Aku sengaja memberikan sedikit racikan spesial pada baksonya itu, engga yang aneh-aneh lah yaah palingan cuman sepuluh sampe dua belas sendok sambal mungkin.

Alex langsung mengambil air teh yang sengaja kubawakan karna aku tau pasti ia akan membutuhkannya.

"SETAN PANAS!! Teriaknya lagi yang membuatku tertawa terbahak-bahak melihatnya.

YASMIIN.......!!!!

Aku langsung berbalik dan lari seribu langkah meninggalkan tempatnya tanpa berhenti tertawa. Puas rasanya melihat musuh terkena serangan bom atom dari lawannya.

Rasakan!

*

"Yas, lo utang cerita sama gue." Ucap Sarah kepadaku.

"Cerita apaan?" Tanyaku sambil menatap bingung Sarah.

"Ituloh waktu lo diborgol sama si Alex itu." Ucapnya lagi.

"Yang itu? Gak pentih ah." Tuturku cuek. " Tapi lo udah janji kalo lo mau cerita." Keukeuhnya sambil mengoyang-goyangkan tubuhku.

"Oke,oke stop! Gue itu sebenarnya kena hukum sama Bu Siska yang antiman itu, gue dipakein borgol sama tu guru gara-gara kita gak sengaja nabrak Ibu Siska gataulah apa katanya supaya makin akrab." Tuturku sambil merubah posisi dudukku menjadi menghadap pada Sarah.

"Lo gatau ya, kalo Alex itu adalah cowok populer disekolahnya dan lo beruntung bisa seborgol gitu aja sama dia." Ucapnya padaku tetapi aku membalasnya dengan muka datar.

"Mau populer mau enggaklah tetep aja dia itu cowo songong yang pernah gue temuin didunia ini, mana diborgol segala lagi. Kan tai." Elakku pada sarah.

"Tapi Yas gue denger-denger si Alex itu adalah pemilik sekolah BU yang kaya itu." Tambah Sarah dan aku masih menunjukan muka datar.

"Kaya apa, kaya bangke? Lagian kaya an siapa sama gue coba?" Ucapku sedikit menyombongkan diri. Sedikit.

"Tapi dia itu pemain basket loh mana udah ganteng, berbakat lagi." Ucap Sarah membesar-besarkan nama Alex dan aku merasa mual mendengarnya.

"Helow... Gue juga pemain basket kale." Balasku tak mau kalah.

"Btw, gimana taruhan sama Alex itu? Tanya Sarah yang membuat tanganku mengepal dan menatapnya melotot.

Sialan!

Terkutuk!

Dongo!

Tolol!

Be-!

"Sekalian aja hewan yang ada dikebun binatang sebutin." Potong Sarah.

"Lo dari tadi ngomingin Alex mulu deh, lo suka ya sama si Alex?" Tanyaku sambil menunjuk pipinya yang merah sambil menaik turunkan alisku yang membuat Sarah gelagapan dan salah tingkah.

"En-ngga siapa bilang, bullshit itu." Elak Sarah sambil mengindari kotak mata denganku dan aku terus menggodanya dan tersenyum jahil padanya.

"Ciee bulshing........"

Fly High [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang