Akhirnya aku bisa berangkat kesekolah tanpa mempersalahkan kakiku yang terkilir kemarin. Aku sempat diberi obat herbal yang entah apa namanya dan itu rasanya sakit sekali, dan aku tak akan mengulangi perbuatan kemarin. Lagi.
Dan oh ya, tentang Gilang dia mengantarkanku sampai kerumah. Aku sudah mengajaknya untuk masuk kerumahku tetapi dia memilih untuk langsung pulang. Sepertinya aku harus berterimakasih padanya karna telah menggendongku sampai pulang.
"Pak ayo berangkat!" Suruhku pada Pak Cecep yang merupakan sopir pribadiku yang selalu mengantarkanku kesekolah, tetapi setiap pulang aku lebih memilih untuk berjalan kaki bersama Gilang walaupun lelah setelah bermain basket. Bila aku sangat capekpun aku akan menelpon Pak Cecep dan menyuruhnya agar menjemputku.
*
"Pagi!" Sapaku saat aku masuk kls, tetapi saat kumasuk belum ada satu murid pun yang datang, hanya ada Gilang yang duduk debelakang mejaku.
"Tumben datang pagi, udah bosen masuk BK?" Tanya Gilang padaku yang tengah bersandar dikursi dan menyilangkan kedua tangannya kebelakang kepala.
Pertanyaan itu sedikit menyindirku, karena tak biasanya aku datang sepagi ini biasanya hampir setiap hari aku selalu terlambat masuk kelas karena aku bangun kesiangan setelah semalaman mengarang cerita novel yang kubuat.
Dan tak jarang juga aku dihukum karna keterlambatanku. Biasanya aku disuruh memakai papan nama yang bertuliskan sindiran agar tak mengulangi kesalahan, atau juga disuruh membersihkan semua toilet yang ada disekolahan ini. Kebayangkan seberapa luas dan banyaknya toilet yang ada disekolah yang besar ini. Dan aku juga pernah masuk BK karena tak jera-jera dengan kesalahanku yang satu ini.
"Enggak malahan gue kangen pengen masuk BK lagi. Btw, punggung lo gak papa udah jatuh dari pohon kemarin?" Tanyaku sambil meletakan tasku pada atas meja lalu duduk menghadap Gilang.
"Ciee perhatian... Emang lo mau mijitin punggung gue?" Tanya Gilang setengah mengejek.
"Ogah! Emang gue emak-emak tukang urut!" Tukasku.
"Pagi Yasmin, pagi Gilang!" Sapa Sarah yang merupakan seatmate ku dan Ivan yang merupakan seatmate Gilang. Aku dan Gilang membalasnya berbarengan.
Kriig....kriing....
Bel tanda masukpun berbunyi menandakan pelajaran pertama telah dimulai. Tetapi saat ini sepertinya Pak kepseklah yang masuk.
"Selamat pagi anak-anak!" Sapa Pak El kepala sekolah kita. Dan kamipun membalasnya secara serempak.
"Bapak akan mengumumkan bahwa mulai besok sekolah kita akan disatukan dengan SMA Bhina Utama."
HAH........!!!!
Sontak semua murid yang ada dikls langsung tak terima dengan pernyataan Pak kepala sekolah. Semuannya minta penjelasan mengapa itu harus terjadi.
Gak sudi pak!
Lah embung teuing!
Kiamat sudah dekat!
"DIAM!!" Teriak Pak El sambil memukul meja dan memuat meja itu mengeluarkan suara yang lumayan keras dan membuat murid-murid terdiam.
"Itu adalah keputusan pemerintah dan tak bisa dibantah. Sekolah SMA Bhina Utama telah mengalami musibah kebaran dan sekarang sekolahnya dalam masa perbaikan, jadi dengan terpaksa SMA Bhina Utama mengungsi pada sekolah kita." Tutur Pak El melanjutkan pengumuman tadi yang sempat terpotong oleh anak-anak.
Itu gak adil pak!
Pak kami mau demo pak!
"Bila kalian tidak mau menerima ini, silahkan kalian keluar dari sekolah ini!" Ucapan Pak El membuat semua murid-murid langsung tak berani memprotes lagi tak ada yang berani mengeluarkan kata kata yang menentang seperti tadi lagi.
"Bagus! Mulai besok kalian harus membiasakan diri untuk saling berbagi dengan SMA BU. Selamat belajar." Tutur Pak El yang langsung meninggalkan kls kami.
Semua murid langsung ribut membicarakan masalah ini, termasuk kami berempat.
"Gue gak sudi kalo satu sekolahan sama SMA Bhina Utama, amit-amit!" Kata Ivan dengan nada menuntut.
"Gue juga ogah kali, biarin aja mereka terlantarkan." Tambah Gilang lagi.
"Tapikan apa salahnya satu sekolahan, lagian cuman sementara kok." Tukas Sarah yang membuat kita bertiga menatap kearahnya.
"Lo mihak siapa sih?" Tanya Ivan.
"Ya tentu kitalah, tapi kalian gak ngerti coba aja sekolah kita yang ngalamin ini." Tukas Sarah.
"Pokoknya gue mau pindah sekolah aja kalo bisa gue mau nuntut tu pemerintah." Jawab Gilang tak setuju.
"Emang lo bisa hah?" Tantangku pada Gilang.
"Engga ah, kalo gue pindah bisa-bisa ntar kalian kangen lagi sama gue terus nanti ngemis-ngemis sama gue supaya gak pergi." Jawab Gilang dengan percaya diri.
"Pd lu ketinggian." Jawab Ivan.
"Padahal kalo lo pindah, gue udah bahagia dunia akhirat." Jawabku terkekeh.
Seketika itu juga guru datang menghentikan aktivitas kami dan langsung memulai pelajaran.
*
Gilang P.O.V
Aku, Ivan dan Sarah menuju kantin bersamaan, sedangkan Yasmin dia bilang ia ada urusan sebentar dan ia akan menyusul kami nanti. So sibuk memang.
Kami memilih meja yang strategis agar Yasmin bisa mencari kita dengan mudah. Pernah suatu hari kami bertiga duduk di meja yang agak jauh dan memojok yang membuat Yasmin kesusahan untuk mencari kita. Ia sampai pusing mencari-cari kita padahal kami bertiga berada tepat dibelakangnya.
Yasmin...Yasmin....
Panjang umur. Akhirnya Yasminpun datang kekantin kukira ia tidak akan datang karena kami sudah menunggunya cukup lama dan waktu istirahat tinggal beberapa menit lagi.
Dari ekspresinya menunjukan bahwa ia sedang kesal. Yasmin duduk dan langsung menyambar minuman yang ada dimeja yang entah ia tau itu milik siapa.
Glek...glek...glek...
"Woii BAHLUL itu minuman gue!" Tukasku pada Yasmin yang seenaknya meminum minuman orang lain.
"Berisik! Gue haus." Jawanya lalu melanjutkan minumnya sampai habis.
"Tapi itu bekas minum gue tau!" Ucapku yang membuat ia berhenti meminumnya dan langsung memuntahkan minumannya itu sampai batuk-batuk.
"Lo kok gak bilang sih kalo ini udah diminum!" Tanyanya sambil mengusap mulutnya.
"Lo gak nanya, salah lo juga siapa bilang main minum-minum aja. Mamam tuh!" Ucapku pada Yasmin.
"Udadeh jangan pada banyak bacot, gue lagi bete." Ujarnya sambil menahan dagunya dengan tangan kanan.
"Emang lo abis darimana Yas?"Tanya Sarah.
"Lo abis dipanggil BK ya!" Tanya Ivan lagi.
"Atau jangan-jangan lo abis nembak cowo terus lo ditolak!" Kini giliranku yang bertanya.
"Sembarangan lu pada, kalian mau gue bacok!" Jawab Yasmin dengan mengambil pisau yang disediakan oleh kantin.
"Ya terus lo kenapa?" Tanya Sarah.
"Kalian tuh keponya keterlaluan ya!" Jawab Yasmin Judes.
"Wah mbak Yasmin kalo judes makin jelek lho..." Godaku yang membuat kami semua tertawa.
Tapi aku masih tak tau dari mana Yasmin tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fly High [END]
Fiksi RemajaAre you gonna fly high? Or are you gonna fall? Amazing Photo and motivation by Helius-kun on devianArt google