Dava masih termangu menatap kepergian mobil hitam yang ditumpangi gadis yang tadi bertabrakan dengannya. Bukan karena ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi karena gadis itu begitu mirip dengan gadis yang sangat di cintainya. Gadis yang kini telah berbeda alam dengannya.
"YESSS!!! GUE DAPET POKEMON!"
Lamunan Dava berserta yang lainnya terbuyarkan karena teriakan Elang yang nyaringnya mengalahkan petir disiang bolong. Bahkan beberapa orang yang berada disekitar mereka ikut menoleh, meski tidak tahu apa yang di ucapkan Elang.
Vino menatap Elang dengan tatapan membunuh "Sekali lagi lo sebut sebut pokemon, pokaman, pokimun atau semacamnya, gue buang hape lo."
Dengan tatapan sinis Elang menjawab "Enak aja. Lo fikir beli hape pake daun?!"
"Lo berdua bisa diem gak sih?" Timpal Reza
Elang dan Vino tak memperdulikan Reza ataupun Dava serta orang-orang yang berada di sekitaran Cafe.
"Dav, Lo bilangin deh sama temen lo ini untuk stop nyari pokemon!" Ucap Vino berbicara kepada Dava. Hanya Ucapan Dava lah yang dapat menghentikan kegilaan Elang. Tetapi sayang, Dava sama sekali tak menjawab hingga harus membuat Vino kembali bersuara. "Dav, Kok lo diem a----"
Tawa Elang pecah saat itu juga apalagi ketika melihat Vino menoleh ke tempat Dava berdiri namun tidak menemukan sosok yang diajaknya berbicara. Sadar bawa Elang sedang menertawai dirinya, Vino langsung saja memiting leher Elang dan menggeretnya seperti kambing yang hendak di kurbankan.
Dibelakang Reza hanya menggeleng takjub serta heran. Bagaimana bisa ia mempunyai teman se absurd dan se ajaib Elang dan Vino.
Setelah di rasa puas menyiksa Elang barulah Vino melepaskan pitingan serta jitakannya. Al hasil, Elang merengut seraya mengusap-usap kepalanya.
"Dava semenjak ditinggal mati Vanilla jadi kayak jelangkung ya!" Ketus Vino.
"Meninggal woy bukan mati! Lo fikir Vanilla hewan apa?!" Koreksi Elang sama sekali tak di perdulikan Vino.
Tiba tiba saja Vino teringat sesuatu. Dengan cepat ia merogoh saku celananya dan mengambil ponsel miliknya, lalu mengetikkan sebuah pesan dan mengirimnya.
Entah mengapa ia jadi teringat dengan gadis yang tadi bertabrakan dengan Dava. Gadis itu benar-benar mirip dengan Vanilla. Hanya rambutnya sajalah yang berbeda. Vanilla berambut blonde sedangkan gadis itu berambut hitam. Selebihnya mereka sama. Bahkan saat mendengar suara gadis itu pun sangat mirip dengan suara Vanilla. Sangat sangat mirip.
"Gue laper mau makan. Serah deh lo semua mau ikut atau kagak." Celetuk Elang yang memang sedari tadi menahan lapar.
Elang berbelok memasuki cafe yang awalnya di tunjuk oleh Vino. Begitu juga dengan Reza. Sedangkan Vino terdiam sebentar lalu memilih untuk mencari Dava yang entah pergi kemana. Sepertinya ia benar-benar harus menonjok sahabatnya itu agar sadar bahwa ia tak bisa selamanya bersikap seperti ini.
Memang bukanlah hal yang mudah. Mengikhlaskan orang yang teramat sangat disayangi pergi untuk selama-lama nya.
But, people come and go. Ada saatnya seseorang pergi meninggalkan dan ada saatnya seseorang datang menggantikan yang pergi.
Begitu pun dengan kehidupan. Life must go on. Saat satu orang pergi meninggalkan seseorang untuk selama-lamanya, kehidupan tidak akan pernah berhenti ataupun mati bersama orang itu. Kehidupan terus berjalan tanpa bisa dihentikan kecuali atas kehendak sang pencipta. Sama seperti waktu, waktu yang terus berjalan menorehkan tiga masa di kehidupan. Masa lalu, masa kini dan juga masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know Who [TELAH DITERBITKAN]
Teen Fiction[Tersedia di toko buku seluruh Indonesia] Saquel of If You Know Why Deja vu Mungkin itu pilihan kata yang tepat jika aku bertemu dengan pria bermata hazel dengan wajahnya yang sedingin es. Bagaimana tidak? Setiap apa yang dilakukannya selalu membuat...