17. Curiga

142K 11.9K 1.7K
                                    

Vennelica menghela nafas kasar seraya memandang keseluruh kantin kampus untuk mencari tempat kosong yang dapat di dudukinya. Baru kali ini Vennelica melihat kantin seramai ini dan itu membuat kepalanya terasa berdenyut sakit.

Sebenarnya ia bisa saja pergi dari kantin, tapi ia sudah terlanjur memesan makanan yang kini berada di atas nampan yang ia pegang. Jujur saja, Vennelica benci suasana ramai seperti ini. Ia terlihat seperti orang kehilangan arah yang berdiri di tengah hiruk pikuk orang-orang yang sedang asik berkumpul dan makan siang bersama.

Jangan tanya dimana keberadaan Vebby dan Ziko sekarang karena sedari tadi ia sudah berkeliling mencari teman dan sepupunya itu, namun ia tak kunjung menemukannya. Maka dari itu Vennelica memutuskan untuk ke kantin dan mengisi perutnya yang sudah meminta jatah makan siang. Sayangnya, nasib baik sedang tidak berpihak padanya hari ini.

"Vennelica.." panggil seseorang membuat si empunya nama menoleh untuk mencari siapa yang memanggilnya.

Dari jarak cukup jauh, ia melihat Vino yang melambaikan tangan padanya dan memberi kode agar ia mendekat kearah Vino. Tanpa fikir panjang lagi, Vennelica pun berjalan menghampiri Vino yang duduk di salah satu meja kantin bersama Dava dan juga Reza.

"Kenapa?" tanya Vennelica.

"Gabung bareng kita aja, lo pasti bingung kan mau duduk dimana?!" sahut Reza seolah bisa menebak isi fikiran Vennelica.

Vennelica membalas ucapan Reza dengan senyum tipis dan berterima kasih lewat tatapan mata. Lalu ia menaruh nampan yang sedari tadi di pegangnya dan duduk persis di hadapan Dava yang sedang fokus dengan ponsel di tangannya.

"Temen lo mana?" tanya Vino kembali membuka percakapan.

Vennelica mengendikan bahunya. "Gaktau," jawabnya singkat sebelum memakan makanan yang sudah di belinya.

Tidak ada lagi yang bersuara karena mereka sedang sibuk dengan aktifitas masing-masing. Vennelica sibuk dengan makanannya sedangkan Dava, Reza dan Vino sibuk dengan ponsel di tangan mereka.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara derap sepatu yang sengaja di hentakkan di atas keramik hingga menimbulkan bunyi yang cukup mengganggu. Telinga Vennelica juga menangkap sebuah suara yang sudah tak asing lagi baginya. Dan tak lama, sebuah buku setebal kamus bahasa Indonesia di taruh ke atas meja hingga membuat mereka yang sibuk dengan ponsel masing-masing terkejut, bahkan Vennelica pun sempat tersedak.

"Argh gue kesel!!" keluh Vebby dengan mata berkaca-kaca.

Vennelica mendelik tajam kearah Vebby, namun Vebby tidak memperdulikannya. Yang ada Vebby malah merengek seperti anak kecil yang meminta es cream pada orangtuanya.

"Kenapa sih lo? dateng-dateng malah ngerusuh! Gue dari tadi nyariin lo sampai keliling kampus tahu gak!" omel Vennelica langsung mendapat tatapan tajam dari Vebby.

"Kok lo malah marahin gue sih? Kan gue lagi kesel!"

Mendengar kedua gadis di hadapannya ini bertengkar, Vino angkat suara. "Kesel kenapa?" tanya Vino pada Vebby.

"Gue di putusin," jawab Vebby hendak menangis.

Vennelica langsung menghentikan makannya dan menoleh pada Vebby yang menutup wajah dengan telapak tangannya.

"Sejak kapan lo punya pacar?" tanya Vennelica kelewat polos, langsung mendapat tatapan peringatan dari Vino dan Reza secara bersamaan. Vennelica nyengir dan berkata tanpa bersuara, "sorry."

If You Know Who [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang