14. Pria Misterius

140K 13.5K 2.1K
                                    

Vennelica terus menarik tangan Dava agar Dava mau ikut bersamanya. Ini memang termasuk tindak pemaksaan, tapi mau bagaimana lagi. Jika Vennelica tidak menarik paksa Dava, maka Dava tidak mau ikut makan siang dengannya. Entah mendapat keberanian dari mana, saat otaknya menyuruh untuk menarik Dava, tanganpun refleks langsung menarik tangan cowok berwajah datar itu agar ikut dengannya.

"Ih kok lo berat banget sih? Gue kayak narik kambing 10 ekor tau gak," gerutunya menghentikan penyeretan paksa tersebut dan berdiri dengan memegang kedua lutut sembari mengatur nafasnya yang begitu memburu.

Dava bersedakap dada "yang nyuruh lo narik-narik gue siapa?" tanyanya datar membuat Vennelica menoleh kearahnya dengan tatapan kesal.

"Ya lo lah! Kalau aja lo mau langsung terima ajakan makan siang gue, gak mungkin gue pake acara narik-narik lo segala. Lagian lo bisa gak sih sekali aja berhenti masang muka yang datar kayak papan triplek dan dingin kayak es serut depan kompleks gitu?!"

Dava langsung terdiam, ingatannya kembali melayang ke kenangan beberapa tahun yang lalu ketika ia berada di satu ruang yang sama bersama Vanilla.

'Dan kakak kelas yang mukanya dingin kayak es serut itu namanya Davarianova Pramudya Pamungkas'

Satu kalimat itu melintas di fikiran Dava, membuatnya langsung menggelengkan kepala dengan maksud ingin menepisnya. Dava sudah tidak mau lagi mengingat kenangan kenangan yang membuatnya terus menerus terjebak dalam nostalgia bersama Vanilla. Dirinya sudah bertekat untuk mengikhlaskan kepergian Vanilla dan tidak ada mengingat kenangan kenangannya bersama Vanilla lagi. Tidak perlu mengingat, ia hanya perlu mengenangnya.

"Terus mau lo sekarang apa?" tanya Dava pada Vennelica yang masih saja memasang tampang kesalnya.

"Lo ganteng-ganteng tapi bolot ya! Udah gue bilang kan tadi gue mau ngajakin lo makan siang sebagai tanda terima ka—"

Belum sempat Vennelica menyelesaikan ucapannya, Dava langsung menarik Vennelica ikut bersamanya. Hampir saja Vennelica terjatuh jika ia tidak mengimbangi langkah kakinya.

"Ih lo apa-apaan sih, emangnya gue kambing apa di seret-seret segala!" omelnya berusaha melepaskan gengaman Dava pada pergelangan tangannya.

Dava tak menggubris omelan Vennelica yang sedang memberontak. Ia terus menyeret Vennelica menuju parkiran tempat dimana mobilnya terparkir. Setelah sampai persis di depan mobilnya barulah ia melepaskan genggamanya pada tangan Vennelica.

"Buruan masuk."

Mata Vennelica memicing, "lo mau nyulik gue ya?" selidiknya.

Dava memutar bola matanya dan mendorong Vennelica kesamping pintu mobilnya, lalu membuka pintu mobil tersebut dan menyuruh Vennelica masuk.

"Kok lo jadi kayak psikopat gini sih?" ujarnya setengah takut saat Dava masuk dan duduk ke kursi kemudi.

Bagaikan angin lalu, Dava memasang seat beltnya lalu menyalakan mesin mobil dan menjalankannya keluar dari area kampus. Saat di perjalanan, Dava menelpon seseorang dan menyuruh orang tersebut untuk datang menemuinya di restoran yang disebutkan Dava. Sedangkan Vennelica sibuk melihat sekeliling mobil Dava dan membongkar apa saja yang ia temukan di dashbor mobil Dava.

"Ini pacar lo ya?" tanyanya setengah takut pada Dava ketika ia menemukan sebuah foto polaroid Dava bersama dengan seorang gadis cantik yang sedang tersenyum bahagia.

Dava tak menoleh namun ia menjawab, "mantan lebih tepatnya."

Vennelica membentuk mulutnya menjadi huruf O dan manggut-manggut tanda mengerti. "Kok lo masih nyimpen fotonya? Lo masih sayang sama dia?" tanyanya lagi kali ini memandang Dava serius.

If You Know Who [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang