Vino melangkahkan kakinya menuju kantin kampus untuk menemui teman temannya yang telah menunggu disana.
Dari kejauhan Vino melihat Dava, Reza dan-- Elang sedang asik makan sembari berbincang seperti biasanya.
Mata Vino langsung memicing tajam ketika melihat Elang berada diarea kampusnya. Vino pun kembali melangkah dan langsung memiting leher Elang.
"Lo ngapain disini?" desisnya sembari terus memiting leher Elang. Tak lama Vino melepaskan pitingannya pada leher Elang.
"Suka suka gue lah. Gak ada larangan tuh yang menyatakan gue gak boleh makan disini." ucap Elang santai sembari melanjutkan makannya.
"Iyain aja lah biar dia seneng." sahut Reza.
Vino duduk disamping Elang yang sedang asik memakan makanannya. Mata Vino menatap liar setiap sudut kantin kampus untuk mencari keberadaan gadis yang begitu mirip dengan Vanilla.
"Eh Dav..." Reza bersuara, mengalihkan pandangan mereka semua.
"Apaan?" Balas Dava.
"Tadi gue gak sengaja liat cewek yang waktu itu ketemu kita pas di Paris. Itu loh cewek yang mirip sama Vanilla."
Elang langsung tersedak oleh makanan yang dikunyahnya. Ia langsung menyambar es teh yang berada diatas meja dan meneguknya hingga habis.
"Seriusan?" tanya Elang tak percaya dibalas anggukan oleh Reza.
"Gue juga tadi ketemu dia pas keluar dari toilet." ucap Dava.
Elang berdecak seraya menggelengkan kepalanya "Ternyata dunia ini tidak selebar daun kelor."
Disaat yang lain sedang membahas gadis itu, Vino hanya terdiam dengan fikirannya yang melayang entah kemana.
"Vin, lo kan ketua senat masa iya lo gak ketemu sama cewek itu." ucap Elang berbicara pada Vino.
"Ketemulah." jawab Vino "Lagian lo semua ngapain sih ngomongin tuh cewek? Secara tidak langsung lo ngebuat Dava gagal move on dari Vanilla." sambungnya membuat Dava memicing.
"Vino ku sayang, tanpa kita ngebahas tuh cewek Dava pasti tetap bakalan gak bisa move on. Secara tuh cewek 99% mirip sama Vanilla, dan dia kuliah disini. Otomatis Dava bakalan sering liat tuh cewek." Sahut Reza memulai perdebatan.
Elang menggebrak meja dan berdiri "Udah deh gak usah debat. Vanilla itu udah tenang disurga sana, jadi lo berdua gak usah bahas dia. Lo mau tiba tiba ntar malam Vanilla muncul di sudut kamar lo, terus nyekik lo dan lo mati deh. Atau pas lo nnton film, eh filmnya keubah dan Arwah penasaran Vanilla keluar dari dalam tv. Mau lo semua?!" cerocos Elang panjang lebar.
"Dikira Vanilla itu samaranya the rings! Dasar lolot" Cibir Reza menjitak kepala Elang hingga Elang meringis kesakitan sembari mengusap kepalanya.
Sebelum teman temannya semakin berulah, Dava melerai mereka semua.
"Bisa gak sih lo bertiga diam dan gak ngoceh kayak gini? Suara kalian itu merusak gendang telinga gue. Terutama lo Lang!" ucap Dava memberi tatapan tajam pada Elang.
Elang mengerucutkan bibirnya dan kembali duduk lalu memakan makanannya yang masih tersisa dengan begitu ganas.
Reza menyikut pinggang Dava "Dav itu orangnya." bisik Reza membuat Dava menoleh kearah pandangan Reza.
Dava melihat gadis yang tadi bertabrakan dengannya. Gadis itu sedang duduk disalah satu meja kantin dengan dua orang temannya. Mereka terlihat sedang asik berbincang dengan sesekali gadis itu melemparkan tatapan tajam pada pria yang duduk persis dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know Who [TELAH DITERBITKAN]
Teen Fiction[Tersedia di toko buku seluruh Indonesia] Saquel of If You Know Why Deja vu Mungkin itu pilihan kata yang tepat jika aku bertemu dengan pria bermata hazel dengan wajahnya yang sedingin es. Bagaimana tidak? Setiap apa yang dilakukannya selalu membuat...