16. Diary of Vanilla

138K 11.7K 1K
                                    

Vennelica meringis kesakitan seraya melompat-lompat kecil dan memegangi jari kakinya ketika ia terkejut karena ponselnya yang berbunyi lalu kakinya tak sengaja menghantam kaki meja. Vennelica bersumpah akan mengutuk siapa saja yang menelponnya hingga ia terkejut dan menyebabkan kakinya nyut-nyutan seperti sekarang.

Tangannya mengambil ponsel yang berada di atas meja dan melihat siapa yang menelpon. Nama Vino terpampang di layar ponsel membuatnya mengernyit bingung karena untuk pertama kalinya ia mendapat telpon selain dari Vebby, Ziko dan anggota keluarganya.

"Hallo?" sapa Vennelica setelah menggeser slide answer.

"Buruan ganti baju, gue udah nunggu hampir sejam di depan rumah lo."

"Hah?" ucap Vennelica tablo karena ia tak mengerti dengan apa yang dikatakan Vino. "Gak salah sambung lo?" tanya Vennelica memastikan.

"Gue di depan rumah lo Vennelica Calista!" ucap Vino sengaja menekan nada bicaranya ketika menyebutkan nama lengkap Vennelica.

"Kurang kerjaan banget lo kerumah gue, lagian lo tahu rumah gue dari mana? Jangan-jangan lo sering stalkerin gue yah?!" selidik Vennelica di balas geraman oleh Vino.

"15 menit lo gak keluar, gue masuk ke kamar lo!"

Vino langsung mematikan sambungan telepon tersebut secara sepihak tanpa membiarkan Vennelica berbicara lagi. Langsung saja Vennelica membuka gorden dan melihat dari jendela kearah gerbang. Ternyata benar, kini mobil Vino memasuki pekarangan rumahnya dan itu sukses membuatnya panik.

Entah apa yang sedang di rencanakan oleh Vino hingga kakak seniornya itu datang tanpa di undang ke rumahnya. Tak mau berfikir panjang lagi, Vennelica mengganti bajunya dengan cepat, menyisir rambutnya yang masih setengah kering, lalu memoleskan bedak serta lipgloss di bibirnya dan juga parfume ke tubuhnya. Setelah di rasa cukup, tangannya menyambar tas yang tergantung lalu memasukan ponselnya serta dompet, setelah itu keluar dari kamar.

Ketika menuruni anak tangga pun ia begitu terburu-buru seperti sedang di kejar setan. Langkahnya langsung berhenti ketika ia melihat Vino duduk di sofa ruang tamu bersama Ziko dan kedua orangtuanya. 

Dapat Vennelica lihat bahwa Ziko sedari tadi mengeluarkan aura perangnya. Apalagi ketika mereka saling bertatapan, Ziko memberikan tatapan tajam bak pedang yang di hunuskan. Sedangkan orangtuanya hanya tersenyum seperti biasa.

  Menyadari kehadiran Vennelica, Vino tersenyum semanis mungkin.  

"Udah siap Ca?" tanya Vino lembut seperti seseorang pria yang sedang mencari muka di hadapan orangtua pacarnya. Vennelica hanya memutar bola matanya karena merasa jijik mendengar nada bicara Vino yang seperti itu.

"Vino izin ngajak Vennelica jalan-jalan sebentar ya Om, Tante," ucap Vino meminta izin kepada orangtua Vennelica orangtua Vennelica mengizinkannya.

"Ingat, jam 10 harus sampai di rumah! Kalau sampai adek gue kurang sedikit aja, mati lo gue pentung pake martilnya thor!" ancam Ziko hanya di anggap angin lalu oleh Vino.

"Hati-hati nak Vino, jagain Vennelica ya.."

Vino tersenyum dan menganggukan kepalanya lalu berjalan menghampiri Vennelica. Sesampainya di hadapan Vennelica, Vino langsung memegang pergelangan tangan Vennelica dan menariknya.

"Ma, Pa, Ziko, Vennelica pergi dulu," pamit Vennelica.

Vennelica mengikuti langkah Vino hingga keluar rumah. Persis ketika mereka berada di depan pintu, Vennelica langsung melepaskan pergelangan tangannya yang di pegang oleh Vino dan berdiri sembari menatap Vino galak.

If You Know Who [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang