Mohon maaf jika banyak Typo karena ngetiknya kilat dan gak di edit.
*****
Vanessa tak henti henti berjalan kesana kemari di dalam kamarnya. Ia kembali teringat pada sosok pria misterius yang datang menemuinya di makam Vanilla dan berkata mengenai hal-hal yang sama sekali tidak ia mengerti.
Vanessa melihat jelas wajah pria itu dan ia mengingatnya. Rasanya ia ingin mencari pria itu dan bertanya, mengapa pria itu datang menghampirinya sebentar, lalu berkata, dan setelah itu pergi berlalu begitu saja.
Tanpa berfikir lebih lama lagi, Vanessa mengambil kunci mobil yang berada di atas meja dan keluar dari kamarnya. Kebetulan, kedua orangtuanya sedang sibuk dengan urusan kantor sehingga ia bisa sedikit leluasa keluar dari rumah. Jika saja kedua orangtuanya berada di rumah, ia pasti tidak bisa kemana-mana, meski melangkah ke pintu sekalipun.
Vennesa langsung menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah menuju jalan raya. Ia belum tahu hendak pergi kemana, yang jelas ia harus bisa menemukan pria misterius itu. Dari cara bicaranya, pria itu seolah-olah mengetahui apa yang terjadi pada dirinya dan juga pada adik kembarnya yang telah meninggal dunia. Karena itu ia ingin bertemu kembali dan bertanya.
Berjam-jam di perjalanan, akhirnya Vanessa sampai di gerbang tempat Vanilla di makamkan. Ia berharap orang itu melihat kedatangannya lalu kembali menghampirinya.
Sejam..
Dua jam..
Sama sekali tidak ada tanda-tanda, dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi.
"Seberapa banyak pun air mata yang lo tumpahin, gak akan membuat dia kembali lagi."
"Seberapa besarpun rasa bersalah lo. gak akan pernah membuat penyesalan lo hilang."
"Jika Tuhan berkehendak, apapun yang berada di luar nalar manusia bisa terjadi. Karena gak ada satupun manusia yang bisa menebak apa yang telah Tuhan rencanakan."
"Kesalahan yang pernah lo buat di masa lalu anggaplah sebuah pelajaran untuk masa depan lo. Like I said, gak ada yang bisa menebak apa yang Tuhan rencanakan bahkan untuk kehidupan seseorang sekalipun. Lambat laun, waktu lah yang akan menjawab semua rasa bersalah lo, penyesalan lo dan juga rindu lo."
Vanessa langsung menginjak pedal rem dalam-dalam hingga kepalanya terbentur dengan stir mobil ketika mobil yang berada di depannya seketika ngerem mendadak. Untungnya ia segera sadar dari lamunannya, jika tidak mungkin ia sudah menabrak mobil di depannya itu.
Mengingat perkataan itu membuat Vanessa menjadi frustasi sendiri. Kemana lagi ia harus menjalankan mobilnya agar bertemu dengan pria itu. Sudah berjam-jam ia berkeliling, namun tetap saja tidak menemukannya.
Vanessa tahu ini tindakan yang sangat bodoh. Bagaimana bisa ia mencari seseorang di kota seluas ini hanya dengan mengandalkan ingatannya terhadap wajah orang tersebut. sebut saja ia membuang waktu dengan sangat percuma. Tapi setidaknya ia sudah berusaha, meski sama sekali tidak mendapatkan hasil.
Kurang lebih pukul setengah delapan malam, Vanessa memutuskan untuk menepikan mobilnya di depan sebuah restoran. Ia ingat, sedari tadi ia sama sekali belum mengisi perutnya karena terlalu sibuk memikirkan pria misterius yang di temuinya tempo hari. Dan sekarang, perutnya meronta minta di isi.
Sembari menunggu pelayan membawakan pesanannya, Vanessa iseng membuka galeri ponselnya. Disana ia menemukan banyak foto dirinya bersama Vanilla dan juga Zero. Mulai ketika mereka kecil, hingga beranjak dewasa. Itu semua selalu di abadikan oleh keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know Who [TELAH DITERBITKAN]
Teen Fiction[Tersedia di toko buku seluruh Indonesia] Saquel of If You Know Why Deja vu Mungkin itu pilihan kata yang tepat jika aku bertemu dengan pria bermata hazel dengan wajahnya yang sedingin es. Bagaimana tidak? Setiap apa yang dilakukannya selalu membuat...