Mohon maaf bila banyak Typo karena ngetiknya kilat dan gak di edit :)
*****
Rasa kantuk masih menyerangnya, padahal Vennelica baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melilit di kepalanya. Acara semalam benar-benarnya membuatnya lelah hingga ingin beristirahat untuk waktu yang lebih lama. Apalagi dengan sekelebat ingatan yang tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam fikirannya.
Vannelica menghela nafas, dan duduk di depan meja rias. Ia mulai memoleskan make up tipis yang biasa ia pakai. Setelah itu ia melepas handuk yang melilit di kepalanya dan mulai mengeringkan rambutnya.
Setengah jam kemudian ia sudah siap berangkat ke kampus.
Vennelica mengecek kembali penampilannya, dan tiba-tiba saja ia teringat akan sesuatu yang ia lihat ketika mandi tadi. Ia pun mengangkat setengah bajunya hingga perutnya terlihat di cermin. Disana ada sebuah bekas luka yang sangat panjang ditubuhnya, seperti sebuah bekas luka operasi.
Bodohnya ia baru sadar akan keberadaan bekas luka itu karena ia baru memperhatikannya. Entah apa yang terjadi padanya sehingga ia mendapat bekas luka seperti itu di tubuhnya. Vennelica yakin, bekas luka itu bukannya bekas luka jatuh. Pasti itu bekas luka operasi.
Dan pertanyaannya saat ini adalah, operasi apa yang dulu pernah ia jalani sebelum ingatannya hilang?
Gedoran pintu yang begitu kuat mengalihkan perhatian Vennelica. Dari luar kamar dapat Vennelica dengar suara Ziko yang tak henti-hentinya berteriak menyuruhnya keluar. Ia pun merapikan kembali bajunya dan menyambar tas dan sebuah buku yang ia letakkan di atas meja, lalu keluar menghampiri Ziko yang sedari tadi menunggunya.
"Ngapain sih lo? lama banget deh!" omel Ziko ketika Vennelica berdiri di hadapannya.
"Tadi buku gue keselip, jadi gue harus nyari nih buku dulu," alibi Vennelica menunjukan buku yang saat ini di pegangnya.
Ziko memutar bola matanya dan berlalu menuruni anak tangga. Vennelica pun mengikuti Ziko dari belakang, hingga mereka keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil.
Tepat pukul setengah Sembilan pagi, mobil Ziko sudah keluar dari pekarangan rumah menuju kampus.
Selama perjalanan, Vennelica terdiam dengan fikirannya mengenai bekas luka yang ada di tubuhnya. Sedangkan Ziko yang asik menyetir sembari bersenandung kecil kini memperhatikan Vennelica yang sedari tadi diam, memandang hampa ke depan.
"Kenapa lagi lo?" tanyanya sarkastik membuat Vennelica menoleh.
"Gak kenapa-napa," jawab Vennelica sedang tidak ingin meladenin Ziko.
Ziko menatap Vennelica tajam, "udah deh Ca, gak usah kebanyakan mikir. Gara-gara lo kebanyakan mikir, lo sakit lagi kan jadinya. Lo gak lihat seberapa paniknya nyokap bokap lo tadi malam? lo juga gak dengar apa yang Dokter katakan? Lo itu terlalu memaksakan ingatan lo Vennelica."
"Gue sama sekali gak maksain ingat gue. Tiba-tiba aja sesuatu masuk ke kepala gue dan ya, kepala langsung sakit setelah itu. Gue gak tahu itu bagian dari ingatan gue atau hal lain, gue sama sekali gak ngerti."
"Ca, dengerin gue. Suatu saat nanti, lo bakal ingat semuanya, tapi bukan sekarang karena keadaan lo belum sembuh total. Dan saat lo ingat semuanya, gue harap lo gak kecewa sama gue ataupun orangtua lo. Gue dan mereka ngelakuin ini demi kebaikan lo, bukan bermaksud menyembunyikan fakta yang sebenarnya dari lo. Gue ngerti lo berhak tahu apa yang terjadi sama lo, tapi lo gak bisa maksain itu semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know Who [TELAH DITERBITKAN]
Teen Fiction[Tersedia di toko buku seluruh Indonesia] Saquel of If You Know Why Deja vu Mungkin itu pilihan kata yang tepat jika aku bertemu dengan pria bermata hazel dengan wajahnya yang sedingin es. Bagaimana tidak? Setiap apa yang dilakukannya selalu membuat...