Biasanya jika salah satu diantara Vino, Michelle, dan Jason ingin bertemu, mereka akan bertemu disebuah kafe atau restoran. Namun kali ini berbeda, Vino mengajak Michelle bertemu disebuah bangunan yang belum jadi seutuhnya. Tempat ini akan menjadi markas mereka bertiga untuk mencari tahu mengenai kecelakaan tiga tahun yang lalu, sekaligus mencari tahu apa benar Vennelica Calista adalah Vanilla yang hilang ingatan atau memang hanya seorang gadis yang kebetulan memiliki rupa yang sama dengan Vanilla.
Di lantai 5 gedung tersebut, Vino telah menyiapkan semuanya. Komputer dengan perangkat lengkapnya, beberapa berkas dan masih banyak lagi barang-barang yang akan membantu mereka menjalankan rencana yang telah disusun serapi mungkin.
Sembari menunggu Jason yang sedang berada dalam perjalanan, Michelle mengecek semua system keamaan perusahaan yang akan di retasnya, ia juga sedang berusaha membuat virus yang akan dimasukannya nanti ketika ia mulai menjalankan aksinya. Jujur saja, Michelle sudah lama tidak menggunakan kelebihannya di bidang IT untuk meretas suatu system tanpa bisa di lacak dengan cepat. Mungkin terakhir kali ia menggunakannya ketika sedang berurusan dengan psikopat yang menganggu hidup Vanilla serta yang lainnya.
"Yaelah Jason mana sih? Lama banget dah kayak cewek lagi buat alis aja," gerutu Vino yang telah menghabiskan dua cup kopi selama ia menunggu Jason yang tak kunjung tiba.
Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar computer, Michelle menjawab "yaudah sih tungguin aja kali. Palingan dia lagi berusaha nyari informasi dari Kak Rey, yah meski gue tau kalau itu sama aja buang-buang waktu."
"By the way, lo udah liat foto yang gue kirimin tadi kan?" tanya Vino dibalas anggukan dan gumaman oleh Michelle. "Menurut lo rencana gue untuk deketin Dava sama Vennelica itu bakalan berhasil gak?" tanya nya lagi.
Kali ini Michelle menyudahi aktifitasnya dan memandang Vino dengan dahi berkerut. "Mungkin," jawabnya singkat padat dan jelas.
Baru saja Vino hendak kembali bersuara, Jason datang dengan wajah merah padam tanda bahwa emosi sedang menguasai diri Jason dan itu membuat Vino mengurungkan niatnya untuk berbicara dan membungkam kembali mulutnya.
"Gimana, berhasil?" tanya Michelle sebenarnya tahu apa jawaban dari pertanyaannya, karena begitu jelas terlihat di wajah Jason. "Kan gue udah bilang, percuma lo ngomong sama Kak Rey. Dia gak bakalan mau ngasih tahu apa yang sedang mereka sembunyikan."
"Ferrio dan Britney? bukannya mereka juga terlibat? Terus kenapa mereka hilang kayak di telan bumi gitu?" sahut Vino melenceng dari pembicaraan Michelle dan Jason.
Jason menghela nafas "Kak Rey bilang Ferrio sedang berada di Aussie bersama Britney. Setelah kecelakaan itu terjadi, mereka pergi kesana karena orangtua angkat Ferrio meminta Ferrio untuk kembali." jawab Jason dengan tak bersemangat.
Mendengar jawaban Jason membuat Michelle berfikir. Michelle merasa ada yang salah dari perkataan Jason dan ia mencoba mencari bagian mana dari perkataan Jason yang menganggu fikirannya.
"Tunggu..." interupsi Michelle. "Lo bilang Ferrio balik ke Aussie karena disuruh orangtua angkatnya?" tanya Michelle dan Jason menganggukan kepala. "Setau gue, orangtua angkat Ferrio udah meninggal karena mengalami kecelakaan pesawat dan orangtua angkat Ferrio memberi pesan terakhir pada Ferrio agar Ferrio kembali ke Indonesia dan bertemu dengan orangtua kandungnya. Itu sebabnya Ferrio datang ke Indonesia dan menyamar sebagai teman masa sd Vanilla demi membongkar rahasia terbesar yang Vanilla tutup rapat-rapat dari semua orang."
"Kok ini jadi complicated banget sih?" ujar Vino tak habis fikir dengan apa yang sedang terjadi sebenarnya.
Hening langsung menyelimuti mereka ketika Michelle memutar kursi yang di dudukinya kembali menghadap layar computer, lalu dengan lincah jari jemarinya mengetik diatas keyboard dan tatapan matanya terpusatkan pada apa yang sedang muncul di layar komputernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know Who [TELAH DITERBITKAN]
Teen Fiction[Tersedia di toko buku seluruh Indonesia] Saquel of If You Know Why Deja vu Mungkin itu pilihan kata yang tepat jika aku bertemu dengan pria bermata hazel dengan wajahnya yang sedingin es. Bagaimana tidak? Setiap apa yang dilakukannya selalu membuat...