25

79.7K 8.4K 1.3K
                                    

Hari ini ia memutuskan untuk lari di sekitaran taman kompleks. Lagi pula ia terbangun dan kebetulan tidak kuliah.

Setelah mengancing jaket yang di pakainya, mencepol rambut, dan mengalungkan earphone di leher, serta mengikat tali sepatunya, Vennelica bergegas keluar dari dalam kamar.

Dengan langkah santai ia menuruni anak tangga sembari bersenandung kecil. Sesampainya di lantai bawah rumahnya, samar-samar ia mendengar suara ribut dari ruang ruang tamu. Ia pun melangkahkan kakinya dengan rasa penasaran, dan ketika tiba di ruang tamu ia melihat Papanya dan Ziko seperti sedang berdebat mengenai sesuatu. Sayangnya ia belum sempat mendengar apa-apa karena Ziko keburu menoleh dan melihatnya.

"Lo mau kemana?" tanya Ziko memperhatikan Vennelica dari atas hingga bawah.

"Mau lari pagi."

Ziko menaikan sebelah alisnya, "kesambet setan apaan lo?"

Vennelica mengendik cuek. "Pa, Ica mau izin lari pagi di taman kompleks ya." Pamitnya pada papanya.

"Hati-hati dan jangan terlalu capek," balas Alex mengingatkan.

Vennelica menganggukan kepalanya lalu pergi dengan menjulurkan lidah kearah Ziko yang langsung melotot garang kearahnya.

Vennelica memulai lari paginya dengan headphone yang menyumpal telinganya. Ia terus berlari di sekitar kompleks menuju taman. Ia menikmati larinya dengan alunan musik yang sedang di dengarkannya. Vennelica menyukai music classic, seperti canon d major, fur elise dan berbagai music classic karya maestro dunia lainnya. Tangannya terasa gatal seperti hendak memainkan alun-alunan music tersebut.

Langkah kakinya terhenti ketika ia merasa ada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya. Ia pun melepas headphone yang ia pakai dan menoleh ke sekitarnya bahwa itu hanya perasaannya saja. Benar, tidak ada orang mencurigakan yang ia lihat. Yang ada hanyalah orang-orang yang sedang asik lari pagi sepertinya.

Ia pun kembali memasang headphonenya dan melanjutkan larinya mengelilingi taman. Namun sepanjang ia melangkahkan kakinya, ia tetap merasa seperti diikuti dan di awasi oleh seseorang. Di tepisnya semua fikiran itu karena mungkin itu hanya perasaannya saja. Lagi pula disini banyak orang, kemungkinan seseorang untuk melakukan kejahatan padanya sangatnya kecil.

Tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika ia melihat seseorang menggunakan pakaian serba hitam serta topi dan masker sedang menatap kearahnya sembari tersenyum di balik masker yang pria itu gunakan. Vennelica menoleh ke sekitarnya, dan sialnya saat ini ia sedang sendirian.

Tanpa fikir panjang lagi Vennelica langsung berlari sekuat tenaga menghindari pria aneh yang ternyata sedari tadi memang mengikuti dan mengawasinya. Sesekali ia menoleh kebelakang untuk memastikan orang itu tidak lagi memperhatikannya. Karena terburu-buru dan tidak melihat jalan, kaki Vennelica tersandung sebuah batu dan terjatuh hingga lututnya terluka. Sialnya ia hanya memakai celana sebatas paha, jika saya ia memakai celana panjang mungkin kakinya tidak akan terluka.

"Aaww," ringisnya sembari berdiri dan memaksakan diri untuk berjalan ke tempat ramai. Ia tidak mau bertemu dengan pria berpakaian serba hitam tadi.

Vennelica memutuskan untuk duduk di kursi taman. Ia memperhatikan luka di kakinya dan sesekali meniupnya seraya berharap rasa perih di kakinya tersebut hilang.

"Kalau bukan karena orang aneh itu, gue pasti gak bakalan jatuh!" umpatnya kesal dengan sesekali meringis kesakitan.

Saat vennelica sibuk dengan luka di kakinya, ia mendengar seseorang bertanya kepadanya. "Kaki lo kenapa?"

"Jatoh gara-gara kesandung batu," jawabnya tanpa mendongak.

Setelah Vennelica menjawab pertanyaan yang di dengarnya, ia tidak lagi mendengar seseorang berbicara. Akhirnya ia pun mendongak untuk memastikan siapa yang tadi bertanya padanya. Sayangnya tidak ada seorangpun yang berdiri di sekitarnya dan itu membuat bulu kuduk Vennelica meremang.

If You Know Who [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang