"Don't be afraid."
"Janji sama gue, lo harus lupain gue, dan jangan pernah tangisi kepergian gue."
"Help, help me!"
"Useless!"
"Help me! She's try to kill me!"
"Help me! She's try to kill me!"
"NOOO!!!"
vennelica langsung membuka matanya dan duduk di atas kasur dengan nafas yang terengah engah dan juga keringat yang membasahi wajahnya. Dadanya bergemuruh, ia berusaha mengatur nafasnya yang tidak beraturan.
Vennelica menutupi wajahnya menggunakan tangan. Selama beberapa hari belakangan ini, ia sering bermimpi aneh. Terkadang ketika ia membuka mata, ia tidak dapat mengingat sedikitpun dari mimpinya.
Tapi kali ini ia mengingatnya. Hanya saja wajah orang orang yang berteriak di dalam mimpinya sama sekali tidak bisa ia lihat dengan jelas. Di dalam mimpinya terdapat beberapa orang, satu dan antaranya seorang pria yang meminta dirinya untuk melupakan pria tersebut. Lalu tiba tiba suara seseorang meminya tolong pun terdengar dan setelah itu ia berteriak lalu terbangun.
"Ica, lo kenapa?" tanya Ziko yang langsung ke kamar Vennelica setelah mendengar Vennelica berteriak.
Vennelica mendongak kearah pintu, "gak kok, gue gak kenapa-napa. Tadi gue cuma mimpi buruk doang," jawabnya.
Ziko berjalan memasuki kamar Vennelica, lalu ia duduk di pinggiran kasur Vennelica dan melihat dengan jelas wajah pucat Vennelica yang bercucuran keringat.
"Memangnya lo mimpi apaan?"
Sejenak Vennelica berfikir, apakah ia akan memberitahu Ziko tentang mimpinya atau berpura-pura tidak mengingat jelas mimpi yang baru saja di alaminya.
"Ca?" panggil Ziko lagi membuyarkan lamunan Vennelica.
"Iya apa?" jawabnya spontan.
Ziko menghela nafas, "Lo itu kenapa sih? Belakangan ini gue sering banget dengar lo teriak tengah malam gini. Kadang gue dengar lo bicara sendiri. Lo masih waras kan Ca? jangan karena lo amnesia, lo jadi ikutan gak waras," ujar Ziko sedikit menyelipkan candaan.
"Yaiyalah gue masih waras!" balas Vennelica kesal. "Namanya mimpi buruk ya pastinya gue bakalan spontan teriak dan kebangun. Mana gue gak bisa ingat lagi gue mimpi apaan. Jadinya gue ya kayak orang linglung."
"Makanya lo itu jangan kebanyakan mikir yang aneh aneh!" Ziko menoyor kepala Vennelica. "Keliatannya aja lo udah sembuh, tapi sebenarnya lo itu belum sembuh."
Vennelica mengerucutkan bibirnya dan mengusap bekas toyoran Ziko. Bagaimana bisa ia tidak memikirkan hal-hal aneh mengenai ingatannya yang hilang. Apa yang terjadi di masa lalunya, siapa dirinya, keluarganya, dan berbagai hal lainnya.
Ia ingat ketika pertama kali membuka mata, otaknya terasa seperti kosong. Ia tidak tahu berada dimana, dan siapa orang orang di sekitarnya. Bahkan ia tidak tahu siapa dirinya. Lalu orang orang itu mengatakan bahwa dirinya adalah Vennelica Calista, anak mereka yang koma bertahun-tahun lalu karena mengalami kecelakaan.
"Ziko gue boleh nanya sesuatu gak?" ujar Vennelica memandang Ziko serius.
Bukannya merespon, Ziko malah memutar bola matanya dan mengangkat pantatnya dari pinggir kasur Vennelica.
"Udah ya, nanya nya besok besok aja. Mendingan sekarang lo tidur karena ini masih jam 2 pagi. Lo gak mau kan besok terlambat bangun dan gue tinggalin?"
"Tapi--"
"Gak ada tapi-tapian," potong Ziko mendorong kedua bahu Vennelica hingga Vennelica berbaring kembali di atas kasurnya. "Lo harus tidur dan gak usah mikirin hal-hal aneh tentang mimpi atau ingatan lo," Ziko kembali mengingatkan Vennelica dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Vennelica.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know Who [TELAH DITERBITKAN]
Teen Fiction[Tersedia di toko buku seluruh Indonesia] Saquel of If You Know Why Deja vu Mungkin itu pilihan kata yang tepat jika aku bertemu dengan pria bermata hazel dengan wajahnya yang sedingin es. Bagaimana tidak? Setiap apa yang dilakukannya selalu membuat...