Chapter 36 "Untuk Kali Ini, Aku Ingin Meraihmu"

2.2K 121 24
                                    


Aku langsung menghampiri dan segera mencengkram kerah Zidan. Kugenggam tangan dengan erat dan menempatkannya tepat di depan wajahnya.

"Kau benar-benar mau mati, ya!? Hehe ... kalau begitu akan kukabulkan keinginanmu!"

"T-T-Tunggu dulu! Aku hanya bercanda! L-Lagipula di sini tidak ada siapa pun, kok ...!" kata Zidan seraya meminta belas kasih padaku.

Kini ia terlihat seperti gembel yang mengiba untuk hidupnya.

Tapi jika dipikir baik-baik, di sekitar tempat ini memang tidak ada orang lain selain kami. Jadi aku merasa kalau ini tidak masalah.

Untuk saat ini mungkin akan kuanggap hal ini sebagai salah satu perbuatan isengnya.

"Awas kalau kau sampai melakukan hal itu lagi...!" ujarku seraya melepaskan cengkramanku dari lehernya.

Zidan menghela napas lega.

"Tenang saja! Di sini kan tidak ada or—"

Mendadak tubuhnya menjadi kaku seperti patung. Suaranya terputus. Seakan ada sesuatu yang mengerikan yang membuatnya terintimidasi seperti ini.

Aku menyadari jika sesuatu yang membuat ia ketakutan berada di belakangku.

Aku pun langsung menoleh ke belakang.

Saat berada di tengah hutan seperti ini, kukira yang membuat cowok itu ketakutan ialah kemunculan binatang buas seperti harimau atau beruang.

Tapi aku salah besar saat melihat sekelebat rambut oranye yang diterpa angin lembut. Sosok tubuhnya yang mungil bersembunyi di balik pohon yang tingginya beberapa kali lipat darinya.

"B-Bella ...! Apa yang kau lakukan di sini?"

Jantungku mendadak berdegup dengan cepat. Takut jika ia mendengar perbincanganku dengan Zidan.

"Aku kemari karena kalian terlalu lama," balas Bella dengan tanpa ekspresi.

"S-Sudah berapa lama kau di sana?"

"Sejak kau menceritakan semuanya pada cowok aneh itu," jawabnya singkat.

Wajahnya tidak menunjukan sedikit emosi pun dan terlihat datar.

Di sisi lain, aku menelan ludahku dengan berat. Keringat dinginku mulai mengucur dari segala tempat di seluruh tubuhku.

"Hei ... Sena!"

"I-iya ...!" balasku dengan ketakutan.

"Apa kau ... dengan sengaja memberitahu Zidan tentang hubungan kita?"

Selain menatap tajam padaku, dia tidak menampakan ekspresi apa pun. Tubuhku menjadi merinding. Aku merasakan sekujur badanku seperti ditusuk-tusuk oleh jarum es.

Hawa kengerian yang kurasakan sekarang, berasal dari Bella yang mengeluarkan aura membunuhnya.

Dan tatapannya itu ... mirip dengan tatapan seorang psikopat!

"Sial, jadi aku akan mati di sini? Padahal aku masih belum menikmati hidup ini!"

Pada jarak satu milimeter menuju pintu neraka, aku tersadar kalau aku masih memiliki temanku yang berharga.

Seorang teman yang akan menolongku untuk keluar dari jalur kematian ini.

"Hei, tolong aku untuk membuat alasan!"

Sembari masih menatap ke arah Bella, aku berbisik ke arah Zidan.

Kuharap dia mempunyai ide yang cemerlang untuk membuat alasan bagus guna keluar dari situasi hidup dan mati ini.

My Wife is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang