Chapter 51 "Tetaplah Bersamaku Untuk Saat Ini dan Seterusnya"

2.3K 191 125
                                    


Sudah tiga hari sejak Bella bersikap dingin padaku. Kini tiada lagi senyum manis yang selalu mencerahkan pagiku, tegur sapa yang membuat dadaku bergemetar, atau pun canda tawa yang biasa kami lakukan selama ini.

Bella terasa semakin menjauh dariku. Dan semakin jauh tiap kali aku berusaha mendekat guna mencairkan suasana ini. Tak peduli apa pun yang kukatakan padanya, ia hanya menjawab 'Oh', 'Hmm!?' atau 'Iya'. Bahkan tidak jarang ia mengabaikanku seperti keberadaanku tampak tidak penting baginya.

Ia lebih suka menonton televisi sendiri dari pada berbincang denganku seperti yang biasa kami lakukan setelah makan malam. Kami benar-benar seperti gurun dan samudera. Saling tidak mengenal satu sama lain.

"Sepertinya terjadi sesuatu antara kalian, ya!?" tukas Zidan saat kami tengah berada di meja kantin pada jam istirahat.

"Maksudmu dengan Bella?"

"Aku bahkan tidak menyebut namanya. Jadi benar, ya!?"

Aku memalingkan pandanganku sejenak. Entah aku harus kaget atau bingung karena ia berhasil menebak dengan benar kejadian yang sesungguhnya antara aku dan Bella. Namun yang jelas aku tak dapat menyangkalnya.

"Yah, intinya kami sedang bertengkar."

"Pertengkaran suami-istri, ya!?"

Yang dikatakannya memang benar. Tetapi entah mengapa aku merasa sebal sekali saat ia mengatakannya. Mungkin karena Zidan akan mengatakan hal yang aneh-aneh lagi. Sepertinya aku salah orang jika ingin curhat tentang masalahku.

Zidan tampak sedang memikirkan sesuatu sembari mengunyah nasi uduk yang ia pesan sebelumnya dengan gigi-giginya yang kuat. Ia terlihat menjijikan saat makan. Memasukkan makanan banyak-banyak ke mulutnya hingga terkadang ada sisa makanan yang jatuh kembali ke dalam piring. Menyuap lagi saat mulutnya masih penuh. Hingga air liur yang terkadang muncrat dari mulutnya. Andai saja bisa, aku lebih memilih untuk tidak makan bersamanya.

"Aku tidak tahu apa masalahnya. Mungkin ia akan merasa lebih baik jika dikasih jatah."

Aku langsung memasukkan sumpit mie ayamku ke dalam kedua lubang hidungnya. Mie ayamku sebelumnya kuberi saus dan sambal yang banyak. Aku yakin hidungnya tengah terbakar saat ini.

"AWAWAWAWAAAA ...! Sakit,nying!" ujar Zidan yang langsung mengeluarkan dua buah kayu itu dari lubang hidungnya.

"Kau itu!! Jangan bercanda saat aku lagi serius, kampret!" geramku.

Bila ada Excalibur di sampingku, mungkin aku sudah menggunakan benda itu untuk menebasnya tanpa pikir panjang. Atau mungkin Grim Sychte bagus juga untuk membelahnya jadi dua.

Karena aku sudah selesai makan sejak tadi, aku segera berlalu meninggalkan meja kantin dengan perasaan sebal. Dan mungkin saat ini aku sedang memasang wajah yang mengerikan. Karena beberapa orang terlihat ketakutan saat melihat ke arahku.

"Sena ...! Kalau begitu minta maaflah secara tulus!"

Aku tidak menghentikan langkahku. Namun tampaknya ucapan terakhirnya adalah sebuah saran untukku. Dia pikir sudah berapa kali aku meminta maaf sampai mulutku berbusa seakan keracunan bayg*n ...!? Justru aku kebingungan untuk mencari cara agar ia memaafkanku selain minta maaf padanya.

Waktu seakan berjalan cepat saat aku tidak menyadarinya. Akankah hari ini berakhir sama seperti hari-hari sebelumnya? Saling bersikap dingin di antara aku dan Bella?

Tapi aku tidak ingin itu terjadi. Entah apa perasaanku yang sekarang. Aku merasa seperti hidupku yang biasa kumiliki telah hilang. Hati kecilku tentu ingin meraih kembali apa yang telah pergi. Namun ... aku tidak tahu harus bagaimana lagi.

My Wife is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang