15. Believe Me

96.8K 6.2K 721
                                    

Rafael memijit keningnya yang sangat pening sembari menyandarkan punggungya di sandaran kursi. Sesekali lelaki ini melihat tubuh Abigaill yang terpasang cairan infus di atas bangkar rumah sakit.

Ini tidak benar. Sekali lagi, ini salah.

Sepanjang perjalanan kemari Rafael telah berpikir. Abigail tidak memiliki salah apapun yang membuatnya harus mendapatkan semua ini.

Kecuali jika memang menjadi mantan kekasihnya adalah sebuah kesalahan, Rafael tidak tahu.

"Aku tidak apa-apa, Raf... Kau bilang kau akan pergi ke Spanyol? Kenapa kau masih disini? Kau tidak perlu menemaniku... Aku baik-baik saja..." ucapan Abigail yang terdengar tanpa tenaga membuat Rafael menumpukan kedua tangannya di atas ranjang Abigail.

Apa memiliki luka tembakan peluru di pundaknya bisa berarti tidak apa-apa?

"Kenapa kau masih memikirkan itu, Abs? Kau tidak lihat kondisimu? Dan jika perlu aku ingatkan, kemungkinan besar kau menjadi begini itu karena aku. Apa kau pikir aku akan tenang meninggalkanmu setelah ini semua?!" sungut Rafael tidak terima. Karena walau bagaimanapun, Abigail pernah menjadi mantan kekasihnya. Dan sudah pasti kepedulian itu masih ada.

Rafael mendesah panjang sebelum menatap Abigail lekat, "Aku tidak bisa membiarkan ini berlanjut, Abs. Ini sudah menyangkut nyawa orang, dan keluarga Stevano bermain-main. Jauh atau tidaknya kau pergi itu sepertinya tidak akan berpengaruh sama sekali. Mereka akan selalu memburumu. Tidak, aku tidak bisa membiarkan hal ini. Jika mereka ingin mencelakaimu, maka aku yang akan menjagamu."

Abigail tersenyum pedih mendengar ucapan Rafael. Jika saja perhatian seperti ini Rafael berikan ketika mereka masih bersama, tentu saja Abigail akan sangat bahagia. Tetapi kenyataan yang Abigail lihat malah lain, perhatian Rafael ia dapatkan ketika hubungan mereka telah berakhir. Dan lagi, perhatian itu hanya dikarenakan rasa bersalah Rafael. Poor Abigail.

"Jangan berkata seperti itu, El. Tanpa kau sadari kau membuatku semakin sulit melepasmu. Padahal pada faktanya aku memang harus melepasmu, kau tidak lagi memiliki rasa yang sama denganku.." desah Abigail sembari membalikkan wajahnya menghindari Rafael.

Menatap mata hazel itu sama artinya dengan membuat hatinya semakin tertambat. Dan itu tidak boleh.

"Kau pikir aku akan sanggup melepasmu setelah kejadian ini, Abs? Kau pikir aku sepicik itu?" decih Rafael tidak suka. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah jendela. Melihat aktifitas jalanan di bawah sana dengan seksama.

Huft, ini mengingatkannya pada Angel. Gadis kecilnya.

Dan sayangnya juga orang yang telah membuatnya kecewa.

"Kau tidak perlu memaksa tanganmu untuk menggenggam sesuatu disaat kau sangat ingin melepasnya untuk menggenggam sesuatu yang lain. Itu akan menyakitkanmu, El..." Rafael menoleh pada Abigail yang masih tidak mau menatapnya,

"Terserah apa katamu, Abs. Yang jelas aku bukanlah orang yang bisa membiarkan kejadian tidak benar terjadi di depanku. Apalagi..." Rafael menjeda ucapannya, "Itu ada hubungannya dengan Angel." Rafael memejamkan matanya erat.

Lagi-lagi Angel yang membuatnya harus berpikir keras.

Bagaimana mungkin bisa seperti ini? Apa yang dipikirkan Angel maupun Jason Stevano ketika memutuskan untuk mengakhiri nyawa orang lain?

"Aku masih tidak percaya keluarganya sanggup melakukan ini semua padamu, Abs. Seharusnya jika memang mereka merasa hubungan kita dahulu cukup mengangganggu, mereka cukup memberitahuku dan aku akan melakukan apa yang mereka mau. Bukan seperti ini, Abs... Ini tidak benar, mereka benar-benar telah membuatku kecewa..." ucap Rafael yang membuat Abigail menyunggingkan senyum miringnya.

Fragile Heart✅ [STEVANO#3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang