"Terimakasih, El...," ucap Angel tulus ketika mobil Rafael berhenti tepat di depan mansion rumahnya. Hari telah beranjak malam, dan Rafael mengatakan Angel tidak perlu khawatir keluarganya akan kebingungan, karena Rafael telah memberitahu mereka.
Rafael memang selalu menyelesaikan semuanya.
"Jangan seperti itu lagi," ucap Rafael, menghentikan Angel yang sudah akan membuka pintu mobil di sampingnya. Ucapan Rafael membuat Angel menghentikan gerakannya, dan menolehkan wajahnya untuk mendapati Rafael yang tengah menatapnya lekat.
"Jangan seperti itu lagi. Kau membuat darahku berhenti mengalir karena mengkhawatirkanmu. Tidak bisakah kau menelponku? Menceritakan semuanya padaku? daripada menghilang seperti tadi yang membuatku--" Rafael menghentikan ucapannya tiba-tiba. Rasanya bodoh ketika harus mengucapkan bagaimana khawatirnya ia pada adik kecilnya ini. Lebih baik tenaga yang Rafael miliki digunakan untuk menjaganya, bukan untuk menceramahinya.
"Baik El, lain kali aku akan menelponmu. Aku akan memanggilmu, dan kau tidak boleh mempunyai alasan untuk tidak menemuiku," ucap Angel dengan senyum manisnya.
"Selamat malam, El...," tambahnya kemudian, sebelum membuka pintu mobil Rafael dan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumahnya.
Hati Angel terasa berbunga-bunga melihat respon yang Rafael berikan ketika dirinya menghilang. Angel tidak buta untuk melihat bagaimana lelaki itu menunjukkan wajah khawatirnya. Angel tidak buta untuk melihat Rafael yang menatapnya dengan tatapan permohonan.
Ya, lelaki itu memohon padanya agar selalu mencarinya tiap kali Angel dalam keadaan tidak baik, tertekan ataupun apapun itu. Apalagi arti semua itu selain Rafael mencintainya? Memikirkan itu membuat Angel terus menyunggingkan senyuman di wajahnya bahkan ketika ia telah melangkah masuk ke dalam mansionnya.
"Angel! Kau ini benar-benar!" Angel terpekik kaget ketika suara Evan tiba-tiba muncul tanpa ia perkirakan. Lelaki itu berdiri di ujung bawah tangga dengan pandangan mata yang menampakkan kemarahan yang tidak ditutupi. Anak kecil ini yang telah membuatnya uring-uringan setengah mati.
Pasalnya, jika Angel menghilang siapa yang akan bisa ia jadikan pengganti sebagai adik kesayangannya? Nikky Manaj? Memikirkan itu membuat Evan ngeri.
"Hai, kak...," sapa Angel dengan cengiran bersalah di wajahnya. Mata biru Angel menatap Evan dengan tatapan meminta pengampunan, karena jika dibandingkan dengan ibunya, Angel lebih percaya jika kakaknya adalah orang yang paling over di hidupnya.
Jika ibunya sudah tidak akan khawatir lagi ketika mengetahui Angel berada dimana, terlebih lagi jika Angel tengah bersama Rafael, jangan harapkan Evan akan melakukan hal yang sama.
Terbukti saat ini, Evan menghampirinya dengan langkah tergesa dan kemarahan yang tercetak jelas di wajahnya. Jika di dalam serial anime, Angel yakin jika lantai yang telah dipijaki kaki Evan akan digambarkan mengeluarkan api yang menyala-nyala melihat betapa garangnya wajah Evan saat ini.
"Kemana saja kau seharian ini?" tanya Evan dengan suara menggelegar. Ini juga yang memebedakan Evan dengan orang lainnya, karena jika biasanya Angel akan langsung menangis jika ada orang yang membentaknya, lain jika Evan yang melakukannya. Karena jika Angel masih saja menangis, itu menggambarkan jika kemampuan beradaptasinya sangat minim. Bayangkan, sejak Angel kecil bentakan Evan selalu menghiasi harinya. Bahkan ketika jari Angel berdarah karena tertancap duri ikan, Evan lah yang berada di garis terdepan dalam golongan orang yang ingin menyentaknya. Benar-benar tukang bentak sejati.
"Studio." Cicit Angel dengan wajah masih menatap Evan dengan cengiran yang masih terpasang. Kerena jujur, meskipun kemarahan Evan adalah makanan sehari-harinya. Angel masih saja ngeri melihat mata coklat kakaknya yang menatap tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragile Heart✅ [STEVANO#3]
RomanceComplete✅ BISA DIDAPATKAN DI TOKO BUKU & ONLINE BOOK STORE | Published under Kubus Media Group Publisher. Highest rank #4 in romance category |Some chapters due in private mode | follow me first Kehidupan Angel tak ayal seperti Putri. Apapun yang i...