3. Adik Kecil

4.3K 202 0
                                    

"See ya soon, Put!" Pamitku setelah turun dari mobil Putri.

Putri yang mendengarnya pun menoleh dan tersenyum kepadaku.

"Gak usah sedih-sedih lagi ya, Sher. Percuma soalnya, lu juga gak bakal bisa nyelesain masalah kalo kayak gitu terus," ucap Putri bijak.

Aku tersenyum, "Iya, Put. Makasih yah"

"Lo kayak sama siapa aja pake makasih-makasih segala. Santai aja kali" candanya.

"Gua balik ya, Sher. Goodbye!"

"Gak mau nitip salam sama abang gua?"

"Mulai deh lu ah. Udah yah.. Dadahhhh.."

Mobil yang dikendarainya pun melaju meninggalkanku sendirian di depan pagar rumahku sendiri. Sejenak aku berpikir, apakah aku akan langsung masuk? Karena percuma saja, aku merasa kesepian di rumah sendiri. Karena kak Julio pasti belum pulang karena masih ospek di kampusnya. Mama Papa? Aku saja hanya bertemu dengan mereka hari Minggu, itupun kadang karena betapa sibuknya mereka berdua mencari nafkah.

Kadang aku juga berpikir, apa aku harus sama seperti mereka jika aki sudah berkeluarga nanti? Rasanya tidak. Aku tidak mau anak-anakku nanti akan merasakan hal yang sama dengan apa yang pernah ku rasakan.

Setelah menaruh tasku di teras rumah. Aku pun memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar kompleks rumahku saja. Taman mungkin tempat yang tepat untukku sekarang. Sore-sore seperti ini pasti banyak anak kecil yang sedang bermain di taman.

Aku berjalan dalam diam. Tidak tau mau memikirkan apa lagi. Rasanya sudah banyak yang ku pikirkan sejak kemarin-kemarin. Aku terus berjalan dalam diam sampai tiba-tiba aku mendengar ada suara tangisan minta tolong . Suara anak kecil. Anak perempuan. Aku pun langsung mencari sumber suara itu. Ternyata anak perempuan itu berada tidak jauh di depan ku. Kakinya berdarah dan sepeda yang dinaikinya sudah menimpa dirinya sendiri.

"Hey nona cantik? Kamu kenapa bisa jatuh? Sini aku bantu.." tawarku lalu membantunya berdiri.

Anak perempuan yang matanya sudah sembab itu pun duduk di trotoar jalan. Lalu menyeka air mata yang masih ada pada pipinya. Aku pun membersihkan lukanya. Untung saja aku selalu membawa tissue kecil di kantong.

"Tadi aku kan main sepeda... terus aku gak liat ada batu besar disitu.." ia menunjuk batu besar yang tidak jauh dari tempat kami saat ini. Aku pun melihat ke arah yang ditunjuknya.

"Terus aku jatuh deh," sambungnya lagi.

"Kamu main sepeda sendirian aja?" Tanyaku.

"Tadi aku sama temen-temenku sama kakak aku juga. Tapi tadi pas aku jatuh, temen-temenku malah pergi terus kakak aku juga tadi katanya mau ke rumah pacarnya. Pacarnya yang galak" ucap polos anak perempuan itu.

"Ngomong-ngomong nama kamu siapa?" Tanyaku setelah selesai membersihkan lukanya.

"Nama aku Natasha, Kak. Nama panggilan aku Nat tapi terserah kakak juga sih mau manggil apa aja boleh. Nama kakak siapa?" Tangannya terulur kedepanku ketika mengatakan hal itu.

Dengan senang hati aku menerima uluran tangannya lalu bersalaman dengannya.

"Nama kakak Sherren," ucapku.

"Aku panggil kakak kak Rere aja ya?" Tanyanya

"Terserah kamu aja sih hehe" cengirku.

"Kamu tinggal dimana? Biar aku anterin kamu sampai rumah ya?" Sambungku.

"Aku tinggal di kompleks ini terus Blok C, kak"

"Oh yaudah, sini aku anterin pulang. Bisa jalan kan? Atau mau aku telepon taksi aja?"

"Ya ampun kak.. bisa kok.. lagipula kan blok C gak jauh dari sini, kenapa harus nelpon taksi segala?"

"Tapi kan kaki kamu tadi luka, nanti sakit loh pas jalan? Pakai taksi aja ya?"

"Aku gak mau kak.. Tapi aku punya ide kak!" Ucapnya antusias.

"Gimana kalo kakak naik sepeda aku terus aku yang dibonceng? Kakak pasti tau main sepeda kan?" Lanjutnya.

"Oke, boleh deh.. nanti kam arahin yah jalan ke rumah kamu"

Aku pun naik sepedanya lalu Nata naik di belakang. Ia naik dengan hati-hati karena kakinya yang masih sakit. Setelah itu aku pun mengayuh sepedanya menuju rumahnya yang tidak jauh dari taman ini.

Di perjalanan, Nata bisa dibilang cerewet. Dan kepo.

"Kak, kakak sekolah dimana?" Tanyanya.

"Di SMA Bakti Bintang, kamu tau gak?" Tanyaku balik.

"Wah iya masa? Kakak aku juga sekolah disana kak, kak Willy sekolah disana.. Kakak kenal gak?"

"Aku kan baru masuk SMA, jadi gak tau deh kayaknya Nat" ucapku jujur. Toh memang benar aku tidak mengenalinya.

"Oh nanti aku kenalin yah kak pas nyampe di rumah," tawarnya.

"Gak usah, lain kali aja yah.. Kakak udah mau langsung pulang karena udah sore trus udah bau belum mandi hehe," candaku.

"Yaudah deh kak. Ngomong-ngomong, kakak pinter yah?"

"Kamu cerewet yah Nat. Aku gak pinter-pinter amat kok,"

"Kakak juara berapa?" tanyanya.

"Juara 1 hehe"

"Tuhkan bener! Udah keliatan kalo kakak itu pinter.. kakak mau gak nanti ngajarin aku pelajaran sekolah aku?"

"Boleh aja sih, emang kamu kenapa di sekolah? Susah ya pelajarannya?" Tanyaku.

Dia terdiam sejenak, lalu menjawab lagi "Susah banget malahan kak, aku juga kalo di rumah gak ada yang ngajarin. Jadi, kakak mau gak?"

"Boleh aja sih hehe.. Nanti aku dateng ke rumah kamu deh.. Tapi aku gak bisa setiap hari, soalnya juga aku kan sibuk sekolah Nat" ujarku

"Yaudah nanti aku minta nomor HP kakak yah,"

"Siap Kapten!"

🎡🎡🎡

Selamat bermalam minggu para readers q tayank (gua alay sat, padahal yg read story gua ae cuma dikit ya lord)
Ok deh, untuk update-an hari ini dikit aja yah..
Jan lupa vomments 😂

MOHON MAAF JIKA BANYAK TYPO YANG BERSERAKAN DI ATAS

Why Senior? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang