7. Senioritas

3.2K 132 6
                                    

Selama jam pelajaran pertama berlangsung, Sherren berada di perpustakaan. Untung saja penjaga perpustakaan sekolahnya sedang dalam cuti jadi dia tidak perlu takut untuk masuk perpustakaan dengan tas sekolahnya. Sebelum jam pelajaran kedua, Sherren mengirim pesan kepada Feta menanyakan apakah guru jam kedua sudah masuk atau belum. Untungnya di sekolahnya punya jeda 5 menit sebelum masuk ke jam pelajaran berikutnya. Feta membalas pesannya dengan cepat, Sherren berpikir bahwa saat ini pasti tidak ada guru di kelasnya. Tanpa membalas pesan Feta, dia bergegas pergi ke kelasnya. Namun tas sekolahnya ia simpan di belakang lemari perpustakaan. Ia hanya membawa tempat pensil dan buku-bukunya pada saat jam pelajaran sebelum istirahat pertama.

Sherren berjalan santai menuju kelasnya. Dan sesampainya di kelas, ia langsung duduk di sebelah Feta yang wajahnya seakan bertanya-tanya. Leona dan Oliv yang duduk di depan mereka pun langsung berbalik badan menghadap bangku yang diduduki Sherren.

Seakan mengerti Sherren pun bertanya, "Kenapa?"

"Kok lu baru masuk pas jam kedua sih?" Tanya Feta dan Oliv bersamaan.

"Oh, gue terlambat tadi- Eh pinjem buku catatan pelajaran pertama dong!" Ucap Sherren kepada Feta.

"Itu ambil di laci,"

"Trus lu bisa masuk sekolah gimana caranya? Bukannya gerbang langaung ditutup yah pas bel masuk bunyi? Trus kan guru piket juga keliling sekolah," tanya Oliv sambil memakan kripiknya.

"Dibantuin William," ucap Sherren datar.

"HAH? William? Kak William?" Tanya Feta dengan teriakannya. Mereka berempat pun mendapat tatapan bingung dari teman-teman kelas mereka.

"Kecilin suara lu bisa?" Tanya Sherren dengan tatapan tajamnya kepada Feta.

"Hehe maap. Lanjut, lanjut"

"Ya pokoknya dia bantuin gue supaya bisa masuk sekolah tanpa harus guru piket tau kalo gue telat trus udah, gue baca novel aja di perpustakaan. Katanya kan penjaganya lagi cuti,"

"Oh yau-" guru jam mata pelajaran kedua masuk memotong perkataan Oliv.

Selama jam mata pelajaran kedua Sherren tidak fokus. Dia lapar karena tadi pagi tidak sempat untuk sarapan. Ingin rasanya untuk kabur dari kelas saat ini juga, apalagi saat ini pelajaran Sejarah. Guru yang masuk pun sangatlah membosankan. Bel istirahat sebenarnya tinggal 5 menit lagi namun rasanya 5 menit itu seperti 1 jam.

Setelah menunggu beberapa menit itu, bel pun berbunyi namun tidak tepat pada waktunya karena bel berbunyi 2 menit lebih lama dari jam yang ditentukan. Sherren bersama teman-temannya langsung berjalan menuju kantin. Tidak seceria teman-temannya, Sherren berjalan gontai ke kantin. Moodnya memang sering berubah-ubah. Dari dulu. Dari dia masih kecil. Untuk orang-orang baru memang bisa merasa aneh. Tapi ya dia memang begitu.

Saat menuju kantin, mereka berpapasan dengan Jade dan teman-temannya. Bisa dibilang mereka satu geng. Sherren yang moodnya sedang tidak bagus pun hanya melewati mereka tanpa senyum sedikit pun padahal Jade menyapa 'hai' kepadanya sambil tersenyum. Jade yang melihatnya pun merasa tidak dianggap sebagai kakak kelas.

"Heh! Lo!" Ucap Jade sedikit berteriak.

Sherren dan teman-temannya pun sontak menghadap ke arahnya dan mendapati mereka bertiga sedang menatap sengit kepada Sherren, apalagi Jade.

"Woy jawab dong kalo orang manggil!" Ucapnya lagi.

"Maaf kak, kakak manggil siapa?" Tanya Oliv.

"Manggil temen lu itu yang disebelah lo," ujar temannya.

"Gue?" Ucap Sherren santai.

"Iya lah elo! Bagus yah lo, baru masuk beberapa hari udah songong aja. Kalo orang sapa, dijawab dong. Ini malah lewat aja, apalagi yang sapa lu itu kakak kelas lu," ucap Jade berapi-api.

"Sorry ya, gue gak liat. Yuk, cabut." Ucap Sherren masih dengan santainya. Setelah mengucapkan itu, ia berbalik badan berniat untuk masuk ke kantin karena bel masuk istirahat sudah tidak lama lagi.

"Anjir lo yah! Udah deket sama pacar orang, sekarang malah songong sama kakak kelas," ucap salah satau perempuan yang berdiri disebelah Jade.

Sherren yang mendengarnya pun terpancing emosinya karena ia sendiri sedang tidak mood saat ini. Ia langsung berbalik badan.

"Sorry? Deket sama pacar orang? Siapa? Kapan?" Tanya Sherren beruntut. Masih dengan gaya santainya.

"Ya elu lah, siapa lagi. Jadi cewek jangan jadi PHO dong. Jade sama Willy hampir putus cuma karena lo tau! Masih jaman ya jadi cabe? Sadar diri dong, lu masih junior harusnya lu hormat dikit sama senior lo!" Ucap teman Jade yang bernama Icha itu dengan sedikit berapi-api.

"Gue? Gue gak pernah ngerasa jadi PHO, gue sadar diri juga kok kalau lu senior gue. Tenang aja. Be-te-we kok cabe teriak cabe?" Ucap Sherren sarkas.

"Jangan ngegas dong lu!" Teriak Lina, teman Jade.

"Maaf kak, harusnya kakak-kakak tanya dulu dong sama kak Willy. Gue liat kok, siapa yang deketin duluan," ujar Leona yang sedaritadi hanya diam.

"Kalo emang Willy yang deketin duluan, kenapa temen lu ini mau-mau aja?" Tanya Jade dengan tatapan sinisnya.

"Dia diem aja kok, gak usah sok tau deh!" Sekarang Feta yang bersuara, karena sesungguhnya ia sudah kesal sedaritadi. Ia tidak suka temannya diperlakukan seperti ini. Tapi sebenarnya ia kesal juga karena saat ini ia sudah sangat lapar dan karena kakak-kakak kelas laknat ini, ia jadi menunda makannya.

"Heran deh gue sama adek kelas jaman sekarang. Gak ada sopannya sama sekali. Jangan mentang-mentang lo sodaraan sama pemilik sekolah trus lo jadi songong ya!" Ucap Lina didepan wajah Feta. Feta pun hanya membuang mukanya. Bukan takut, tapi jika emosinya sudah naik sampai ujung kepala pasti ia tidak segan untuk menghajar kakak kelasnya itu.

"Udah Ta, kantin yuk. Gak penting juga ngeladenin mereka." Ucap Sherren seraya berbalik badan lagi untuk menuju kantin karena sebentar lagi sudah mau masuk.

Mereka berempat pun berjalan menuju kantin. Jade, Icha, dan Lina yang melihatnya pun tambah merasa kesal.

"Sampe Willy sama Jade putus, yang gue cari duluan itu lo ya! Inget baik-baik lo Sher!" Teriak Icha dari kejauhan. Sherren yang mendengarnya pun hanya mengacuhkannya. Tidak ingin memperlanjut lagi.

Saat memasuki kantin, mereka berempat berpapasa dengan William dan teman-temannya. Teman-teman Willy bisa dibilang juga banyak dan yang Sherren ketahui mereka semua most wanted sekolah. Mulai dari Willy, Ivan, Gino, Davin, dan Marcel. Willy yang berniat menyapa Sherren pun mengurungkan niatnya ketika melihat Sherren dan teman-temannya menatap sinis kepada dirinya. Wajah Willy pun langsung ditekuk.

Gino yang melihat temannya itu pun berniat bertanya.

"Kenapa deh lo?" Tanyanya

"Gak apa-apa,"

"Gue nanya kenapa bukan apa, bolot!"

"Ya gue gak kenapa-kenapa dan gue gak apa-apa,"

"Lo suka sama Sherren Sherren itu?" Tanya Ivan.

"Ya gak mungkin lah, orang gue masih jadian sama Jade," ujar Willy.

"Tapi kok kayaknya lo lebih tertarik sama si Sherren itu?" Tanya Ivan, lagi.

"Gue gak tau,"

"Bisa aja lo suka sama Sherren disaat lo masih jadian sama Jade kan?"

Ya mungkin aja. Batin Willy.

🎡🎡🎡

Why Senior? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang